MATERI- MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak
Rasio Keuangan
A.
Rasio
Likuiditas
Rasio
likuiditas adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio
likuiditas, semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka
pendek.
Rasio
likuiditas adalah alat penting untuk menilai kesehatan keuangan jangka pendek
perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban tepat waktu. Dengan
memahami rasio likuiditas dan berbagai jenisnya, perusahaan dapat membuat
keputusan yang lebih tepat terkait keuangan dan menarik investor.
Rasio
likuiditas umumnya digunakan untuk mengukur:
1)
Kemampuan
membayar utang jangka pendek: Ini adalah indikator utama yang menentukan
apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo.
2)
Posisi
keuangan jangka pendek: Rasio likuiditas membantu menilai kesehatan
keuangan perusahaan dalam jangka pendek.
3)
Fleksibilitas
dan efisiensi modal: Rasio likuiditas membantu menganalisis bagaimana
perusahaan menggunakan modalnya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
Jenis-jenis
rasio likuiditas:
1.
Rasio lancar (Current
Ratio): Menghitung rasio aset lancar (kas, piutang, persediaan)
terhadap kewajiban lancar.
2.
Rasio cepat (Quick Ratio): Menghitung
rasio aset lancar yang paling likuid (kas, piutang, surat berharga) terhadap
kewajiban lancar.
3.
Rasio kas (Cash Ratio): Menghitung
rasio kas dan surat berharga terhadap kewajiban lancar.
Pentingnya
rasio likuiditas:
1.
Bagi
perusahaan: Likuiditas penting untuk menjalankan operasional
harian, mengantisipasi kebutuhan dana, dan menarik investor.
2.
Bagi
investor: Investor menggunakan rasio likuiditas untuk menilai kemampuan
perusahaan membayar utang jangka pendek dan menilai kesehatan keuangan.
3.
Bagi
kreditor: Kreditor menggunakan rasio likuiditas untuk mengevaluasi
kemampuan perusahaan melunasi utang tepat waktu.
Contoh
penghitungan rasio lancar:
Jika sebuah perusahaan memiliki
aset lancar senilai Rp 1.000.000 dan kewajiban lancar senilai Rp 500.000, maka
rasio lancarnya adalah 1.000.000 / 500.000 = 2. Ini menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kemampuan likuiditas yang baik karena aset lancarnya
melebihi kewajiban lancarnya.
B.
Rasio
Solvabilitas
Rasio
Solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya, baik dalam keadaan
normal maupun saat perusahaan dilikuidasi. Dengan kata lain, rasio ini
menunjukkan sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang.
Rasio
Solvabilitas juga dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga utang dan kewajiban lainnya. Ada beberapa jenis rasio
solvabilitas, seperti Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER),
yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola utang.
Dengan
kata lain, rasio solvabilitas adalah indikator penting untuk menilai kesehatan
keuangan perusahaan dalam jangka panjang.
Rasio
solvabilitas menunjukkan sejauh mana perusahaan dapat memenuhi kewajibannya
dalam jangka panjang, baik dalam keadaan normal maupun saat perusahaan
dilikuidasi.
Rasio
solvabilitas dihitung dengan membandingkan total hutang perusahaan dengan total
asetnya.
Jenis
rasio solvabilitas:
1)
Debt to Asset Ratio (DAR):
Mengukur perbandingan total hutang dengan total aset.
2)
Debt to Equity Ratio
(DER): Mengukur perbandingan total hutang dengan ekuitas.
Tujuan
rasio solvabilitas:
1)
Menilai kesehatan keuangan
perusahaan: Rasio solvabilitas memberikan informasi tentang kesehatan keuangan
perusahaan dalam jangka panjang.
2)
Membantu investor dan
peminjam: Rasio solvabilitas dapat digunakan oleh investor dan peminjam untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar utang.
3)
Meningkatkan kinerja
perusahaan: Dengan memahami rasio solvabilitas, perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan kinerjanya.
Risiko
rasio solvabilitas:
1)
Rasio solvabilitas tinggi:
Dapat meningkatkan risiko perusahaan karena perusahaan terlalu bergantung pada
hutang.
2)
Rasio solvabilitas rendah:
Dapat menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajiban utangnya.
Soal:
PT ABC
memiliki total aset sebesar Rp 1.000.000.000 dan total utang (termasuk utang
jangka pendek dan jangka panjang) sebesar Rp 500.000.000. Jika ekuitas
pemegang saham PT ABC adalah Rp 500.000.000, hitunglah:
1.
Rasio Utang terhadap Aset
(Debt to Asset Ratio).
2.
Rasio Utang terhadap
Ekuitas (Debt to Equity Ratio).
3.
Rasio Solvabilitas.
Penjelasan
dan Cara Menghitung:
1. Rasio
Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio):
·
Rumus: Rasio
Utang terhadap Aset = Total Utang / Total Aset
·
Penjelasan: Rasio
ini mengukur seberapa besar utang yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan
dengan total aset yang dimilikinya. Rasio ini memberikan gambaran tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya dengan menggunakan aset yang
dimiliki.
·
Perhitungan: Rasio
Utang terhadap Aset = Rp 500.000.000 / Rp 1.000.000.000 = 0,5
·
Interpretasi: Nilai
0,5 menunjukkan bahwa setiap Rp 1 aset, perusahaan memiliki utang sebesar Rp
0,5. Rasio ini dianggap baik karena menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
utang yang relatif kecil dibandingkan dengan asetnya, sehingga perusahaan
memiliki kemampuan yang kuat untuk membayar utangnya.
2. Rasio
Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio):
·
Rumus: Rasio
Utang terhadap Ekuitas = Total Utang / Total Ekuitas
·
Penjelasan: Rasio
ini mengukur seberapa besar utang yang dibiayai oleh ekuitas pemegang
saham. Ini memberikan gambaran tentang risiko yang diambil oleh pemegang
saham jika perusahaan memiliki utang yang tinggi.
·
Perhitungan: Rasio
Utang terhadap Ekuitas = Rp 500.000.000 / Rp 500.000.000 = 1
·
Interpretasi: Nilai
1 menunjukkan bahwa utang yang dimiliki oleh perusahaan sama dengan nilai
ekuitas pemegang saham. Rasio ini masih dianggap dalam batas yang wajar,
namun menunjukkan bahwa perusahaan memiliki risiko keuangan yang lebih tinggi
daripada perusahaan dengan rasio utang yang lebih rendah.
3. Rasio
Solvabilitas:
·
Rumus:
Rasio
Solvabilitas = (Laba Bersih + Penyusutan) / (Kewajiban Jangka Pendek +
Kewajiban Jangka Panjang)
·
Penjelasan:
Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjangnya dengan
menggunakan laba bersih dan penyusutan sebagai sumber dana. Rasio ini
memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam jangka
panjang.
C.
Rasio
Aktivitas
Rasio
Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisien sebuah
perusahaan dalam menggunakan aset atau sumber daya yang dimilikinya untuk
menghasilkan pendapatan dan keuntungan. Ini adalah metrik keuangan yang
membantu menganalisis kinerja jangka pendek dan bagaimana perusahaan menangani
manajemen persediaan.
Rasio
Aktivitas memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan memanfaatkan asetnya
untuk menghasilkan pendapatan. Ini termasuk seberapa cepat persediaan berputar,
piutang dibayar, dan aktiva tetap digunakan untuk menghasilkan penjualan.
Rasio
Aktivitas membantu manajemen dan analis untuk memahami efisiensi perusahaan
dalam mengelola asetnya, yang penting untuk menjaga kelancaran operasional dan
kesehatan keuangan secara keseluruhan.
Jenis
Rasio Aktivitas:
1)
Rasio Perputaran
Persediaan: Mengukur seberapa cepat persediaan terjual dan diganti dalam
periode tertentu.
2)
Rasio Perputaran Piutang:
Mengukur seberapa cepat piutang ditagih dan dibayarkan oleh pelanggan.
3)
Rasio Perputaran Aset:
Mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan total asetnya untuk
menghasilkan penjualan.
Manfaat
dari Rasio Aktivitas adalah perusahaan dapat mengidentifikasi area di mana
efisiensi dapat ditingkatkan, misalnya dengan mengurangi waktu tunggu persediaan,
mempercepat pembayaran piutang, atau meningkatkan penggunaan aset.
Contoh: Jika
Perusahaan A memiliki rasio perputaran persediaan yang lebih tinggi daripada
Perusahaan B, maka Perusahaan A dianggap lebih efisien dalam menjual
persediaannya.
Rasio
Aktivitas adalah alat penting untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam
menggunakan asetnya. Dengan menganalisis rasio aktivitas, perusahaan dapat
mengidentifikasi area untuk peningkatan efisiensi dan meningkatkan kinerja
keuangan secara keseluruhan.
D.
Rasio
Profitabilitas
Rasio
profitabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini mengukur
efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan atau
pendapatan.
Contoh
rasio profitabilitas:
1)
Net Profit Margin (NPM):
Mengukur persentase laba bersih setelah pajak terhadap pendapatan.
2)
Gross Profit Margin (GPM):
Mengukur persentase laba kotor terhadap pendapatan.
3)
Return on Assets (ROA):
Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya.
4)
Return on Equity (ROE):
Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari ekuitas pemegang saham.
5)
Return on Sales Ratio:
Mengukur tingkat keuntungan setelah pembayaran biaya variabel produksi.
6)
Return on Investment
(ROI): Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari seluruh dana yang
diinvestasikan dalam aktiva.
Rasio
profitabilitas dapat digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan
perusahaan lain dalam industri yang sama atau untuk melacak perubahan kinerja
perusahaan dari waktu ke waktu. Semakin tinggi rasio profitabilitas, semakin
baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio
profitabilitas menunjukkan seberapa efisien sebuah perusahaan dalam
menghasilkan laba dari pendapatan atau aset yang
dimiliki. Contohnya, jika suatu perusahaan memiliki laba bersih Rp 50
juta dari total pendapatan Rp 200 juta, maka Net Profit Margin (NPM) perusahaan
tersebut adalah 25%.
Berikut
beberapa contoh perhitungan rasio profitabilitas:
1. Net
Profit Margin (NPM)
·
Rumus: (Laba
Bersih / Total Pendapatan) x 100%
·
Contoh: Jika
laba bersih adalah Rp 100 juta dan pendapatan Rp 500 juta, maka NPM adalah (Rp
100 juta / Rp 500 juta) x 100% = 20%.
2. Return
on Assets (ROA)
·
Rumus: (Laba
Bersih / Total Aset) x 100%
·
Contoh: Jika
laba bersih Rp 100 juta dan total aset Rp 1 miliar, maka ROA adalah (Rp 100
juta / Rp 1 miliar) x 100% = 10%.
3. Return
on Equity (ROE)
·
Rumus: (Laba
Bersih / Ekuitas Pemegang Saham) x 100%
·
Contoh: Jika
laba bersih Rp 100 juta dan ekuitas pemegang saham Rp 500 juta, maka ROE adalah
(Rp 100 juta / Rp 500 juta) x 100% = 20%.
4. Gross
Profit Margin (GPM)
·
Rumus: (Laba
Kotor / Total Pendapatan) x 100%
·
Contoh: Jika
laba kotor Rp 150 juta dan total pendapatan Rp 500 juta, maka GPM adalah (Rp
150 juta / Rp 500 juta) x 100% = 30%.
5. Return
on Sales (ROS)
·
Rumus: (Laba
Sebelum Pajak dan Bunga / Total Pendapatan) x 100%
·
Contoh: Jika
laba sebelum pajak dan bunga Rp 120 juta dan total pendapatan Rp 600 juta, maka
ROS adalah (Rp 120 juta / Rp 600 juta) x 100% = 20%.
Penjelasan:
·
Laba Bersih: Keuntungan
bersih setelah semua biaya dan hutang dibayarkan.
·
Total Pendapatan: Jumlah
total pendapatan dari penjualan barang atau jasa.
·
Total Aset: Jumlah
total aset yang dimiliki perusahaan.
·
Ekuitas Pemegang Saham: Nilai
sisa aset setelah dikurangi hutang.
·
Laba Kotor: Keuntungan
sebelum dikurangi biaya operasional lainnya.
·
Laba Sebelum Pajak dan Bunga: Keuntungan
sebelum dikurangi pajak dan bunga.
Interpretasi:
·
Semakin tinggi rasio
profitabilitas, semakin baik kinerja keuangan perusahaan.
·
Rasio profitabilitas dapat
digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam
industri yang sama atau dengan kinerja perusahaan dalam periode waktu yang
berbeda.
E.
Rasio
Penilaian atau Ukuran Pasar
Rasio
penilaian atau ukuran pasar (market valuation ratios) adalah rasio
keuangan yang digunakan untuk menilai dan membandingkan nilai pasar suatu
perusahaan dengan berbagai elemen keuangannya seperti laba, pendapatan, dan
nilai buku. Rasio-rasio ini membantu investor dalam memahami bagaimana
pasar menilai perusahaan, dibandingkan dengan nilai intrinsiknya berdasarkan
laporan keuangan.
Contoh Rasio Penilaian atau Ukuran Pasar:
1)
Price Earnings Ratio
(PER): Mengukur harga saham yang bersedia dibayar investor
untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan perusahaan.
2)
Dividend Yield: Mengukur
tingkat keuntungan berupa dividen yang mampu dihasilkan dari investasi pada
saham.
3)
Price Book Value (PBV): Membandingkan
harga pasar saham dengan nilai buku per saham.
4)
Earning Per Share (EPS): Mengukur
laba per lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan.
Manfaat Rasio Penilaian atau Ukuran Pasar:
1)
Membantu investor dalam
mengevaluasi dan membandingkan saham: Rasio ini memberikan gambaran
tentang nilai pasar suatu saham relatif terhadap berbagai metrik keuangan.
2)
Memberikan wawasan tentang
prospek masa depan perusahaan: Rasio-rasio ini dapat
mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang.
3)
Memudahkan analisis
fundamental: Rasio ini membantu investor dalam melakukan
analisis fundamental untuk menilai nilai intrinsik suatu saham.
Pentingnya
Rasio Penilaian atau Ukuran Pasar: Rasio penilaian atau ukuran pasar sangat
penting karena membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang lebih
tepat. Dengan memahami bagaimana pasar menilai suatu perusahaan, investor
dapat lebih mudah mengidentifikasi saham yang dinilai terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
Rasio
penilaian atau ukuran pasar adalah metrik yang digunakan untuk menilai nilai
atau ukuran pasar dari sebuah perusahaan atau investasi. Contoh-contoh
rasio penilaian atau ukuran pasar yang umum digunakan meliputi:
1)
Rasio Harga terhadap Laba
(P/E): Membandingkan harga saham dengan laba per saham, menunjukkan
berapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap rupiah laba perusahaan.
2)
Rasio Harga terhadap Buku
(P/B): Membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham,
menunjukkan berapa kali nilai buku saham diperdagangkan.
3)
Rasio Harga terhadap
Penjualan (P/S): Membandingkan harga saham dengan pendapatan per
saham, menunjukkan berapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap rupiah
pendapatan perusahaan.
4)
Rasio Pasar terhadap Nilai
Buku (M/B): Membandingkan kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai
buku ekuitasnya, memberikan gambaran tentang bagaimana pasar menilai perusahaan
relatif terhadap nilainya.
5)
Laba per Saham (EPS): Laba
bersih perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar, memberikan
indikasi laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham.
6)
Nilai Buku per Saham (BVS): Total
aset perusahaan dikurangi total kewajiban, kemudian dibagi dengan jumlah saham
yang beredar, menunjukkan nilai buku per lembar saham.
7)
Rasio Hasil Dividen
(Dividend Yield): Membandingkan dividen yang dibayarkan dengan
harga saham, menunjukkan persentase pengembalian dari dividen.
8)
Rasio Pembayaran Dividen
(Dividend Payout Ratio): Persentase laba bersih yang dibayarkan
sebagai dividen, memberikan gambaran tentang seberapa banyak laba perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham.
Rasio-rasio
ini membantu investor dan analis untuk memahami bagaimana pasar menilai sebuah
perusahaan, serta untuk membuat keputusan investasi yang lebih tepat.
Contoh
Penggunaan:
1) Jika
PER suatu perusahaan lebih rendah dari rata-rata industri, ini bisa menjadi
indikasi bahwa saham tersebut dinilai terlalu rendah.
2) Jika
Dividend Yield suatu perusahaan lebih tinggi dari rata-rata industri, ini bisa
menjadi indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki potensi pendapatan dividen
yang menarik.
3) Jika
PBV suatu perusahaan lebih rendah dari 1, ini bisa menjadi indikasi bahwa saham
tersebut dinilai lebih rendah dari nilai buku per sahamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Rustiani,
M. E., & Wiyani, N. T. (2017). Rasio Keuangan Sebagai Indikator Untuk
Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan Semen. Jurnal Akuntansi.
Septiana,
A. (2019). Analisis Laporan Keuangan Konsep Dasar dan Deskripsi Laporan
Keuangan (Vol. 96). Duta Media Publishing.
Subramanyam,
K. R. dan Wild, J. J. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Buku Satu. Jakarta:
Salemba Empat.
Suhendro,
D. (2018). Analisis Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Menggunakan Rasio
Keuangan pada PT Unilever Indonesia Tbk yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, 3(1), 23-47.
Titman,
Sheridan, Keown, J. A., Martin, J. D. (2018). Financial Management: Principles
and Applications, Thirteenth Edition. Pearson Education Limited.
Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
Warren,
C. S., Reeve, J. M., & Duchac, J. E. 2018. Accounting. Edisi ke-27. Cengage
Learning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar