MATERI 8- PENGANTAR BISNIS ISLAM
Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak
Sumber
Daya Insani
A.
Pengertian Sumberdaya Manusia
Sumber
daya manusia (SDM) secara umum adalah manusia yang bekerja atau berkontribusi
dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. SDM
merupakan aset penting dan tidak terpisahkan dari sebuah organisasi, baik itu
institusi maupun perusahaan. SDM mencakup semua karyawan, mulai dari level staf
hingga manajemen puncak, yang memiliki keterampilan, pengetahuan, dan
pengalaman untuk berkontribusi.
Sumber
daya manusia (SDM) adalah semua orang yang terlibat dalam suatu organisasi
atau perusahaan, baik sebagai karyawan, manajer, atau pimpinan, yang memiliki
kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan untuk mencapai tujuan
organisasi. Secara umum, SDM dianggap sebagai aset penting yang perlu
dikelola dan dikembangkan untuk mencapai keberhasilan perusahaan.
Berikut
adalah beberapa pengertian SDM menurut para ahli:
1.
Gary
Dessler: SDM adalah bagian integral dari perusahaan yang bertanggung
jawab dalam merencanakan, merekrut, memilih, dan mengembangkan tenaga kerja
untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.
A.F.
Stoner: Manajemen SDM adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang
bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang
yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
organisasi memerlukannya.
3.
Bintoro
dan Daryanto: SDM adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur
hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara
efisien dan efektif, serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai
bersama perusahaan, karyawan, dan individu itu sendiri.
4.
Darmadi: SDM
adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi
maupun perusahaan, dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya.
5.
Veithzal
Rivai: SDM adalah orang yang siap, mau, dan mampu memberikan
sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi.
SDM
adalah manusia yang memiliki potensi dan kemampuan untuk bekerja dan
menghasilkan nilai tambah bagi organisasi. Mereka adalah individu yang memiliki
kekuatan berpikir, fisik, dan emosional yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan organisasi.
Unsur
Utama SDM:
1)
Daya Pikir: Kecerdasan
yang dimiliki manusia, termasuk kemampuan berpikir, berkreasi, dan memecahkan
masalah.
2)
Daya Fisik: Keterampilan
dan kemampuan fisik yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan pembelajaran.
SDM
berperan penting dalam mencapai tujuan organisasi, baik secara individu maupun
secara kolektif. Mereka adalah penggerak utama dalam proses produksi, layanan,
dan inovasi di dalam organisasi.
Manajemen
SDM adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
SDM dalam organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Tujuan
Organisasi: Manajemen SDM yang efektif dapat membantu organisasi mencapai
tujuan dengan lebih efisien, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif.
B.
Potensi Dasar
Manusia
Potensi
dasar manusia, dalam konteks agama dan filosofi, merujuk pada kemampuan dan
kecenderungan bawaan yang dimiliki setiap individu sejak lahir. Potensi ini
mencakup aspek jasmani, ruhani, dan akal, serta memungkinkan manusia untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan penciptaan mereka.
Potensi
Jasmani (Fisik): Merupakan kemampuan fisik yang dimiliki manusia, seperti
indera, kemampuan gerak, dan struktur tubuh yang memungkinkan mereka untuk
berinteraksi dengan lingkungan.
Potensi
Ruhani (Spiritual): Merupakan kemampuan bawaan untuk merasakan, menanggapi, dan
memahami hal-hal yang bersifat spiritual, termasuk kepekaan terhadap kebenaran
dan kebaikan.
Potensi
Akal (Mind): Merupakan kemampuan untuk berpikir, belajar, membuat keputusan,
dan memproses informasi. Akal berperan penting dalam menentukan arah hidup dan
membedakan antara yang benar dan yang salah.
Potensi
Dasar dalam Perspektif Islam: Dalam Islam, potensi dasar manusia sering disebut
dengan istilah fitrah, yaitu kecenderungan bawaan untuk berbuat baik dan
mengikuti ajaran agama.
Potensi
Dasar dalam Perspektif Psikologi: Psikologi juga mengidentifikasi potensi dasar
manusia yang mencakup potensi sosial, emosional, intelektual, dan fisik.
Dengan
memahami potensi dasar manusia, individu dapat mengembangkan diri mereka secara
lebih optimal dan mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna. Pendidik dan orang
tua memiliki peran penting dalam membimbing individu untuk mengembangkan
potensi mereka secara wajar dan seimbang.
Contoh
Potensi Dasar Manusia:
1)
Potensi Jasmani (Fisik): Meliputi
kemampuan motorik, fisik, dan sensorik yang memungkinkan individu untuk
bergerak, merasakan, dan berinteraksi dengan lingkungan. Contohnya:
kemampuan berlari, berenang, atau bermain alat musik.
