Minggu, 08 Juni 2025

TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN KUANTITATIF

 MATERI - METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

Oleh: Eny Latifah,SE.Sy.,M.Ak


Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kuantitatif

 

A.    Pengertian Angket (kuesioner)

Angket, yang juga dikenal sebagai kuesioner, adalah metode pengumpulan data berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirancang untuk memperoleh informasi terkait masalah atau topik penelitian.

Lebih detail, angket berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data dari responden dalam jumlah besar dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat berupa pertanyaan tertutup (dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan) atau pertanyaan terbuka (yang memungkinkan responden untuk memberikan jawaban secara bebas).

Angket sering digunakan dalam berbagai bidang penelitian, seperti penelitian sosial, pendidikan, pemasaran, dan kesehatan. Contohnya, angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap, perilaku, atau opini responden terkait suatu produk, layanan, atau fenomena tertentu

B.    Jenis-jenis angket

Angket atau kuesioner memiliki beberapa jenis utama, di antaranya adalah angket terbuka (tidak terstruktur), angket tertutup (terstruktur), dan angket campuran. Angket terbuka memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban secara bebas, sementara angket tertutup menyediakan pilihan jawaban yang telah ditentukan. Angket campuran menggabungkan kedua jenis tersebut. Selain itu, angket juga dapat diklasifikasikan berdasarkan format distribusi, seperti angket online, angket kertas, dan angket wawancara. 

Berikut  jenis-jenis angket:

1.     Angket Terbuka (Tidak Terstruktur): Pertanyaan disajikan tanpa pilihan jawaban, sehingga responden bebas menjawab dengan kata-kata sendiri. Sangat cocok untuk mengumpulkan informasi mendalam dan mendengarkan pendapat responden. Contoh: "Bagaimana pengalaman Anda dengan produk kami?". 

2.     Angket Tertutup (Terstruktur): Pertanyaan dilengkapi dengan pilihan jawaban yang sudah ditentukan, seperti pilihan ganda, skala Likert, atau jawaban iya/tidak. Mudah dianalisis secara kuantitatif karena data yang dikumpulkan terstruktur. Contoh: "Seberapa puas Anda dengan produk kami? (Sangat Puas, Puas, Netral, Tidak Puas, Sangat Tidak Puas)". 

3.     Angket Campuran: Menggabungkan pertanyaan terbuka dan tertutup dalam satu angket. Dapat memberikan data yang lebih lengkap dan beragam. Contoh: "Bagaimana kesan Anda terhadap layanan kami? (Pilihan: Cepat, Lambat, Tepat Waktu, Tidak Tepat Waktu) dan "Apa yang bisa kami perbaiki untuk meningkatkan layanan kami?". 

4.     Angket Berdasarkan Format Distribusi:

a)    Angket Online: Didistribusikan melalui internet, seperti situs web, email, atau aplikasi survei.

b)    Angket Kertas: Disajikan dalam bentuk fisik dan didistribusikan secara langsung.

c)     Angket Wawancara: Pertanyaan diajukan secara langsung oleh pewawancara dan jawaban dicatat atau direkam. 

5.     Contoh Jenis Skala dalam Kuesioner:

(a)    Skala Likert: Menggunakan skala dengan pilihan seperti "Sangat Setuju", "Setuju", "Netral", "Tidak Setuju", "Sangat Tidak Setuju".

(b)   Skala Rating: Meminta responden untuk memberikan nilai atau peringkat terhadap suatu hal.

(c)    Skala Diferensial Semantik: Menggunakan pasangan kata atau konsep yang berlawanan untuk mengukur persepsi responden.

(d)   Skala Q-Sort: Meminta responden untuk mengurutkan serangkaian pernyataan atau konsep berdasarkan pentingannya atau kesesuaiannya.

(e)    Skala Stapel: Menggunakan angka atau skala yang telah ditentukan untuk mengukur persepsi responden. 

C.     Pengertian Wawancara

Wawancara adalah suatu proses komunikasi yang melibatkan pertukaran informasi antara dua orang atau lebih, di mana seorang pewawancara mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan narasumber memberikan jawaban. Tujuan utama wawancara adalah untuk mendapatkan informasi, pendapat, atau pengetahuan tertentu dari narasumber.

