Sabtu, 17 Mei 2025

TEORI PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK

 MATERI 8- EKONOMI MIKRO ISLAM

Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak


Teori Pasar Persaingan Monopolistik

 

A.    Pengertian pasar persaingan Monopolistik

Pasar persaingan monopolistik merupakan salah satu jenis pasar persaingan tidak sempurna. Sistem pasar monopolistik ini dikembangkan karena tidak adanya kepuasan pada analisis model persaingan pasar sempurna atau pasar monopoli. Akan tetapi, jika kita lihat dari struktur pasar monopolistik, maka sistem tersebut lebih mendekati pada pasar persaingan sempurna. Namun para produsen akan lebih berpartisipasi di dalam jenis pasar tersebut untuk menghasilkan sebuah produk yang berbeda dan mempunyai karakteristik sendiri.

Pasar monopolistik adalah sebuah pasar yang memiliki banyak konsumen yang dapat menghasilkan suatu komoditas yang berbeda-beda. Jenis pasar ini juga seringkali disebut sebagai pasar yang memiliki banyak penjual yang hanya menawarkan satu jenis produk namun dengan kualitas, bentuk, dan ukuran produk yang berbeda. Di dalam pasar monopolistik, para konsumen akan merasakan adanya sebuah perbedaan dari ciri khas pada setiap produk yang ditawarkan oleh satu produsen dengan produsen lainnya.

Dengan adanya perbedaan pada setiap produk yang ditawarkan, itu akan mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya diantara produk-produk yang akan dibeli. Tapi juga mungkin saja, perbedaan yang tercipta hanyalah persepsi dari masing-masing konsumen saja. Dimana produk yang ditawarkan oleh berbagai produsen yang ada di pasar memang berbeda. Misalnya saja, perbedaan suatu produk bisa kita lihat dari bentuk kemasan atau fisiknya. Mulai dari perbedaan bentuk, ukuran, fungsi, dan juga kualitas produk. selain itu, perbedaan tiap produk juga bisa kita lihat dari merek, logo, dan juga kemasannya.

Kemudian untuk melihat lebih jelas lagi terkait perbedaan produk, bisa kita lihat dari jangka waktu kredit penjualan produk tersebut, kemudahan dalam mengaksesnya, ketersediaan komoditas, lokasi untuk mendapatkan komunitas, layanan after sales, dan lain sebagainya. Adapun contoh dari produk yang dijual di pasar monopolistik yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu alat kosmetik, pakaian, obat-obatan, tempat makan, dan masih banyak lagi.

 

B.    Ciri-ciri Pasar Persaingan Monopolistik

1. Memiliki Jumlah Produsen atau Penjual yang Sangat Banyak

Produsen yang ada di dalam pasar monopolistik sangatlah beragam dan berjumlah banyak. Sehingga tiap penjual atau produsen harus merasa puas dengan pembagian pasar ataupun market share yang relatif kecil. Tak hanya itu saja, penjual yang ada di dalam pasar monopolistik tidak mempunyai kekuasaan secara penuh untuk menentukan harga di pasaran.

Hal tersebut berkaitan dengan jumlah penjual yang cukup banyak. Sehingga muncul berbagai kesulitan terkait koordinasi antar produsen atau penjual. Jadi kolusi harga hampir tidak bisa dilakukan. Setiap pemilik usaha harus selalu aktif mencari target pasarnya sendiri.

2. Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk yang dimaksud disini adalah produk yang serupa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Kita bisa melihat perbedaan tersebut dari bentuk, ukuran, corak, kualitas, dan lainnya. Setiap produsen akan memberikan ciri khas dan sentuhan khusus pada produk yang dihasilkan. Seperti halnya pabrikan apparel dan juga alat-alat olahraga seperti Nike, Adidas, Fila, Skechers, dan juga Puma mempunyai produk yang serupa. Dimana semua perusahaan tersebut mengeluarkan jenis sepatu yang sama. Tapi produk yang mereka hasilkan memiliki karakteristik dan ciri masing-masing.