2)
Potensi Ruhani
(Spiritual): Mengacu pada kemampuan untuk merasakan, memahami,
dan berhubungan dengan hal-hal yang bersifat rohani, seperti kepercayaan,
nilai-nilai moral, dan spiritualitas. Contohnya: kemampuan untuk merasakan
kebahagiaan, memiliki empati, atau memiliki keyakinan.
3)
Potensi Akal
(Intelektual): Merupakan kemampuan berpikir, belajar, dan
memahami konsep-konsep abstrak. Contohnya: kemampuan untuk menyelesaikan
masalah, berpikir kritis, atau belajar bahasa baru.
4)
Potensi Emosional: Merupakan
kemampuan untuk merasakan, mengelola, dan mengungkapkan emosi. Contohnya:
kemampuan untuk mengendalikan emosi, memahami emosi orang lain, atau membangun
hubungan interpersonal yang sehat.
5)
Potensi Sosial: Mengacu
pada kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, membangun hubungan, dan
berpartisipasi dalam masyarakat. Contohnya: kemampuan untuk bekerja sama,
berkomunikasi, atau menjadi pemimpin.
6)
Potensi Kreatif: Merupakan
kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru, menciptakan hal-hal yang unik, dan
memiliki imajinasi yang luas. Contohnya: kemampuan untuk menggambar,
menulis, atau menciptakan karya seni.
7)
Potensi Linguistik: Kemampuan
untuk berbahasa, baik dalam berbicara, menulis, membaca, maupun memahami
bahasa. Contohnya: kemampuan untuk berbicara di depan umum, menulis karya
sastra, atau memahami teks deskriptif.
8)
Potensi Matematis: Kemampuan
untuk memahami konsep-konsep matematika, menyelesaikan masalah matematika, dan
melakukan perhitungan. Contohnya: kemampuan untuk menyelesaikan soal
matematika, melakukan perhitungan keuangan, atau memahami grafik dan
diagram.
9)
Potensi Musik: Kemampuan
untuk memahami dan menghargai musik, serta kemampuan untuk menciptakan
musik. Contohnya: kemampuan untuk memainkan alat musik, menyanyi, atau
memahami komposisi musik.
10)
Potensi Visual-Spasial: Kemampuan
untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia visual dan spasial, seperti
kemampuan untuk melihat pola, memahami peta, atau menciptakan karya seni
visual. Contohnya: kemampuan untuk menggambar, memahami desain, atau
membaca peta.
Perkembangan
Potensi Dasar Manusia: Potensi dasar manusia dapat dikembangkan melalui
berbagai cara, seperti:
a)
Pendidikan:
Proses
pembelajaran di sekolah, universitas, atau lembaga pendidikan lainnya dapat
membantu mengembangkan potensi intelektual, bahasa, dan sosial.
b)
Pengalaman:
Berbagai
pengalaman dalam hidup, seperti bekerja, berinteraksi dengan orang lain, atau
menghadapi tantangan, dapat membantu mengembangkan potensi emosional, sosial,
dan kreativitas.
c)
Pelatihan:
Kursus,
workshop, atau pelatihan khusus dapat membantu mengembangkan potensi tertentu,
seperti kemampuan teknis, kepemimpinan, atau pengembangan diri.
d)
Refleksi
Diri: Menilai diri sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan,
serta menetapkan tujuan dapat membantu mengembangkan potensi diri.
Dengan
mengembangkan potensi dasar manusia, individu dapat mencapai potensi penuhnya,
meraih kesuksesan, dan berkontribusi pada masyarakat.
C.
Kerja Keras
Dan Komitmen Kesuksesan
Kerja
keras dan komitmen merupakan elemen penting dalam meraih kesuksesan. Kerja
keras adalah usaha yang dilakukan dengan penuh dedikasi dan ketekunan untuk mencapai
tujuan, sementara komitmen adalah kesediaan untuk terus bekerja keras meskipun
menghadapi rintangan.
Karakteristik
Kerja Keras adalah:
1.
Dedikasi:
Memberikan
perhatian dan usaha yang penuh pada tugas atau pekerjaan yang sedang dilakukan.
2.
Ketekunan:
Tidak
menyerah dan terus berusaha meskipun mengalami kesulitan atau kegagalan.
3.
Usaha
yang Konsisten: Melakukan pekerjaan dengan rutin dan tidak
terputus-putus.
4.
Meningkatkan
Keterampilan: Melalui kerja keras, seseorang dapat meningkatkan
kemampuan dan keahliannya dalam bidang tertentu.
Karakteristik
Komitmen adalah:
1)
Kesediaan
untuk Berusaha: Bersedia melakukan usaha yang diperlukan
untuk mencapai tujuan, bahkan jika itu berarti menghadapi tantangan atau kesulitan.
2)
Tanggung
Jawab: Memegang teguh janji atau kewajiban yang telah diambil.