Berikut adalah beberapa aspek penting mengenai pengertian wawancara:

1)    Komunikasi Dua Arah: Wawancara bersifat dialogis, artinya melibatkan interaksi tanya-jawab antara pewawancara dan narasumber.

2)    Tujuan Mengumpulkan Informasi: Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan personal dibandingkan dengan metode pengumpulan data lain.

3)    Teknik Pengumpulan Data: Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian, jurnalisme, seleksi pekerjaan, dan bidang lainnya.

 

D.    Jenis-jenis wawancara

Wawancara dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan struktur pertanyaan dan tujuannya. Jenis-jenis wawancara meliputi wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur, wawancara semi-terstruktur, wawancara fokus kelompok, wawancara mendalam, dan wawancara telepon atau video call.

1. Wawancara Terstruktur:

Ciri-ciri:

a)      Menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun dan terstruktur.

b)      Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua responden.

c)       Fokus pada pengumpulan data yang kuantitatif dan mudah dianalisis.

d)      Membantu memastikan konsistensi dan kemudahan dalam perbandingan jawaban. 

2. Wawancara Tidak Terstruktur:

Ciri-ciri:

a)      Tidak memiliki daftar pertanyaan yang pasti.

b)      Pewawancara lebih fleksibel dalam mengajukan pertanyaan.

c)       Fokus pada pengumpulan data yang kualitatif dan mendalam.

d)      Mendukung eksplorasi dan penjelajahan topik secara lebih luas. 

3. Wawancara Semi-Terstruktur:

Ciri-ciri:

a)      Menggabungkan pertanyaan terstruktur dengan pertanyaan terbuka.

b)      Pewawancara memiliki daftar pertanyaan namun juga dapat mengajukan pertanyaan lanjutan.

c)       Memberikan fleksibilitas untuk mengeksplorasi topik yang muncul selama wawancara.

d)      Memungkinkan pengumpulan data yang lebih kaya daripada wawancara terstruktur. 

4. Wawancara Fokus Kelompok:

Ciri-ciri:

a)      Melibatkan sekelompok responden yang memiliki karakteristik yang sama.

b)      Fokus pada diskusi dan interaksi antar anggota kelompok.

c)       Mengumpulkan berbagai perspektif dan pandangan dalam satu sesi. 

5. Wawancara Mendalam:

Ciri-ciri:

a)      Menggali informasi secara rinci tentang pengalaman, sikap, dan pandangan responden.

b)      Membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih mendalam dalam mengumpulkan data.

c)       Fokus pada pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik. 

6. Wawancara Telepon/Video Call:

Ciri-ciri:

a)      Dilakukan melalui telepon atau video call.

b)      Cocok untuk wawancara yang melibatkan jarak geografis yang jauh.

c)       Membutuhkan persiapan yang cermat untuk memastikan kualitas komunikasi. 

Selain jenis-jenis di atas, terdapat pula wawancara berbasis kompetensi, wawancara penyaringan, dan wawancara yang dilakukan untuk berbagai keperluan, seperti penelitian, jurnalistik, atau seleksi karyawan. 

 

E.     Pengertian Observasi

Observasi adalah proses pengumpulan data dengan cara mengamati objek atau kejadian secara langsung tanpa mengubah situasi yang terjadi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi faktual dan valid tentang perilaku, interaksi, atau fenomena yang diteliti. 

Dalam definisi observasi terdapat beberapa hal penting, yaitu:

1)      Metode pengumpulan data: melalui pengamatan langsung di lapangan. 

2)      Proses merekam pola perilaku: manusia, objek, dan kejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau komunikasi. 

3)      Peninjauan secara cermat: terhadap suatu objek atau situasi. 

4)      Kegiatan mengamati dan mencatat: gejala pada objek penelitian secara sistematis dan terarah. 

Tujuan observasi adalah:

1)      Memperoleh data dan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian.

2)      Mendapatkan informasi faktual dan objektif.

3)      Mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis dalam penegakkan diagnosis psikologis.

4)      Memahami interaksi sosial, budaya, dan norma dalam masyarakat.

5)      Menguji kebenaran desain penelitian. 

Ciri-ciri observasi:

1)      Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan.

2)      Peneliti tidak melakukan intervensi atau mengubah situasi.

3)      Pengamatan dilakukan secara cermat dan terarah. 

Contoh penerapan observasi:

1)      Penelitian sosial untuk memahami interaksi masyarakat.

2)      Penelitian pendidikan untuk memantau perilaku siswa di kelas.

3)      Penelitian psikologi untuk mempelajari perkembangan anak atau perilaku manusia.

4)      Penelitian bisnis untuk memahami tren konsumen dan perilaku pasar.

5)      Observasi sekolah untuk mengumpulkan data tentang lingkungan pendidikan. 

 

F.     Jenis-jenis Observasi

Observasi memiliki beberapa jenis yang umum digunakan, antara lain observasi partisipan, observasi non-partisipan, observasi sistematis, observasi non-sistematis, observasi eksperimental, dan observasi tidak terstruktur. Observasi partisipan melibatkan peneliti yang aktif terlibat dalam kegiatan yang diamati, sedangkan observasi non-partisipan dilakukan tanpa keterlibatan langsung. Observasi sistematis dan non-sistematis berbeda dalam hal prosedur yang digunakan, dengan observasi sistematis mengikuti prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Observasi eksperimental dilakukan dengan mengendalikan variabel untuk memahami pengaruhnya terhadap objek yang diamati. Observasi tidak terstruktur memberikan fleksibilitas dalam pengamatan tanpa batasan prosedur tertentu.

Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang jenis-jenis observasi tersebut:

1.     Observasi Partisipan: Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang diamati, seperti tinggal bersama kelompok yang diteliti untuk memahami budaya dan kehidupan sehari-hari mereka.

Peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang diobservasi.

Contoh: Peneliti ikut serta dalam kegiatan sebuah komunitas seni untuk memahami bagaimana anggota komunitas berinteraksi satu sama lain.

Tujuan: Memahami konteks sosial dan budaya secara mendalam.

2.     Observasi Non-Partisipan: Peneliti mengamati dari luar tanpa ikut terlibat dalam kegiatan yang diamati, misalnya mengamati perilaku seseorang di jalan.

Peneliti mengamati dari luar, tanpa berpartisipasi aktif.

Contoh: Peneliti mengamati perilaku konsumen di pasar tradisional dari jarak jauh.

Tujuan: Mengamati perilaku tanpa mempengaruhi objek observasi.

3.     Observasi Sistematis: Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah dirancang sebelumnya, misalnya mengamati perilaku anak-anak di sekolah dengan menggunakan lembar pengamatan.

Observasi dilakukan berdasarkan prosedur dan kerangka kerja yang telah dirancang.

Contoh: Mengamati jumlah dan jenis kendaraan yang melintas di jalan tertentu dalam waktu tertentu.

Tujuan: Memastikan objektivitas data dan mempermudah analisis.

4.     Observasi Non-Sistematis (Terbuka): Pengamatan yang dilakukan tanpa batasan prosedur yang ketat, misalnya mengamati suasana di pasar.

Observasi dilakukan tanpa prosedur atau kerangka kerja yang ketat.

Contoh: Mengamati reaksi siswa terhadap pelajaran baru di kelas tanpa rencana khusus.

Tujuan: Mendapatkan gambaran umum tentang suatu fenomena.  

5.     Observasi Eksperimental: Peneliti mengendalikan variabel-variabel tertentu untuk mengamati pengaruhnya terhadap perilaku atau gejala yang diamati, misalnya mengamati pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.

Observasi dilakukan dengan sengaja menciptakan atau memanipulasi kondisi tertentu.

Contoh: Mengamati efek pemberian pupuk tertentu terhadap pertumbuhan tanaman.

Tujuan: Meneliti hubungan sebab-akibat antara variabel.

6.     Observasi Tidak Terstruktur: Pengamatan yang dilakukan tanpa batasan prosedur yang ketat, memberikan fleksibilitas bagi peneliti untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang relevan.

Observasi tidak terstruktur sering digunakan ketika peneliti ingin memahami suatu fenomena secara mendalam, tanpa membatasi pengamatan pada aspek-aspek tertentu. Peneliti dapat mengamati berbagai aspek yang muncul di lapangan, dan mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi.

Contoh:

Penelitian tentang interaksi sosial dalam sebuah kelompok:

Peneliti mengamati interaksi, komunikasi, dan dinamika dalam kelompok tersebut, tanpa memiliki pedoman pengamatan yang sudah baku.

Penelitian tentang perilaku konsumen:

Peneliti mengamati perilaku konsumen saat berbelanja di sebuah toko, tanpa menggunakan daftar pertanyaan atau pedoman observasi yang sudah ditentukan.

Penelitian tentang dinamika kelas:

Peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas, tanpa menggunakan pedoman observasi yang sudah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan saja.

Perbedaan dengan Observasi Terstruktur: Observasi terstruktur menggunakan pedoman atau panduan observasi yang baku, sehingga pengamatan lebih terarah dan terstruktur. Sementara observasi tidak terstruktur lebih fleksibel dan memungkinkan peneliti untuk menangkap berbagai aspek yang muncul di lapangan.

G.    Pengertian Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan, dan penemuan kembali informasi dalam bentuk apa pun (tulisan, gambar, video, dll) untuk dijadikan bukti atau referensi. Dalam arti lain, dokumentasi adalah upaya mencatat dan mengkategorikan suatu informasi dengan memanfaatkan bukti yang akurat dari berbagai sumber. Dokumentasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi. 

Lebih detailnya, dokumentasi melibatkan beberapa tahapan: 

1.  Pengumpulan Informasi: Menyediakan dan mengumpulkan data atau informasi yang relevan.

2.  Pengelolaan Informasi: Mengorganisir, mengklasifikasikan, dan mengolah data yang dikumpulkan.

3.  Penyimpanan Informasi: Menyimpan informasi yang telah diolah dengan sistem yang terstruktur agar mudah ditemukan kembali.

4.  Penemuan Kembali Informasi: Proses pencarian dan akses informasi yang telah disimpan untuk keperluan tertentu.

Dokumentasi memiliki beberapa jenis, antara lain:

1.     Dokumentasi Berdasarkan Sifatnya:

Tekstual: Informasi dalam bentuk tulisan (buku, majalah, dll). 

Non-Tekstual: Informasi dalam bentuk gambar, grafik, atau visual lainnya. 

2.     Dokumentasi Berdasarkan Bentuk Fisik:

Dokumen Literer: Informasi yang dicetak, ditulis, digambar, atau direkam (buku, majalah, film, dll). 

Dokumen Korporil: Dokumen berupa benda bersejarah (patung, fosil, dll). 

3.     Dokumen Private: Dokumen berupa surat/arsip (surat niaga, surat dinas, laporan, dll). 

H.   Jenis-jenis Dokumentasi

Dokumentasi dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, termasuk: sifat (tekstual atau nontekstual), bentuk fisik (hardcopy atau softcopy), kegiatan yang dilakukannya, fungsi, dan jenis informasi yang disajikan. 

Dokumentasi berdasarkan sifat:

1)    Dokumentasi Tekstual:

Berupa dokumen yang mengandung informasi tertulis, seperti surat, laporan, artikel, dan buku. 

2)    Dokumentasi Nontekstual:

Berupa dokumen yang mengandung informasi gambar, suara, atau video, seperti foto, rekaman video, dan file audio. 

Dokumentasi berdasarkan bentuk fisik:

1.       Hardcopy: Dokumen yang dicetak dalam bentuk fisik, seperti kertas.

2.       Softcopy: Dokumen yang disimpan dalam bentuk digital, seperti file di komputer. 

Dokumentasi berdasarkan kegiatan:

1)      Dokumentasi kegiatan sehari-hari, seperti catatan pribadi atau jurnal.

2)      Dokumentasi kegiatan perusahaan, seperti laporan keuangan atau surat perjanjian.

3)      Dokumentasi kegiatan pendidikan, seperti rapor, ijazah, atau transkrip akademik. 

Dokumentasi berdasarkan fungsi:

1)      Dokumen Resmi: Surat-surat resmi, kontrak, dan perjanjian yang memiliki kekuatan hukum. 

2)      Dokumen Pribadi: Catatan pribadi, jurnal, atau catatan pengalaman. 

3)      Dokumen Bisnis: Laporan keuangan, proposal proyek, dan dokumen bisnis lainnya. 

Dokumentasi berdasarkan jenis informasi:

1)    Dokumen Pribadi: Dokumen yang berhubungan dengan kepentingan individu, seperti SIM, Akta Lahir, atau KTP.

2)    Dokumen Niaga: Dokumen yang berhubungan dengan transaksi jual beli, seperti cek atau nota.

3)    Dokumen Pemerintah: Dokumen terkait ketatanegaraan, seperti Undang-undang atau Peraturan Pemerintah. 

Contoh lain:

1.       Dokumen Internal: Memo, pengumuman, instruksi, peraturan, hasil notulensi rapat.

2.       Dokumen Eksternal: Majalah, koran, buletin, surat pernyataan. 

 

I.       Teknik Pengumpulan data Melalui Ujian atau Tes

Teknik pengumpulan data melalui ujian atau tes adalah cara mengumpulkan informasi dengan memberikan serangkaian soal atau tugas kepada subjek yang diteliti. Teknik ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan tertentu. Ujian atau tes bisa berupa tes tertulis, tes lisan, tes praktik, atau jenis tes lainnya yang sesuai dengan tujuan penelitian. 

Teknik pengumpulan data melalui ujian atau tes adalah metode yang umum digunakan dalam penelitian, terutama dalam penelitian kuantitatif. Ujian atau tes memungkinkan peneliti untuk mengukur secara objektif kemampuan atau pengetahuan subjek penelitian. 

Jenis-jenis ujian atau tes:

1)    Tes tertulis: Ujian yang dilakukan dengan memberikan serangkaian soal tertulis kepada subjek. 

2)    Tes lisan: Ujian yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek. 

3)    Tes praktik: Ujian yang dilakukan dengan meminta subjek untuk melakukan kegiatan atau tugas tertentu. 

4)    Tes bakat atau minat: Ujian yang bertujuan untuk mengidentifikasi bakat atau minat seseorang. 

 

Keuntungan menggunakan ujian atau tes:

1)      Objektif: Hasil tes dapat diukur secara objektif, sehingga mengurangi bias peneliti.

2)      Efektif: Ujian atau tes dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari banyak subjek dengan cepat dan efisien.

3)      Mudah dianalisis: Hasil tes dapat dianalisis secara statistik untuk mendapatkan kesimpulan yang valid. 

 

Kekurangan menggunakan ujian atau tes:

1)    Tidak semua informasi dapat diukur:

Ujian atau tes mungkin tidak mampu mengukur aspek-aspek lain yang bersifat kualitatif, seperti sikap atau motivasi.

2)    Dapat memicu stres:

Ujian atau tes dapat memicu stres pada subjek penelitian, terutama jika mereka merasa tidak siap.

3)    Tidak semua subjek dapat mengikuti tes:

Beberapa subjek mungkin tidak dapat mengikuti tes karena keterbatasan kemampuan atau aksesibilitas. 

Teknik pengumpulan data melalui ujian atau tes adalah metode yang efektif dan objektif untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan seseorang. Teknik ini sering digunakan dalam penelitian kuantitatif, tetapi juga dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif. Meskipun demikian, peneliti perlu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan penggunaan teknik ini sebelum menggunakannya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Bennett, N., Borg, W. R., & Gall, M. D. (1984). Educational Research: An Introduction. British Journal of Educational Studies, 32(3), 274. https://doi.org/10.2307/3121583

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Malang: UIN Malang

Lubis. A.Y, (2014) Filsafat Ilmu: Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Muslim. (2016). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam Ilmu Komunikas I, Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, 78-79

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suharsimi Arikunto. 2019. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparlan Suhartono. 2008. Wawasan pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...