MATERI - EKONOMI MIKRO ISLAM
Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak
Break
Even Point (BEP) dan Distorsi
A.
Pengertian
Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah kondisi di
mana total pendapatan (revenue) suatu bisnis sama dengan total biaya yang
dikeluarkan (total cost), baik biaya tetap maupun biaya variabel. Pada titik
BEP, perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
BEP adalah titik di mana pendapatan perusahaan sama
dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga laba atau rugi bersihnya adalah nol. BEP
membantu perusahaan untuk mengetahui berapa banyak produk atau jasa yang harus
dijual untuk menutupi semua biaya produksi dan operasional. Dengan
mengetahui BEP, perusahaan dapat membuat keputusan strategis terkait harga
jual, volume produksi, dan target penjualan.
Pengertian
Break Even Point adalah titik ketika tingkat penjualan dan biaya produksi
berada dalam posisi yang sama sehingga perusahaan tidak menghasilkan atau
kerugian.
Sejarah
adanya BEP adalah BEP (titik impas) berasal dari konsep ekonomi point
of indifference atau poin ketidakpedulian. Dalam perspektif ekonomi,
poin tersebut menunjukkan capaian penjualan barang membuat pengambil kebijakan
tidak peduli. Sebab, poin yang didapat tidak memuaskan atau dijadikan bahan
beropini.2
Konsep
BEP pertama kali dikenal pada awal abad ke-20. Pada tahun 1930-an, analisis
Break Even Point semakin berkembang. Salah satu buku terkenal yang membahas BEP
adalah "La Theorie de l'Equilibre Economique" dari Prancis.
Kemudian,
metode dan cara menghitung BEP perusahaan jadi makin populer. Plus, sering
digunakan untuk menganalisis keseimbangan antara biaya produksi dan pendapatan
dalam berbagai kegiatan usaha.
BEP
terjadi ketika perusahaan menggunakan biaya tetap (cost
management, biaya rutin) dalam sebuah proyek, sedangkan tingkat
penjualan hanya mencukupi untuk menutup biaya tetap dan variabel lain
BEP dapat dihitung dalam satuan unit (berapa unit produk
yang harus dijual) atau dalam bentuk mata uang (berapa pendapatan yang harus
dihasilkan).
Rumus BEP:
1)
Break Even Point dalam
Unit = Biaya Tetap ÷ (Harga - Biaya Variabel)
2)
BEP di dalam Unit = Biaya
Tetap / Kontribusi Margin per unit
Langkah-langkah Perhitungan Break
Even Point
Setelah
mengetahui rumus menghitung BEP, berikut contoh cara menghitung BEP perusahaan
di bidang layanan pengiriman barang atau menggunakan armada.
1.
Identifikasi Biaya Tetap
dan Biaya Variabel:
Biaya tetap: gaji sopir per bulan Rp5.000.000,
asuransi armada per bulan Rp2.000.000, dan sewa garasi per bulan Rp3.000.000.
Total biaya tetap: Rp10.000.000.
Biaya Variabel: Rata-rata bahan bakar per perjalanan
Rp1.000.000, biaya perawatan dan suku cadang rata-rata per bulan Rp1.500.000.
Total biaya variabel: Rp2.5000.000.
2.
Hitung Harga Unit
Untuk mendapatkan kontribusi margin, hitung harga
unit yang didapatkan perusahaan, atau dalam kasus ini adalah biaya pengiriman
barang. Contoh, biaya per pengiriman: Rp500.000.
3.
Kontribusi Margin
Kontribusi Margin = Harga Jual per Pengiriman -
Biaya Variabel per Pengiriman. Kontribusi Margin = Rp 500.000 - Rp 2.500.000 =
-Rp 1.000.000.
Dari contoh itu dapat diketahui, kontribusi margin
negatif menunjukkan setiap pengiriman menghasilkan kerugian di awal. Namun,
Anda dapat menghitung BEP untuk mengetahui jumlah pengiriman yang harus dicapai
untuk mencapai titik impas.
4.
Hitung Break Even Point
(BEP) Pengiriman
BEP (dalam pengiriman) = Total Biaya Tetap /
Kontribusi Margin per Pengiriman BEP (dalam pengiriman) = Rp10.000.000 /
-Rp1.000.000 = 10 pengiriman.
Dari contoh itu, perusahaan harus melakukan
minimal 10 pengiriman untuk mencapai titik impas.