3)
Ketekunan: Tetap
fokus dan tidak mudah menyerah meskipun menghadapi hambatan.
4)
Pencapaian
Tujuan: Komitmen yang kuat dapat membantu seseorang mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Mengapa
Kerja Keras dan Komitmen Penting untuk Kesuksesan:
1.
Meningkatkan
Pengembangan Pribadi: Bekerja keras dan berkomitmen dapat membantu
meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang, serta mengembangkan potensi
yang dimiliki.
2.
Memperoleh
Penghargaan: Orang yang bekerja keras dan berkomitmen
seringkali dihargai oleh rekan kerja, atasan, dan orang lain.
3.
Rasa
Pencapaian: Kesuksesan yang diraih melalui kerja keras dan
komitmen memberikan rasa puas dan kepuasan diri.
4.
Membentuk
Karakter: Proses kerja keras dan komitmen dapat membentuk karakter yang
kuat, disiplin, dan bertanggung jawab.
5.
Mencapai
Tujuan: Kerja keras dan komitmen merupakan kunci untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Contoh
nyata dari kerja keras dan komitmen terhadap kesuksesan adalah seorang atlet
yang berlatih keras setiap hari untuk mencapai prestasi tertinggi, atau seorang
pengusaha yang terus berusaha mengembangkan bisnisnya meskipun menghadapi
tantangan, dengan tujuan meraih kesuksesan yang berkelanjutan.
Contoh seorang
Atlet:
Atlet
yang sukses tidak hanya memiliki bakat alami, tetapi juga melakukan latihan
intensif dan disiplin, serta tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan
performa mereka, bahkan ketika mengalami kegagalan. Mereka memahami bahwa
kesuksesan membutuhkan kerja keras dan dedikasi yang konsisten, dan tidak mudah
menyerah di hadapan tantangan.
Contoh seorang
Pengusaha: Pengusaha yang sukses juga menunjukkan kerja keras dan komitmen yang
kuat. Mereka tidak takut mengambil risiko dan terus berusaha mengembangkan
bisnis mereka, meskipun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan. Mereka
memiliki visi yang jelas tentang kesuksesan dan terus bekerja keras untuk
mencapai tujuan mereka, dengan tetap memperhatikan detail dan detail.
Contoh
Seorang Siswa:
Siswa
yang rajin belajar, pekerja yang selalu berusaha memenuhi tugas dengan baik,
atau bahkan seseorang yang terus berusaha untuk mencapai tujuan hidup mereka,
juga merupakan contoh dari kerja keras dan komitmen menuju kesuksesan.
D.
Motivasi Kerja
Dan Produktivitas Kerja
Motivasi
kerja dan produktivitas kerja memiliki hubungan yang erat. Motivasi kerja
merupakan dorongan atau stimulus yang mendorong seseorang untuk bekerja,
sedangkan produktivitas kerja adalah ukuran efektivitas kerja seseorang dalam
menghasilkan output. Motivasi yang tinggi cenderung meningkatkan produktivitas,
dan sebaliknya, kurangnya motivasi dapat menurunkan produktivitas.
Pengertian
dari Motivasi kerja adalah kekuatan atau dorongan yang mendorong
seseorang untuk bekerja dan mencapai tujuan kerja.
Motivasi
kerja dapat berasal dari dalam diri (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik). Contoh motivasi intrinsik adalah rasa senang bekerja atau
keinginan untuk mengembangkan kompetensi, sedangkan motivasi ekstrinsik bisa
berupa penghargaan, insentif, atau pujian.
Faktor
yang mempengaruhi Motivasi Kerja diantaranya: lingkungan
kerja, sistem penghargaan, kepemimpinan, dan juga faktor pribadi seperti
kebutuhan, nilai-nilai, dan tujuan hidup.
Produktivitas
kerja adalah ukuran efektivitas dan efisiensi seseorang dalam bekerja. Ini
mengacu pada seberapa banyak output yang dihasilkan dalam waktu tertentu.
Faktor
yang mempengaruhi produktivitas Kerja adalah: motivasi,
keterampilan, kemampuan, sumber daya yang tersedia, dan lingkungan kerja.
Produktivitas
kerja sangat penting bagi organisasi karena dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan keuntungan perusahaan.
Hubungan
Motivasi dan Produktivitas:
1.
Pengaruh Positif: Motivasi
kerja yang tinggi cenderung meningkatkan produktivitas kerja. Karyawan
yang termotivasi akan bekerja lebih keras, lebih giat, dan lebih fokus dalam
mencapai tujuan kerja.
2.
Dampak Negatif: Kurangnya
motivasi atau motivasi yang rendah dapat menurunkan produktivitas
kerja. Karyawan yang tidak termotivasi mungkin kurang antusias, kurang
bersemangat, dan kurang fokus dalam bekerja.
3.
Pentingnya Peningkatan
Motivasi:Peningkatan motivasi kerja dapat menjadi strategi penting
untuk meningkatkan produktivitas kerja dan mencapai tujuan organisasi.
Contoh
Penerapan:
1.
Pemberian insentif atau
bonus kepada karyawan yang berhasil mencapai target kerja dapat meningkatkan
motivasi dan produktivitas mereka.
2.
Penyelenggaraan pelatihan
dan pengembangan kompetensi dapat meningkatkan keterampilan karyawan dan juga
meningkatkan motivasi mereka.
3.
Penciptaan lingkungan
kerja yang positif dan mendukung, dengan memberikan dukungan, penghargaan, dan
komunikasi yang baik, dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas karyawan
E.
Sumber
Daya Insani
Sumber
Daya Insani (SDI) atau Human Resource (HR) adalah fokus pada potensi,
kemampuan, dan keterampilan individu dalam organisasi, baik itu karyawan,
pegawai, buruh, maupun manajer, yang berperan sebagai aset penting dalam
mencapai tujuan organisasi. Manajemen SDI mencakup berbagai aspek, mulai dari
perencanaan, perekrutan, pelatihan dan pengembangan, hingga pengelolaan kinerja
dan kompensasi.
Pengertian
Sumber Daya Insani dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro.
Pengertian Sumber Daya Insani secara mikro adalah individu yang bekerja dan
menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai
pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkan
pengertian sumber daya insani secara makro adalah penduduk suatu negara yang
sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun yang sudah
bekerja. Secara garis besar, pengertian sumber daya insani adalah individu yang
bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan
dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
Sumber
daya insani adalah potensi Insaniwi yang melekat keberadaannya pada seseorang
yang meliputi potensi fisik dan non-fisik. Sedangkan sumber daya insani dalam
konteks organisasi publik dipahami sebagai potensi Insaniwi yang melekat
keberadaannya pada seorang pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan potensi
nonfisik. Potensi fisik adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang
pegawai, sedangkan potensi non-fisik adalah kemampuan seorang pegawai yang
terakumulasi baik dari latar belakang pengetahuan, inteligensia, keahlian,
keterampilan, human relation.
Sumber
daya insani adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan
sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan
efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai bersama
perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
SDI
merujuk pada potensi dan kemampuan manusia dalam organisasi yang digunakan
untuk mencapai tujuan bersama. SDI tidak hanya tentang fisik, tetapi juga
meliputi kemampuan mental, intelektual, dan spiritual.
Manajemen
SDI adalah proses pengelolaan berbagai aspek yang terkait dengan sumber daya manusia
dalam organisasi, seperti perencanaan, perekrutan, pelatihan, penilaian
kinerja, kompensasi, dan pengembangan karier.
Manajemen
SDI bertujuan untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan organisasi.
Sumber
daya manusia merupakan kekuatan terbesar dalam organisasi, dan pengelolaan SDI
yang efektif sangat penting untuk keberhasilan organisasi.
Contoh
Aspek Manajemen SDI:
1.
Perencanaan: Menentukan
kebutuhan SDM di masa depan, analisis pekerjaan, deskripsi jabatan, dan
spesifikasi jabatan.
2.
Perekrutan: Mencari,
menarik, dan memilih calon karyawan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
3.
Pelatihan dan
Pengembangan: Memberikan pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan.
4.
Penilaian Kinerja: Menilai
kinerja karyawan secara berkala untuk memberikan umpan balik dan
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
5.
Kompensasi: Memberikan
kompensasi yang adil dan kompetitif untuk menarik dan mempertahankan karyawan.
Perbedaan
dengan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM): Meskipun sering digunakan secara
bergantian, manajemen SDI lebih menekankan pada aspek pengembangan dan
kesejahteraan karyawan, sedangkan manajemen SDM lebih berfokus pada pengelolaan
sumber daya manusia secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bohlander
& Snell, “Managing Human Resources,” South-Western College Vol. 3 No. 1,
2013,
Eri
Susan, “Manajemen Sumber Daya Manusia,” Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol 9, No.
2, 2019.
Matindas,
2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Lewat Konsep AKU (Ambisi, Kenyataan, Dan
Usaha). Jakarta: Pustaka Utama Grafitti.
Robert
L Mathis dan John H Jackson, 2019. Human Resource Management (Manajemen Sumber
Daya Manusia). Jakarta: Salemba Empat.
Sedarmayanti,
2009. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju.
Strajhar,
“Pengaruh Pelatihan Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Outlet Kampoeng Steak Di Surabaya”. Nature MethodsVol. 7 No. 6, 2016.
Sri
Minarti, 2016. Manajemen Sekolah : Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sukidjo
Notoatmodjo, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Veithzal
Rivai Zainal, 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Depok: PT
RAJAGRAFINDO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar