Sabtu, 08 Februari 2025

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

 MATERI 1 - METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

Oleh:

Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak


Metode Penelitian Kuantitatif

 

A.    Pengertian Metode Ilmiah

Metode berasal dari bahasa Yunani ‘methodos’ yang berarti jalan. Sedangkan dalam bahasa Latin ‘methodus’ berarti cara.

Dalam bahasa Inggris ‘method’, artinya:

1.     Procedure of process for attaining an object, a systematic procedure, technique, or mode of inquiry by or proper to a particular discipline or art.

2.     A discipline that deals with the principles and techniques of scientific inquiry (Webster’s et al: 1984). Dari keterangan tersebut, dapat dipahami bahwa metode ilmiah adalah suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai tujuan. Ia dapat juga dikatakan sebagai cara kerja ilmiah (Suhartono, 2008: 71).

Metode diperlukan agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dapat dibuktikan dan bisa tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yakni menjadi lebih khusus dan terbatas lingkupan studinya. Metode ilmiah yang dipergunakan haruslah mempunyai latar belakang, yaitu keterkaitannya dengan tujuan yang tercermin di dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan.

Adapun keterkaitannya itu bersifat kausalistik, yakni bahwa jenis, bentuk dan sifat ruang lingkup dan tujuan penyelidikan menentukan jenis, bentuk dan sifat metode. Karena itu, metode haruslah bersesuaian dengan lingkup dan tujuan (objek forma). Jadi, tidak bisa saling bertentangan.

B.    Definisi Metode Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta kausalitas hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai investigasi sistematis terhadap fenomena dengan mengumpulkan data yang dapat diukur dengan melakukan teknik statistik, matematika atau komputasi.

Penelitian kuantitatif sebagian besar dilakukan dengan menggunakan metode statistik yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif dari studi penelitian. Dalam metode penelitian ini, para peneliti dan ahli statistik menggunakan kerangka kerja matematika dan teori-teori yang berkaitan dengan kuantitas yang dipertanyakan.

Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2019:14) dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi/ sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Menurut Emzir (2009:28), pendekatan kuantitatif adalah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik menggunakan pengukuran dan observasi serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik. Sehingga dalam penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2019).

 

C.     Karakteristik penelitian kuantitatif

Menurut (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001: 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002:11; dan Kasiram 2008:149-150) karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

1.     Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional-empiris atau top-down), yang berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.

2.     Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghindari hal-hal yang bersifat subjektif.

3.     Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.

4.     Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyusun ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.

5.     Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan, serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

6.     Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang objektif dan baku.

7.     Melibatkan penghitungan angka atau kuantifikasi data.

8.     Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.

9.     Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul. Dalam analisis data, peneliti dituntut memahami teknik-teknik statistik.

10.   Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan situasi.

11.   Penelitian jenis kuantitatif disebut juga penelitian ilmiah.

 

D.    Paradigma dan lingkup penelitian kuantitatif

Paradigma memiliki arti sebagai sebuah sudut pandang untuk menilai fenomen-fenomena yang terjadi di sekitar serta pedoman cara bersikap menanggapi fenomena yang terjadi.

Paradigma diartikan sebagai sebuah rangkaian asumsi dan sebuah keyakinan. Asumsi inikemudian dianggap sebagai sebuah kebenaran yang dapat dipercaya, serta kebenarannya dapat dibuktikan secara empirik hingga akhirnya asumsi tersebut bisa divaidasi sebagai accepted assume to be true.

Paradigma merupakan seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis dan membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan/atau masalah yang dihadapi. Pemahaman konsep paradigma tersebut relevan untuk pengembangan penelitian dan ilmu pengetahuan. Paradigma merupakan pandangan dasar mengenai pokok bahasan ilmu.

Paradigma mendefinisikan dan membantu menemukan sesuatu yang harus diteliti dan dikaji, pertanyaan yang harus dimunculkan, cara merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan yang harusdiikuti dalam mengintepretasikan jawaban.

Paradigma adalah bagian dari kesepakatan (consensus) terluas dalam dunia ilmiah yang berfungsi membedakan satu komunitas ilmiah tertentu dengan komunitas lainnya.

Paradigma berkaitan dengan pendefinisian, teori, metode, hubungan antara model, serta instrumen yang tercakup di dalamnya. Istilah paradigma pertama kali dikemukakan oleh Khun tahun 1996 sebagai “bangunan” yang mencangkup seluruh konstelasi kepercayaan- kepercayaan, nilai-nilai dan konsep-konsep yang dipedomani oleh komunitasa ilmiah. Jadi, dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandangan peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan pelakuan peneliti terhadap ilmu dan teori, yang di konstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.

Jenis paradigma penelitian dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan pendekatan, metode, dan jenis penelitian sehingga penelitiannya berkualitas.Jenis paradigma penelitian dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu positivis, interpretif, dan kritis.

Berikut penjelasan dari setiap jenis paradigma penelitian yaitu (Muslim, 2016):

1.     Paradigma Positivis

Paradigma positivis lahir dari pemikiran seorang filsuf terkenal yaitu Auguste Comte. Pemikiran tersebut dituangkan dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive. Pemikiranpemikirannya cukup berpengaruh yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya antara lain Cours de Philosophie Positive (Kursus filsafat positif) dan Systeme de Politique Positive (Sistem politik positif).

Pandangan paradigma ini didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur-prosedur yang baku; ilmu dianggap bersifat deduktif,berjalan dari hal yang umum dan bersifat abstrak menuju yang konkit dan bersifat sepesifik; ilmu dianggap nomotetik, yaitu didasarkan pada hukum-hukum yang kausal yang universal dan melibatkan sejumlah variable.Paradigma positivitis pada akhirnya melahirkan pendekatan kuantitatif.

2.     Paradigma Interpretif

Paradigma interpretif adalah paradigma yang melihat bagaimana masalah dikonstruksi, pola yang terjadi, serta mencari penjelasan mengenai peristiwa sosial atau budaya. Paradigma interpretif merupakan cara pandang yang lebih besifat subjektif karena pertimbangan utamanya berdasarkan pada perspektif dan pengalaman dari orang yang diteliti.Berkebalikan dari paradigma postivis, paradigma interpretif ciri ilmunya bersifat induktif yaitu dari spesifik menuju ke umum atau abstrak. Secara umum, paradigma ini dilakukan dengan observasi secara langsung sehingga didapatkan fakta yang spesifik dan kontekstual yang memiliki makna yang berbeda-beda tergantung dari situasi sosialnya.

Oleh sebab itu, penggunaan paradigma ini memiliki ambiguitas yang besar serta pendekatan penelitiannya bersifat kualitatif. Pendekatan interpretif berangkat dari upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman orang yang diteliti. Pendekatan interpretatif diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum pendekatan interpretatif merupakan sebuah sistem sosail yang memaknai perilaku secara detail langsung mengobservasi. Interpretif melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial. Interpretif melihat fakta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan interpretatif. Paradigma ini menekankan pada ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur yang baku. Setiap gejala atau peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda; ilmu bersifat induktif, berjalan dari yang sepesifik menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu bersifat idiografis, artinya ilmu mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif. Pendekatan interpretif pada akhirnya melahirkan pendekatan kualitatif.

3.     Paradigma Kritis

Paradigma kritis lahir dari adanya pendapat ilmuwan yang menemukan kelemahan dari paradigma sebelumnya, yaitu paradigma interpretif. Kelemahan paradigma interpretif salah satunya adalah hanya berisi penjelasan secara deskriptif mengenai suatu ilmu. Oleh sebab itu paradigma kritis muncul tidak hanya berisi penjelasan mengenai suatu masalah, tetapi juga dibentuk melalui aksi sosial.

Dalam paradigma ini terdapat konsep kritik internal yang melihat penelitian dengan memfokuskan terhadap alasan teoritis dan metode yang dilakukan dalam pengumpulan data. Konsep lainnya yaitu menggunakan logika yang difokuskan pada skeptisisme yang berkaitan dengan ide dan pemikiran melalui sosial historisnya.Dengan demikian, paradigma kritis ini berpandangan bahwa untuk mendapatkan kebenaran, perlu dilakukannya hubungan antara tindakan penelitian dengan pendekatan situasi historisnya seperti situasi politik, kebudayaan, ekonomi, dan lain sebagainya.

Ciri khas paradigma Kritis adalah bahwa paradigma ini berbeda dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional. Pendekatan paradigma kritis tidak bersifat kontemplatif atau spektulatif murni. Teori Kritis pada titik tertentu memandang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl Marx, sebagai teori yang menjadi emansipatoris. Teori Kritis tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa iningn membongkar ideologi-ideologi yang sudah ada. pandangan paradigma ini menekankan pada ilmu bukanlah didasarkan pada hukum dan prosedur yang baku, tetapi untuk membongkar ideologi-ideologi yang sudah ada dalam pembebasan manusia dari segala belenggu penghisapan dan penindasan.

Paradigma kuantitatif adalah paradigma yang dilandasi oleh filsafat positivisme, dimana tidak mengakui adanya unsur teologi dan juga metafisik.

Paradigma yang satu ini meyakini bahwa ilmu pengetahuan merupakan satu- satunya pengetahuan yang valid. Pengetahuan yang dimaksud tersebut yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang sudah kita lalui. Dimana pengalaman itu kita rasakan oleh indera kita yang nantinya akan diolah oleh pikiran kita sendiri. Karena berawal dari pengalaman pribadi, maka objek penelitian biasanya tidak jauh dari hubungan dan sebab akibat antara pengalaman yang sudah kita lalui dan fenomena yang ada. Walaupun berasal dari pengalaman yang kita lalui, penelitian tetap saja berdasarkan fakta yang ada. Selain itu, penelitian juga dapat dilandasi oleh asumsi dengan melihat fakta yang ada. Sehingga, paradigma tersebut menggunakan asumsi kita yang telah kita bangun dari fakta yang kita dapatkan dari proses berpikir kita terkait fenomena ataupun kejadian tertentu. Selain itu, paradigma kuantitatif juga mempunyai pandangan bahwa sumber ilmu salah satunya yaitu pemikiran rasional data empiris.

Pemikiran tersebut didasari dari kesesuaian dengan teori terdahulu yang umumnya disebut sebagai koherensi. Dimana di dalam prosesnya, diawali dari asumsi ataupun yang biasanya kita sebut sebagai perumusan hipotesis. Untuk kemudian diverifikasi supaya mendapatkan teori baru. Dalam memandang sebuah peristiwa, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa variabel yang ada didalamnya bisa saja berubah bergantung dengan kondisi dan situasi. Oleh sebab itu, pada penelitian kuantitatif hanya memakai variabel tertentu saja. Dimana variabel yang dipakai umumnya hanya yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian kuantitatif yang berlandaskan pada paham empirisme positivisme melihat bahwa kebenaran berada dalam fakta-fakta yang dapat dibuktikan atau diuji secara empiris. Penelitian ini mengelaborasi tiga poin penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. Poin yang pertama adalah menjelaskan fenomena atau gejala yang terjadi sebagai gambaran akan keingintahuan dan keinginan untuk mendapat pemahaman mengenai suatu kondisi atau kejadian. Poin kedua adalah penggunaan jenis data numerik atau data dalam bentuk angka-angka sebagai bahan utama untuk melakukan analisis. Poin ketiga adalah menggunakan statistik dalam melakukan analisis. Prosedur pelaksanaan penelitian kuantitatif amat ketat karena umumnya penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi sebuah teori melalui pengujian hipotesis yang sejak awal sudah ditentukan dengan mengacu pada kerangka teori tertentu.

Perbedaan Paradigma Kuantitatif dengan Kualitatif adalah(Lubis,2014):

Paradigma Kuantitatif:

1)    Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data,termasuk dalam penarikan sampel.

2)    Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikiryang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.

3)    Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam (obstrusive) dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).

4)    Peneliti berusaha menjaga jarak sehingga peneliti tetapberposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.

5)    Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum(generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.

6)    Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebihdipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).

7)    Keriteria data/ informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanyacenderung mengambil data konkrit (hard fact).

8)    Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.

9)    Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentusaja. Jadi tidak bersifat holistik.

Paradigma Kualitatif:

1)    Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalamproses analisisnya.

2)    Lebih mementingkan penghayatan dan pengertian dalam menangkap gejala(fenomenologis).

3)    Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan yang ketat).

4)    Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, denganberusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.

5)    Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakanmetode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.

6)    Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama.Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadikegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.

7)    Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak sajamencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.

8)    Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular,sehingga tekannyabukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.

9)    Fokus penelitian bersifat holistik, meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi padavariabe

 

E.     Format penelitian kuantitatif

Gambaran format penelitian yang ada di IAI TABAH dengan menggunakan metode kuantitatif:

Sistematika Kuantitatif:

Bagian inti skripsi kuantitif terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah Penelitian

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

F. Sistematika Pembahasan

 

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori-teori variabel penelitian

B. Hasil Penelitian yang relevan

C. Hepotesis Penelitian

 

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

B. Sumber dan Jenis Data Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

D. Instrumen dan Uji Keabsahan Data

E. Teknik Analisis Data

 

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian

B. Deskripsi Data Penelitian

C. Pengujian Hipotesis

D. Temuan Data Penelitian

 

BAB V PEMBAHASAN

A. Temuan 1 (sesuai jawaban rumusan masalah nomor 1, dst .....)

B. Temuan 2

C. Dst.....

 

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

 

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Bennett, N., Borg, W. R., & Gall, M. D. (1984). Educational Research: An Introduction. British Journal of Educational Studies, 32(3), 274. https://doi.org/10.2307/3121583

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif. Malang: UIN Malang

Lubis. A.Y, (2014) Filsafat Ilmu: Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Muslim. (2016). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam Ilmu Komunikas I, Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, 78-79

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suharsimi Arikunto. 2019. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparlan Suhartono. 2008. Wawasan pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...