Oleh karena itu, setiap perusahaan atau produsen tidak bisa seenaknya sendiri menentukan harga pasaran, baik itu menurunkan ataupun menaikkan harga. Apabila salah satu produsen berusaha untuk merusak harga pasar, maka hal itu secara otomatis akan diikuti oleh produsen lainnya. Akan tetapi, para produsen tetap tidak bisa menaikkan harga produk. Sebab, jika ada yang nekat menaikkan harga namun kompetitor tetap mempertahankan harga sebelumnya, maka perusahaan tadi akan mengalami kerugian.

 

3. Persaingan Produsen Tidak Berdasar Pada Harga

Di dalam pasar persaingan monopolistik, produsen atau penjual cenderung tidak bisa mempermainkan harga di pasaran. Kecuali ada suatu konsensus yang dilakukan secara bersamaan dengan produsen lainnya. Oleh karena itu, persaingan yang terjadi di dalam sistem pasar ini lebih mengarah kepada desain, kualitas, marketing, dan kelebihan dari masing-masing produk.

Kalaupun ada yang ingin bermain harga, misalnya saja ada produsen yang ingin menetapkan harga tinggi untuk produk yang ditawarkannya, maka produsen tersebut harus bisa meyakinkan para konsumen terkait kualitas dan juga keunggulan dari produk tersebut dibandingkan dengan produk serupa milik kompetitor.

4. Kebebasan Produsen Baru Untuk Keluar dan Masuk Pasar

Semua produsen yang ada di dalam sistem pasar ini memiliki kebebasan untuk masuk dan keluar pasar. Sebab, produk-produk yang mereka tawarkan bisa digantikan oleh produk serupa dari produsen lain yang masih bertahan di dalam pasar tersebut. Hal itu tentu tidak akan menyebabkan kelangkaan produk dan menyusahkan konsumen yang ingin mencari produk tersebut.

Sementara untuk produsen baru, mereka tidak perlu memiliki sejumlah modal yang besar untuk dapat bergabung dan bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar. Asalkan produk yang ditawarkan memiliki harga yang terjangkau dan berkualitas baik serta dapat dipertanggungjawabkan. Dengan begitu, konsumen yang ada di dalam pasar akan menerima kehadiran produsen baru itu.

 

5. Perkembangan Teknologi dan Inovasi

Karena adanya persaingan yang ketat dan banyaknya kompetitor di dalamnya. Maka tiap produsen atau penjual dituntut untuk dapat terus memberikan sebuah inovasi terhadap produk yang mereka tawarkan. Hal tersebut juga menyebabkan teknologi dapat berkembang dengan cepat untuk mengimbangi inovasi yang diinginkan oleh para produsen.

 

Saat sebuah produsen melakukan inovasi, makan hal itu akan mendatangkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan keuntungan normal saat menggunakan produk lama. Dengan adanya pendapatan atau keuntungan yang meningkat, maka akan lebih mudah menarik produsen lain untuk melakukan inovasi serupa atau lebih baik lagi. Oleh sebab itu, konsep inovasi dan juga teknologi tak akan pernah putus selama ada persaingan yang ketat antara produsen satu dan lainnya.

C.     Kelebihan dan Kekurangan Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar persaingan monopolistik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain mendorong inovasi, memberikan banyak pilihan pada konsumen, dan meningkatkan kualitas produk. Namun, kekurangannya adalah persaingan yang ketat, biaya produksi yang lebih tinggi, dan potensi ketidakefisienan produksi. 

Kelebihan Pasar Persaingan Monopolistik:

a)    Dorong Inovasi: Persaingan yang ketat mendorong produsen untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk agar tetap kompetitif. 

b)    Banyak Pilihan Konsumen: Karena terdapat banyak produsen dengan produk yang sedikit berbeda, konsumen memiliki banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

c)     Peningkatan Kualitas Produk: Untuk menarik konsumen, produsen berusaha untuk meningkatkan kualitas produk mereka, sehingga konsumen mendapatkan produk yang lebih baik. 

d)    Kemudahan Masuk dan Keluar Pasar: Hambatan untuk masuk dan keluar pasar relatif rendah, sehingga produsen baru dapat mudah beroperasi dan produsen yang tidak efisien dapat keluar. 

Kekurangan Pasar Persaingan Monopolistik:

a.      Persaingan Ketat: Persaingan yang ketat di pasar dapat membuat produsen kecil kesulitan bertahan dan dapat memicu perang harga. 

b.     Biaya Produksi Tinggi: Inovasi dan diferensiasi produk dapat meningkatkan biaya produksi, yang kemudian dapat berimbas pada harga produk. 

c.      Potensi Ketidakefisienan Produksi: Karena produsen tidak selalu memproduksi dengan skala ekonomi yang optimal, dapat terjadi ketidakefisienan produksi dan harga yang lebih tinggi. 

d.     Penyebaran Informasi Kurang Efisien: Informasi tentang produk dan layanan mungkin tidak tersebar dengan merata, sehingga konsumen tidak selalu dapat memilih produk yang paling sesuai. 

D.    Pemaksimuman Keuntungan dalam Pasar Persaingan Monopolistik

Dalam pasar persaingan monopolistik, perusahaan memaksimalkan keuntungan dengan memproduksi hingga titik di mana pendapatan marjinal (MR) sama dengan biaya marjinal (MC). Harga yang ditetapkan akan lebih tinggi dari MR karena kurva permintaan perusahaan bersifat menurun.

Pemaksimuman Keuntungan: Perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik, seperti monopoli, akan memaksimalkan keuntungan dengan memproduksi pada tingkat output di mana MR = MC.

Pendapatan Marjinal (MR): Pendapatan tambahan yang diperoleh perusahaan dari penjualan satu unit tambahan produk.

Biaya Marjinal (MC): Biaya tambahan yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi satu unit tambahan produk.

Kurva Permintaan Menurun: Kurva permintaan yang dihadapi perusahaan dalam persaingan monopolistik menurun karena perusahaan memiliki sedikit kekuatan monopoli atas produk yang mereka jual.

Harga Lebih Tinggi dari MR: Karena kurva permintaan menurun, perusahaan harus menurunkan harga untuk menjual lebih banyak produk. Dengan demikian, harga yang ditetapkan akan selalu lebih tinggi dari pendapatan marjinal.

Keuntungan Abnormal Jangka Pendek: Dalam jangka pendek, perusahaan dalam persaingan monopolistik dapat memperoleh keuntungan di atas rata-rata (keuntungan abnormal).

Keuntungan Normal Jangka Panjang: Dalam jangka panjang, persaingan di pasar monopolistik akan mendorong perusahaan untuk meniru inovasi dan teknologi baru, sehingga keuntungan abnormal akan berkurang dan perusahaan hanya akan memperoleh keuntungan normal.

Contoh:

Misalnya, sebuah toko roti dalam pasar persaingan monopolistik ingin memaksimalkan keuntungan. Mereka akan memproduksi roti hingga titik di mana pendapatan tambahan dari penjualan roti tambahan sama dengan biaya tambahan untuk membuat roti tersebut. Harga roti yang ditetapkan akan lebih tinggi dari pendapatan marjinal, karena kurva permintaan roti mereka akan menurun jika mereka ingin menjual lebih banyak.

E.     Perbedaan dan Persamaan Pasar Persaingan Monopolistik dengan Oligopoli

Pasar persaingan monopolistik dan oligopoli memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan utama adalah adanya hambatan masuk pasar dan kemampuan perusahaan untuk memengaruhi harga. Perbedaan utama terletak pada jumlah penjual, jenis produk, dan tingkat persaingan. 

 

Tabel

Perbedaan Pasar Persaingan Monopolistik dengan Oligopoli

Unsur

Perbedaan

Peluang masuk pasar

Dalam pasar oligopoli, akan sangat sulit bagi produsen untuk memasuki pasar. Sebab produsen utama bisa memainkan harga, sehingga produsen baru sulit bersaing dengan harga yang sudah ada. Sedangkan dalam pasar monopolistik, peluang produsen untuk memasuki pasar terbuka  lebar. Sehingga produsen bebas keluar masuk pasar tanpa banyak hambatan.

 

Pengaruh produsen terhadap harga


Salah satu ciri pasar monopolistik ialah perusahaan memiliki sedikit kuasa untuk memengaruhi harga. Karena mudah masuk pasar, produsen tidak bisa memengaruhi atau menentukan harga menurut kehendaknya sendiri.

Ini berbeda dengan karakteristik pasar oligopoli, di mana produsen bisa menjadi price setter atau penentu harga.

 

Promosi

Produsen dalam pasar oligopoli perlu membuat promosi atau iklan. Agar pembeli tidak mudah pindah ke merek lainnya. Sementara dalam pasar monopolistik, produsen bisa membuat promosi untuk mengenalkan produknya kepada calon konsumen. Namun, sifatnya tidak wajib

Jumlah Penjual

Pasar Persaingan Monopolistik: Terdapat banyak penjual di pasar.  Pasar Oligopoli: Terdapat beberapa penjual besar yang menguasai pasar. 

 

Jenis Produk Yang dijual

Pasar Persaingan Monopolistik: Produk yang dijual relatif mirip tetapi terdiferensiasi (misalnya merek, kualitas, desain). Pasar Oligopoli: Produk yang dijual bisa identik (seperti semen) atau terdiferensiasi, tetapi tetap memiliki banyak kesamaan

 

Tingkat Persaingan

Pasar Persaingan Monopolistik: Persaingan relatif tinggi karena adanya banyak produsen. 

Pasar Oligopoli: Persaingan lebih terbatas dan sering terdapat kesepakatan tidak langsung antara produsen untuk menjaga stabilitas pasar. 

 

 

 

Tabel

Persamaan Pasar Persaingan Monopolistik dengan Oligopoli

Unsur

Persamaan


Hambatan Masuk Pasar

Kedua struktur pasar ini memiliki hambatan masuk yang lebih tinggi dibandingkan pasar persaingan sempurna, namun lebih rendah dibandingkan monopoli. 

Kemampuan Mempengaruhi Harga

Perusahaan dalam kedua pasar ini memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga, meskipun tidak sepenuhnya seperti monopoli. 

Diferensiasi Produk

Baik persaingan monopolistik maupun oligopoli melibatkan diferensiasi produk, meskipun tingkat diferensiasinya berbeda. Dalam persaingan monopolistik, diferensiasi produk lebih kuat karena perusahaan menawarkan produk yang serupa tetapi memiliki fitur atau merek yang berbeda. Sedangkan dalam oligopoli, produk yang ditawarkan mungkin lebih homogen, tetapi masih ada perbedaan dalam hal merek, kualitas, atau layanan

Hambatan Masuk Pasar

Baik dalam persaingan monopolistik maupun oligopoli, terdapat hambatan yang menghalangi perusahaan baru untuk masuk ke pasar. Hambatan ini bisa berupa modal yang besar, regulasi yang ketat, atau merek dagang yang kuat. 

Persaingan Tidak Sempurna

Keduanya tidak memenuhi syarat persaingan sempurna karena terdapat hambatan masuk dan keluarnya perusahaan di pasar. Dalam persaingan sempurna, perusahaan dapat masuk dan keluar pasar dengan mudah, tetapi dalam persaingan monopolistik dan oligopoli, ada biaya atau hambatan tertentu yang perlu dipertimbangkan. 

 

F.     Perspekif Islam atas Pasar Persaingan Monopolistik

Dalam perspektif Islam, pasar persaingan monopolistik tidak dianggap sebagai bentuk pasar yang salah secara mutlak, meskipun tidak seoptimal pasar persaingan sempurna. Namun, praktik-praktik yang merugikan, seperti kolusi untuk memaksimalkan keuntungan dengan menaikkan harga, mengurangi output, atau mengurangi jumlah pekerja, dilarang. Islam juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan pasar melalui lembaga seperti Al-Hisbah yang bertugas mengawasi kecurangan dan menjaga keadilan. 

Ada beberapa hal yang berkaitan perspektif Islam atas Pasar Persaingan Monopolistik, yaitu:

1.     Tidak Dilarang, Tetapi Harus Dikelola dengan Baik: Islam tidak secara langsung melarang struktur pasar monopolistik. Jika pasar tersebut terbentuk karena kondisi objektif, maka tidak menjadi masalah. 

2.     Kolusi dan Praktik Lain yang Dilarang: Yang dilarang dalam Islam adalah praktik-praktik yang merugikan, seperti kolusi antar pelaku pasar untuk menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk, yang dapat mengganggu kesejahteraan konsumen dan produsen lainnya. 

3.     Peran Al-Hisbah: Dalam sejarah, Islam memiliki lembaga khusus, Al-Hisbah, yang bertugas mengawasi pasar dan memastikan keadilan. Al-Hisbah berperan dalam mengawasi takaran, timbangan, dan memastikan tidak ada kecurangan atau penipuan. 

4.     Keadilan dan Kesejahteraan: Islam menekankan pentingnya keadilan dan kesejahteraan dalam transaksi pasar. Ini berarti bahwa produsen dan konsumen harus mendapatkan manfaat yang adil dari transaksi tersebut, dan tidak ada pihak yang dirugikan. 

5.     Talaqqi Rukban: Contoh praktik yang dilarang adalah Talaqqi Rukban, yaitu seorang pedagang yang menawar harga barang dengan penjual yang belum sampai di pasar utama, yang dapat merugikan pedagang yang tidak mengetahui harga pasar. 

 

DAFTAR PUSTAKA

Adrianus S. Girikallo, Mahdalena, Dkk, Buku Ajar Mikro Ekonomi, Diterbitkan, Dicetak, Dan Didistribusikan Oleh Pt. Literasi Nusantara Abadi Grup, Cetakan 1, Agustus 2023.

Aravik, Havis, 2016. “Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Jalur Al-Shulhuh dan Jawatan al-Hisbah”, Economica Sharia, Volume 2 Nomor 1 Edisi Februari 2016.

Aravik, Havis. 2016. Ekonomi Islam Konsep,Teori dan Aplikasi serta Pandangan Pemikir Ekonomi Islam dari Abu Ubaid Samapi Al-Maududi. Empat Dua : Malang

Aravik, Havis. 2017. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. Kencana : Jakarta.

Fathimatuzzahro, Nimade Lintang Purnaasa, Dkk, Strategi Pengelolaan Modal Kerja Untuk Meningkatkan Efisiensi Operasional Perusahaan, Seminar Nasional & Call For Paper Hubisintek 2023.

Karim, Adiwarman Azwar,2006. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Lailatis Syarifah, Teori Dasar Ekonomi Mikro Dalam Literatur Islam Klasik, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol. 1, No. 1. 2019.

M. Ridwan, Imsar, Dkk, Ekonomi Mikro Islam, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara 2017. Nikmatul Husna, Husni Thamrin, Konsep Mikro Ekonomi Syariah, Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021.

Nurrohman & Nurhaeti, Pemikiran Ekonomi Mikro Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jurnal Ilmu Akuntansi Dan Bisnis Syariah, Volume I/ Nomor 02/ Juli 2019.

Rianton, Nur Al Arif dan Euis Amalia ,2010. Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Kencana : Jakarta

Rozalinda, 2016. Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Reni Ria Armayani Hasibuan, Dkk, Ekonomi Mikro, Hak Penerbitan Pada Cv. Merdeka Kreasi Grou, Cetakan Ke-1, Februari 2022.

Siti Saidah, Sri Nabilah, Dkk, Konsep Dasar Ekonomi Makro Islam, Jurnal Manajemen Dan Akuntansi, Vol. 1, No. 4 Juli 2024.

Sukirno, Sadono, 2015. Mikro Ekonomi Toeri Pengantar. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...