Bagi Anda yang menjalankan bisnis dengan armada,
Shell Card dapat menjadi andalan solusi pengelolaan bahan bakar atau cost
reduction.
Dengan jaringan produk bahan bakar terbaik dan
terluas, Shell Card dapat untuk membantu mengelola besaran biaya tetap dan
variabel. Shell Card menawarkan sistem manajemen terintegrasi untuk pengelolaan
armada perusahaan. Solusi ini membantu Anda mengelola armada dengan lebih
efisien. Dengan Shell Card, Anda dapat melakukan pengisian bahan bakar di
seluruh SPBU Shell. Bahan bakar Shell dapat menghemat penggunaan bensin hingga
3% sehingga jarak tempuh kendaraan lebih jauh dan hemat bensin.
Manajemen armada dari Shell ditujukan untuk
perusahaan yang membutuhkan strategi manajemen operasional lebih efektif,
manajemen biaya lebih praktis, mudah, dan efisien dalam melakukan kontrol
budget bahan bakar.
B.
Kelemahan
dan Kegunaan BEP
Analisis
Titik Impas (Break Even Point/BEP) memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya adalah membantu menentukan target penjualan,
memprediksi kapan bisnis akan mencapai titik impas, dan membantu dalam
pengambilan keputusan terkait harga jual dan biaya. Namun, BEP memiliki
kelemahan karena bersifat statis, bergantung pada data yang andal, dan mungkin
sulit mengklasifikasikan biaya.
Kelebihan
BEP:
1.
Menentukan target
penjualan: BEP membantu menentukan jumlah minimum produk yang
harus dijual untuk menutupi biaya dan mencapai titik impas.
2.
Prediksi waktu mencapai
titik impas: BEP membantu memperkirakan kapan bisnis akan
mencapai titik impas, sehingga dapat digunakan untuk merencanakan strategi
bisnis lebih lanjut.
3.
Alat perencanaan laba: BEP dapat
digunakan sebagai alat perencanaan untuk mencapai laba yang diinginkan.
4.
Mengidentifikasi dampak
perubahan: BEP dapat membantu menganalisis dampak perubahan
harga jual, biaya, dan volume penjualan terhadap laba.
Kelemahan
BEP:
1)
Bersifat statis: Analisis
BEP hanya berlaku untuk titik tertentu dan tidak mempertimbangkan fluktuasi
dalam periode waktu tertentu.
2)
Bergantung pada data yang
andal: Keakuratan BEP sangat bergantung pada data biaya dan
pendapatan yang akurat.
3)
Kesulitan
mengklasifikasikan biaya: Beberapa biaya sulit diklasifikasikan sebagai
biaya tetap atau variabel, terutama biaya semi-variabel.
4)
Tidak mempertimbangkan
risiko: Analisis BEP mungkin tidak memperhitungkan risiko seperti
perubahan harga bahan baku atau permintaan pasar.
5)
Hanya berlaku untuk satu
jenis produk: Jika perusahaan memproduksi atau menjual lebih
dari satu jenis produk, komposisi penjualannya (sales mix) harus tetap konstan.
C.
Keterbatasan
Analisis Break Even Point.
Analisis Break Even Point (BEP) atau titik impas memiliki
beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut meliputi asumsi bahwa hubungan
antara biaya dan volume penjualan bersifat linear, biaya dapat diklasifikasikan
secara jelas sebagai biaya tetap atau variabel, dan analisis ini bersifat
statis, hanya berlaku untuk satu titik waktu tertentu, bukan keseluruhan
periode.
Keterbatasan analisis BEP:
1.
Asumsi Linearitas: Analisis BEP
mengasumsikan hubungan linear antara biaya, volume, dan pendapatan.
Kenyataannya, hubungan ini mungkin tidak selalu linear. Misalnya, biaya
variabel per unit bisa berubah pada tingkat produksi yang berbeda, terutama
jika mendekati kapasitas penuh.
2.
Klasifikasi Biaya: Mengklasifikasikan biaya sebagai biaya tetap atau
variabel bisa jadi sulit. Beberapa biaya bersifat semi-variabel, yang berarti
mereka tetap hingga titik tertentu, lalu berubah. Kesulitan dalam
mengklasifikasikan biaya ini dapat mempengaruhi keakuratan analisis BEP.
3.
Analisis Statis: Analisis BEP bersifat statis, hanya memberikan gambaran
pada titik tertentu, bukan keseluruhan periode. Analisis ini tidak
mempertimbangkan perubahan dinamis dalam biaya, harga, atau volume penjualan
dari waktu ke waktu.
4.
Asumsi Produk Tunggal: Analisis BEP
seringkali disederhanakan dengan mengasumsikan hanya ada satu jenis produk yang
diproduksi dan dijual. Jika perusahaan menjual berbagai macam produk dengan
harga dan biaya yang berbeda, analisis BEP menjadi lebih kompleks dan sulit
untuk diterapkan.
5.
Tidak Memperhitungkan Risiko Pasar: Analisis BEP
tidak secara eksplisit mempertimbangkan faktor-faktor risiko pasar seperti
fluktuasi permintaan atau perubahan harga yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan.
6.
Tidak Menggambarkan Laba: Analisis BEP
hanya menunjukkan titik impas, yaitu titik di mana perusahaan tidak untung dan
tidak rugi. Analisis ini tidak memberikan informasi tentang potensi laba yang
bisa diraih di atas titik impas.
7.
Tidak Memberikan Rekomendasi Aksi: Analisis BEP hanya memberikan gambaran tentang titik
impas, namun tidak memberikan rekomendasi tindakan spesifik yang perlu diambil
perusahaan untuk meningkatkan kinerja atau mengatasi masalah.
Meskipun
memiliki keterbatasan, analisis BEP tetap merupakan alat yang berguna dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan bisnis, terutama dalam memahami hubungan
dasar antara biaya, volume, dan laba. Namun, penting untuk memahami
keterbatasan analisis ini dan tidak menggunakannya secara terpisah tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor lain.
D.
Pengertian
Distorsi
Distorsi
adalah perubahan bentuk, ukuran, atau proporsi asli dari sesuatu, sehingga
tampak berbeda dari keadaan sebenarnya. Dalam berbagai bidang, distorsi
bisa merujuk pada pemutarbalikan fakta, perubahan suara, atau deformasi fisik.
E.
Macam-macam
Distorsi
Menurut Cambridge Dictionary, distorsi adalah perubahan
atau pemutaran berlebihan yang membuat sesuatu tampak berbeda dari sebenarnya.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan distorsi berarti perubahan suatu
fakta atau sesuatu dari yang sudah ada atau aslinya.
Distorsi dalam Berbagai Bidang Selain secara umum, distorsi merupakan istilah yang
digunakan dalam beragam bidang dengan makna berbeda-beda. Yakni distorsi pasar,
distorsi komunikasi, distorsi ekonomi, distorsi fisika, distorsi fotografi,
distorsi musik, dan distorsi psikologi. Berikut pembahasannya:
1.
Distorsi Pasar atau Ekonomi
Mengutip dari Karya
Tugas Akhir berjudul Distorsi Pasar (Ikhtiar) Antara Islam dan Konvensional
oleh Ida Surhani Lubis di situs Scribd.com, distorsi pasar adalah suatu
gangguan atau perubahan yang terjadi pada sebuah mekanisme pasar. Secara garis
besar, penyebab distorsi pasar adalah adanya rekayasa permintaan dan rekayasa
penawaran. Adanya gangguan atau distorsi ini pun mengakibatkan terjadinya
beberapa kecurangan dalam hal pelaksanaan mekanisme pasar dan membuat kondisi
ekonomi tidak efisien.
2.
Distorsi Komunikasi
Istilah distorsi juga
digunakan dalam bidang komunikasi. Distorsi komunikasi adalah suatu kondisi
dimana terjadinya perubahan makna informasi, maksud, dan ide antara komunikator
dengan komunikan. Distorsi
komunikasi bukanlah sebuah miskomunikasi (salah pengertian) melainkan
pergeseran atau perubahan arah dari makna informasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Distorsi dalam bidang komunikasi dapat
mengakibatkan terjadinya gagal paham dalam berkomunikasi. Beberapa hal yang bisa menyebabkan distorsi komunikasi
adalah kultur budaya seseorang seperti logat, gaya bahasa, hingga pelafalan.
3.
Distorsi Fisika
Ada pula pengertian
distorsi dalam bidang fisika, tepatnya pada saat proses pengelasan. Dikutip
dari jurnal Tentang Distorsi oleh Reynaldo Tarigan di situs Scribd.com,
distorsi ialah perubahan bentuk atau penyimpangan bentuk yang diakibatkan oleh
panas. Pemuaian dan penyusutan benda kerja akan membuat bagian benda kerja
sekitar pengelasan melengkung atau tertarik.
4.
Distorsi Fotografi
Dalam bidang fotografi,
distorsi memiliki makna di mana garis yang seharusnya lurus pada objek
mengalami perubahan karena munculnya lengkungan. Lengkungan pada foto ini
biasanya disebabkan oleh bias cahaya akibat penggunaan lensa ukuran tertentu.
Misalnya, saat memotret dengan lensa wide atau fish eye.
5.
Distorsi Musik
Distorsi di bidang musik
sering muncul dalam percakapan tentang alat musik seperti gitar. Makna dari
distorsi adalah proses mengubah jenis suara yang kasar atau tidak jernih
menjadi lebih keras. Selain
menguatkan suara, distorsi musik juga dapat menghasilkan nada menjadi
"kabur", "geram", ataupun "pasir". Nada menggeram
dari gitar yang terdistorsi adalah bagian utama dari genre musik tertentu,
terutama genre blues dan musik rock. Biasanya suara ini diciptakan dengan sebuah alat yang
disebut pedal distorsi atau stompbox distorsi. Namun, kini suara distorsi pada
gitar juga dapat kamu ciptakan menggunakan aplikasi di komputer atau
smartphone. Selain gitar, ada juga bass listrik, organ, harmonika, bahkan vokal
yang menggunakan kliping elektronik sinyal.
6.
Distorsi Psikologi
Istilah distorsi juga
digunakan dalam bidang psikologi, yaitu distorsi kognitif. Distorsi kognitif
adalah pola pikir berlebihan atau irasional yang menyebabkan seseorang mempersepsikan
realitas secara tidak akurat. Pikiran yang terdistorsi ini dapat membuat
pandangan tentang dunia menjadi negatif serta memperburuk keadaan mental
menjadi depresif.
Dalam ekonomi
syariah, distorsi pasar (market distortion) adalah penyimpangan dari mekanisme
pasar yang ideal dan adil, yang seringkali merugikan salah satu
pihak. Beberapa jenis distorsi pasar yang umum terjadi dalam ekonomi
syariah meliputi: Tadlīs (Penipuan), Gharar (Ketidakpastian/Spekulasi),
Maysir (Perjudian), Ihtikar (Penimbunan), dan Bay' Najasy (Rekayasa
Permintaan).
1.
Tadlīs (Penipuan): Praktik
ini melibatkan penyembunyian atau penyamaran cacat pada barang atau jasa yang
diperdagangkan, atau memberikan informasi yang salah kepada pembeli, sehingga
pembeli merasa dirugikan. Contohnya adalah mengurangi takaran barang yang
dijual atau menyembunyikan kerusakan pada barang.
2.
Gharar
(Ketidakpastian/Spekulasi): Transaksi yang mengandung unsur
ketidakpastian tinggi, baik mengenai jumlah, kualitas, waktu penyerahan, atau
keberadaan barang yang diperjualbelikan. Contohnya adalah menjual barang
yang belum ada atau menjual barang dengan kondisi yang tidak jelas.
3.
Maysir (Perjudian): Transaksi
yang mengandung unsur spekulasi atau untung-untungan, di mana salah satu pihak
berpotensi mendapatkan keuntungan besar tanpa adanya usaha yang sepadan,
sementara pihak lain berpotensi mengalami kerugian besar.
4.
Ihtikar (Penimbunan): Praktik
menimbun barang kebutuhan pokok dengan tujuan untuk menaikkan harga dan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Ihtikar dilarang dalam ekonomi
syariah karena dapat merugikan masyarakat luas.
5.
Bay' Najasy (Rekayasa
Permintaan): Praktik menaikkan harga suatu barang dengan cara
menyuruh orang lain untuk menawar barang tersebut, padahal orang tersebut tidak
berniat membeli. Tujuannya adalah untuk menarik minat pembeli lain agar
mau membeli dengan harga yang lebih tinggi.
Distorsi pasar dalam ekonomi syariah dianggap
sebagai penyimpangan dari prinsip-prinsip muamalah yang adil dan
berkeadilan. Pelaku distorsi pasar dapat dikenai sanksi sesuai dengan
hukum Islam.
F.
Peran
Pemerintah Mengatasi Distorsi
Pemerintah
memiliki peran penting dalam mengatasi distorsi pasar. Tujuannya
adalah memastikan mekanisme pasar yang adil dan efisien, serta melindungi
kepentingan masyarakat. Pemerintah dapat melakukan intervensi dalam bentuk
pengawasan, pengaturan, dan pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk mencapai tujuan
tersebut.
Berikut
adalah beberapa peran pemerintah dalam mengatasi distorsi pasar:
1)
Menciptakan Persaingan
Sehat:
a) Pemerintah
perlu memastikan adanya persaingan yang sehat di pasar dengan mencegah praktik
monopoli, oligopoli, dan kartel.
b) Pemerintah
juga dapat memberikan informasi yang akurat kepada pelaku pasar dan konsumen
untuk mencegah praktik-praktik curang.
c) Menciptakan
aturan main yang jelas dan transparan dalam pasar untuk mendorong persaingan
yang sehat.
2)
Mengatur Mekanisme Pasar:
a) Pemerintah
dapat membuat kebijakan untuk mengatur mekanisme pasar, seperti menetapkan
harga maksimum atau minimum untuk barang dan jasa tertentu.
b) Pemerintah
juga dapat memberikan subsidi kepada produsen atau konsumen untuk mempengaruhi
harga dan ketersediaan barang dan jasa.
c) Pemerintah
dapat melakukan intervensi dalam bentuk pengawasan dan pengaturan kegiatan
ekonomi untuk memastikan mekanisme pasar berjalan dengan baik.
3)
Melindungi Konsumen:
a)
Pemerintah memiliki peran
dalam melindungi konsumen dari praktik-praktik curang dan produk-produk yang
tidak aman.
b)
Pemerintah dapat membuat
aturan tentang standar produk, pelabelan, dan hak-hak konsumen lainnya.
c)
Pemerintah juga dapat
membentuk lembaga pengawas pasar untuk memastikan produk-produk yang dijual
aman dan berkualitas.
4)
Mengatasi Kegagalan Pasar:
a) Distorsi
pasar seringkali muncul sebagai akibat dari kegagalan pasar, yaitu situasi di
mana mekanisme pasar tidak dapat mencapai efisiensi dan keadilan.
b) Pemerintah
dapat melakukan intervensi untuk mengatasi kegagalan pasar ini, seperti
menyediakan barang publik atau mengatur eksternalitas negatif.
c) Pemerintah
juga dapat memberikan informasi yang akurat dan transparan kepada pelaku pasar
untuk mencegah kegagalan pasar lebih lanjut.
5)
Menjaga Kestabilan
Ekonomi:
a)
Pemerintah memiliki peran
penting dalam menjaga kestabilan ekonomi, termasuk mengendalikan inflasi,
pengangguran, dan fluktuasi harga.
b)
Pemerintah dapat
menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mencapai tujuan tersebut.
c)
Pemerintah juga dapat
melakukan intervensi dalam pasar keuangan untuk mencegah krisis keuangan.
6)
Memperbaiki Distribusi
Pendapatan:
a) Distorsi
pasar dapat menyebabkan kesenjangan pendapatan yang semakin lebar.
b) Pemerintah
dapat melakukan intervensi untuk memperbaiki distribusi pendapatan, seperti
melalui sistem perpajakan yang progresif atau program jaminan sosial.
c) Pemerintah
juga dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan akses pendidikan untuk
mengurangi kesenjangan pendapatan.
Dalam
menjalankan perannya, pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai faktor,
termasuk dampak kebijakan terhadap pelaku pasar, konsumen, dan masyarakat
secara keseluruhan. Pemerintah juga perlu memastikan bahwa kebijakan yang
diambil transparan, akuntabel, dan partisipatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Gilarso,
T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius. Yogyakarta
Rahmarisa,
Faty. 2018. “Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam.” Tijarah: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis 2(16).
Reksiana,
Reksiana. 2018. “KERANCUAN ISTILAH KARAKTER, AKHLAK, MORAL DAN ETIKA.”
THAQAFIYYAT: Jurnal Bahasa, Peradaban dan Informasi Islam 19(1):1–30.
Romadona,
Wahyu Sri Bintang, dan Izzani Ulfi. 2021. “Penerapan Etika Bisnis Islam pada
Pedagang Sembako di Desa Jumbleng Indramayu.” (JMK) Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan 6(3):65–72.
Samuelson
danNordhaus. 2003. Ilmu Mikroekonomi Edisi Tujuh Belas. Jakarta: P.T. Media
Global Edukasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar