MATERI 5 - FILANTROPI ISLAM
Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak
Pola
Pemberdayaan Filantropi Islam
A.Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan
Masyarakat adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa.
Menurut
World Health Organization (WHO), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses
yang memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan kontrol atas kehidupan mereka.
Proses tersebut melibatkan peningkatan aset dan atribut masyarakat serta
membangun kapasitas mereka untuk mendapatkan akses, mitra, jaringan, hingga
mendapatkan kendali. Dalam pemberdayaan masyarakat kita seringkali melibatkan
pihak eksternal. Namun, perlu diingat bahwa dalam pemberdayaan masyarakat, diri
seseorang menjadi aset mereka sendiri, sehingga peran pihak eksternal adalah
untuk memfasilitasi atau mendampingi masyarakat dalam memperoleh kontrol atas
kehidupannya.
Pemberdayaan
masyarakat adalah proses pembangunan sumber daya manusia atau masyarakat itu
sendiri, yang melibatkan penggalian kemampuan pribadi, kreativitas, kompetensi,
dan daya pikir, serta peningkatan tindakan yang lebih baik dari waktu
sebelumnya. Ini adalah upaya untuk memandirikan dan memampukan masyarakat,
mendorong mereka untuk lebih berdaya guna dan berhasil guna, serta meningkatkan
kemandirian dan kesejahteraan mereka.
Pemberdayaan
masyarakat melibatkan beberapa aspek penting:
1.
Pembangunan Sumber Daya
Manusia:
Pemberdayaan berfokus pada
peningkatan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, baik secara
individu maupun kelompok.
2.
Partisipasi Masyarakat:
Pemberdayaan selalu melibatkan
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program.
3.
Kemandirian dan Kesejahteraan:
Tujuan utama pemberdayaan adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, serta
meningkatkan kesejahteraan mereka di berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial,
budaya, dan politik.
4.
Peningkatan Kesadaran:
Pemberdayaan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi yang mereka miliki, serta
mendorong mereka untuk memanfaatkan potensi tersebut secara optimal.
5.
Pendampingan dan
Kebijakan:
Pemberdayaan seringkali
melibatkan pendampingan dari pihak luar, seperti pemerintah atau organisasi
nirlaba, serta penetapan kebijakan dan program yang mendukung kemajuan
masyarakat.
6.
Pemberdayaan Sosial:
Pemberdayaan juga dapat diartikan
sebagai proses membangun otonomi, kekuatan, kepercayaan diri, dan cara-cara
lain yang diperlukan untuk mewujudkan perubahan dan membuka jalan menuju masa
depan yang lebih baik.
Contoh
Penerapan Pemberdayaan Masyarakat:
Pemberdayaan
masyarakat dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti:
1)
Peningkatan Ekonomi:
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui
pelatihan keterampilan, akses modal, pengembangan usaha, dan pemasaran
produk.
2)
Peningkatan Pendidikan:
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui
akses pendidikan yang lebih luas, pelatihan guru, dan pengembangan kurikulum
yang relevan.
3)
Peningkatan Kesehatan:
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui
peningkatan akses pelayanan kesehatan, kampanye kesehatan, dan perubahan
perilaku hidup sehat.
4)
Peningkatan Lingkungan:
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan
konservasi, pengelolaan sampah, dan pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan.
Tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Perbaikan kelembagaan
Lembaga yang baik adalah lembaga yang memiliki
kegunaan yang jelas, tujuan yang dapat diukur, serta program kerja yang
terarah. Selain itu, semua anggotanya wajib menjalankan fungsi dan tanggung
jawabnya dengan baik. Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan hal
ini.
Kelembagaan yang baik akan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam berbagai program komunitas. Dengan begitu,
kelembagaan dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal. Dengan demikian,
masyarakat yang terlibat dalam program atau kegiatan semacam ini dapat merasa
berdaya dan memiliki peran dalam memajukan lembaganya.
2. Perbaikan usaha
Selanjutnya, pemberdayaan masyarakat diharapkan
mampu memperbaiki usaha warga setempat. Perbaikan usaha ini nantinya dapat
berguna dalam mengembangkan masyarakat setempat. Dengan demikian, masyarakat
dapat memenuhi semua kebutuhan para individunya.
3. Perbaikan pendapatan
Masih menyambung tujuan sebelumnya, perbaikan
usaha atau bisnis juga akan berdampak pada perbaikan pendapatan masyarakat.
Dengan begitu, individu-individu dalam masyarakat dapat memiliki kehidupan yang
lebih layak.
4. Perbaikan kehidupan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat di antaranya adalah kesehatan, pendidikan, dan ekonomi (pendapatan).
Pendapatan yang menjadi lebih baik karena pemberdayaan masyarakat menjadikan
masyarakat memiliki akses yang lebih baik pula terhadap pendidikan maupun
kesehatan.
5. Perbaikan masyarakat
Pada akhirnya, semua perbaikan-perbaikan yang dihasilkan dari
pemberdayaan masyarakat akan membuat masyarakat lebih baik secara keseluruhan.
Jika setiap individunya memiliki kehidupan yang baik dan layak, maka kehidupan
sosial yang tercipta akan baik juga. Mereka dapat berinteraksi dan mendukung
satu sama lain sehingga tercipta kehidupan sosial yang rukun.
Contoh
Pemberdayaan Masyarakat
1. PNPM Mandiri atau PNPM Pedesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan atau dikenal sebagai PNPM Perdesaan merupakan program yang digagas
oleh pemerintah dengan tujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan mengembangkan
lapangan pekerjaan di pedesaan.
Program ini memungkinkan masyarakat untuk
mendapatkan fasilitas pemberdayaan, pendampingan, dan pelatihan. Program ini
aktif melibatkan masyarakat dalam semua proses yang berlangsung, dari
perencanaan, pengambilan keputusan, hingga pelaksanaannya. Program ini
diharapkan mampu memperlambat atau mencegah urbanisasi.
2. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
Lembaga swadaya masyarakat atau LSM
menitikberatkan pada pelayanan sukarela atau menurut kehendak sendiri kepada
komunitas atau masyarakat. LSM biasanya bergerak di suatu bidang tertentu yang
telah ditetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagai wujud partisipasi
masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat. LSM tidak ditujukan untuk mencari keuntungan.
3. Tenun.in
Tenun.in adalah program pemberdayaan masyarakat
Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diinisiasi oleh Insan Bumi Mandiri. Dalam
program ini, penenun-penenun NTT mendapatkan beragam pembinaan, mulai dari
pengembangan produk hingga pemasaran. Misi dari program pemberdayaan ini adalah
untuk meluaskan keindahan lokal tenun NTT dengan memberdayakan setiap penenun
lokal di sana.
Pihak Insan Bumi Mandiri sama sekali tidak
terlibat dalam proses produksi komoditas tenunnya, namun hanya berperan sebagai
pendamping maupun fasilitator. Dari contoh pemberdayaan ini kita dapat memahami
dengan jelas maksud dari pemberdayaan masyarakat yang berusaha merealisasikan
potensi masyarakat agar masyarakat memiliki kontrol penuh terhadap hidupnya.
Hingga sekarang, Tenun.in sudah memiliki 3 sentra
yang tersebar di berbagai wilayah di NTT. Program pemberdayaan ini tidak akan
berhenti pada 3 sentra Tenun.in yang sudah berdiri. Sahabat juga dapat menjadi
bagian dari kolaborasi kebaikan untuk penenun di wilayah pedalaman lainnya.
B.Pola
pendekatan karitas (charity approach)
Pendekatan
karitas (charity approach) dalam filantropi adalah pendekatan yang
menekankan pada tindakan belas kasih dan pemberian bantuan sosial kepada mereka
yang membutuhkan, seperti kaum miskin atau yang mengalami kesulitan.
Pendekatan
ini seringkali bersifat sementara dan lebih fokus pada mengatasi gejala masalah
sosial daripada akar penyebabnya.
Pendekatan
karitas seringkali melibatkan pemberian langsung bantuan, seperti makanan,
pakaian, atau uang tunai, kepada individu atau kelompok yang membutuhkan.
Pendekatan
ini cenderung fokus pada mengatasi masalah yang terlihat (gejala) daripada
mengidentifikasi dan menanggulangi akar penyebab masalah sosial.
Dampak
dari pendekatan karitas mungkin bersifat sementara, karena bantuan yang
diberikan tidak selalu memberikan solusi yang berkelanjutan bagi penerima
bantuan.
Karitas
(charity) menekankan pada rasa belas kasih dan keinginan untuk membantu orang
lain yang mengalami kesulitan atau masalah sosial.
Pola charity
termasuk Filantropi Tradisional dimana Pendekatan karitas sering
dianggap sebagai bentuk filantropi tradisional, yang telah ada sejak lama dan
masih banyak digunakan hingga saat ini.
Pendekatan
karitas juga memiliki peran penting dalam memberikan bantuan sosial kepada
masyarakat yang membutuhkan, terutama di masa krisis atau bencana.
Contoh:
1)
Penyumbangan makanan
kepada warga yang terdampak banjir.
2)
Pemberian uang tunai
kepada keluarga yang kehilangan mata pencaharian.
3)
Pengadaan pakaian layak
pakai untuk anak-anak yang kurang mampu.
Keunggulan
dan Kekurangan pola Pendekatan karitas (charity approach) dalam
filantropi:
Keunggulan
dari pendekatan ini adalah dapat memberikan bantuan yang cepat dan langsung
kepada mereka yang membutuhkan, serta dapat memberikan rasa kebahagiaan dan
kepuasan bagi pemberi.
Pendekatan
ini mungkin tidak memberikan solusi yang berkelanjutan dan dapat menciptakan
ketergantungan bagi penerima bantuan.
Dari uraian
yang tertera diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Pendekatan karitas
(charity approach) adalah pendekatan yang penting dalam filantropi, terutama
dalam memberikan bantuan sosial kepada mereka yang membutuhkan. Namun,
pendekatan ini juga perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, karena dampaknya
mungkin bersifat sementara dan perlu dikombinasikan dengan pendekatan lain yang
lebih fokus pada pemberdayaan dan solusi yang berkelanjutan.
C. Pola filantropi ilmiah (scientific philanthropy)
Pola
filantropi ilmiah (scientific philanthropy) adalah pendekatan yang fokus
pada menghilangkan atau mengurangi penyebab masalah sosial dengan menggunakan
pengetahuan dan penelitian untuk memahami akar permasalahan tersebut.
Pendekatan
ini lebih menekankan pada proses perubahan, bukan hanya pemberian langsung, dan
menekankan pada penggunaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan rekayasa untuk
meningkatkan kondisi kemanusiaan.
Fokus pola
Filantropi ilmiah bertujuan untuk mengatasi masalah sosial dari akar
penyebabnya, bukan hanya memberikan bantuan langsung.
Metode
ini mengutamakan penelitian dan pendidikan untuk memahami dan mengatasi masalah
sosial, daripada sekadar memberikan pelayanan.
Pendekatan
ini memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan rekayasa untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia, seperti yang ditekankan oleh Rockefeller Snr.
Dengan
memahami penyebab masalah, filantropi ilmiah bertujuan untuk menghasilkan
dampak yang lebih besar dan berkelanjutan, dibandingkan dengan pendekatan
filantropi yang lebih umum.
Contohnya,
penelitian tentang penyebab kemiskinan dan kemudian mengembangkan program
pendidikan atau pelatihan yang dirancang khusus untuk mengatasi akar masalah
tersebut.
D.
Pola
neo-filantropi ilmiah (new scientific philanthropy)
Pola
neo-filantropi ilmiah (new scientific philanthropy) adalah pendekatan
yang lebih fokus pada proses pemberian bantuan daripada peran atau nilai-nilai unik
lembaga filantropi.
Pendekatan
ini menekankan penggunaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan rekayasa untuk
memastikan dampak yang maksimal dari upaya filantropi.
Fokus dan
proses dari pola Neo-filantropi ilmiah lebih menekankan pada proses pemberian
bantuan, seperti bagaimana dana dialokasikan dan bagaimana proyek-proyek
filantropi dievaluasi, ketimbang pada nilai-nilai atau peran khusus yang
mungkin dimiliki oleh lembaga filantropi.
Pendekatan
ini berupaya memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk memastikan bahwa upaya
filantropi efektif dan berdampak positif.
Neo-filantropi
ilmiah menekankan pentingnya evaluasi dan pengukuran dampak dari proyek-proyek
filantropi, sehingga dapat diketahui apakah upaya tersebut berhasil mencapai
tujuan yang diinginkan.
Contohnya,
dalam bidang kesehatan, neo-filantropi ilmiah mungkin digunakan untuk menguji
efektivitas program-program kesehatan baru atau untuk mengidentifikasi area
yang paling membutuhkan perhatian.
Singkatnya,
neo-filantropi ilmiah adalah pendekatan yang berupaya meningkatkan efektivitas
dan dampak upaya filantropi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan rekayasa
E. Pola pendekatan kreatif (creative philanthropy)
Pola
pendekatan kreatif (creative philanthropy) dalam filantropi adalah pendekatan
yang menggabungkan berbagai pendekatan dan praktik filantropi sebelumnya,
seperti model pelayanan, filantropi ilmiah, dan neo filantropi ilmiah, dengan
menambahkan formula baru untuk menciptakan dampak yang lebih besar.
Pendekatan
ini menekankan pada inovasi, kreativitas, dan penggunaan berbagai sumber daya
secara efektif untuk mencapai tujuan filantropi.
Pola
pendekatan kreatif dalam filantropi (creative philanthropy) adalah pendekatan
yang inovatif dan tidak konvensional dalam memberikan bantuan atau sumbangan
untuk tujuan sosial.
Pola
pendekatan kreatif dalam filantropi (creative philanthropy) memberikan manfaat
yang luas, baik bagi lembaga yang mengimplementasikannya maupun bagi masyarakat
yang menerima manfaatnya. Manfaat utamanya adalah meningkatkan efektivitas
dan dampak filantropi, serta mendorong inovasi dan kolaborasi dalam mencapai
tujuan sosial.
Berikut
adalah beberapa manfaat spesifik dari pendekatan kreatif dalam filantropi:
a.
Dampak yang lebih luas dan
berkelanjutan:
Pendekatan kreatif memungkinkan filantropi untuk
mencapai lebih banyak orang dan memberikan dampak yang lebih dalam, bahkan selama
beberapa generasi.
b. Inovasi dan adaptasi:
Filantropi kreatif mendorong inovasi dalam model
pelayanan dan pendekatan, sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat yang beragam dan terus berubah.
c.
Kolaborasi dan kemitraan:
Pendekatan ini menekankan pentingnya kolaborasi
antar lembaga filantropi, pemerintah, dan sektor swasta, sehingga dapat
menciptakan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
d. Penguatan kapasitas lokal:
Filantropi kreatif seringkali melibatkan masyarakat
setempat dalam perencanaan dan pelaksanaan program, sehingga dapat memperkuat
kapasitas mereka untuk mandiri dan mengatasi masalah mereka sendiri.
e.
Peningkatan kesejahteraan
filantropis:
Terlibat dalam kegiatan filantropi, termasuk
pendekatan kreatif, dapat meningkatkan rasa empati, perspektif, dan tujuan
hidup bagi para filantropis.
f.
Meningkatkan reputasi dan
citra lembaga:
Lembaga yang menerapkan pendekatan kreatif dalam
filantropi dapat meningkatkan reputasi dan citra positif mereka sebagai lembaga
yang inovatif, peduli, dan bertanggung jawab sosial.
g.
Menumbuhkan semangat dan
partisipasi masyarakat:
Kegiatan filantropi yang kreatif dapat melibatkan
masyarakat dalam berbagai cara, seperti melalui kompetisi, event amal, atau
kegiatan sukarela, sehingga dapat menumbuhkan semangat partisipasi dan
kolaborasi
Contoh Pola
pendekatan kreatif (creative philanthropy) adalah:
1.
Filantropi Komunitas:
Mengembangkan
program yang berakar pada komunitas dan memperkuat kearifan lokal. Contoh:
California Fire Foundation mendirikan dana bantuan bencana untuk mendukung
petugas pemadam kebakaran dan warga di Maui.
2.
Filantropi Seni dan
Budaya:
Mendukung
seniman dan inisiatif keadilan sosial melalui seni. Contoh: Organisasi
nirlaba yang menyediakan tempat tinggal pendidikan seni di sekolah.
3.
Filantropi Digital:
Menggunakan
teknologi untuk mengumpulkan dana atau memberikan bantuan. Contoh:
Crowdfunding untuk mendanai fasilitas umum dan sosial, seperti taman anggrek
dan museum artifak.
4.
Filantropi Strategis:
Menyusun
strategi konkret dan menyeluruh untuk mencapai tujuan sosial. Contoh: Dana
yang menggunakan modal untuk memperkuat masyarakat melalui advokasi dan
dukungan terhadap akses terhadap seni.
5.
Filantropi Perusahaan:
Mengoptimalkan
inisiatif CSR dengan keterlibatan karyawan. Contoh: Perbaikan internal
pada strategi keterlibatan karyawan untuk menciptakan tempat kerja yang lebih
inklusif.
6.
Filantropi dengan
Pendekatan Penelitian:
Memfokuskan
pada penelitian dan pendidikan untuk memahami akar penyebab masalah
sosial. Contoh: Mempelajari dan mengatasi masalah sosial, kesehatan, dan
ekonomi dengan memahami penyebabnya.
7.
Filantropi dengan
Pendekatan Sukarelawan:
Menawarkan
waktu dan bakat untuk mendukung program sosial. Contoh: Menjadi
sukarelawan di program sepulang sekolah di perpustakaan.
8.
Filantropi dengan
Pendekatan Pemberdayaan:
Memberikan
pelatihan atau dukungan ekonomi untuk meningkatkan kemandirian
masyarakat. Contoh: Program "Senyum Mandiri" yang fokus pada
pemberdayaan ekonomi produktif masyarakat binaan.
Singkatnya,
filantropi kreatif adalah tentang menciptakan solusi inovatif untuk masalah
sosial, di luar pemberian uang atau harta saja
DAFTAR PUSTAKA
Anheier,
H. K., & Leat, D. 2006. Creative Philanthropy;Toward a New Philanthropy for
the Twenty-First Century. London and New York: Routledge.
Burlingame,
Dwight F. 2006. Philanthropy dalam Microsoft Encarta Standard Ilchman, W. F. .,
Katz, S. N. ., & Queen,
E.
L. (Eds.). (1998). Philanthropy In The World’s Traditions. Bloomington and
Indianapolis: Indiana University Press.
Idris
Thaha (editor). 2003. Berderma untuk Semua. Jakarta: Teraju Mizan dan PBB UIN
Jakarta.
Kholiq,
A. 2012. Pendayagunaan zakat, infak dan sedekah untuk pemberdayaan ekonomi
masyarakat miskin di kota semarang.
Riptek.
Midgley, James O.1995. Social Development; the Developmental Perspective In
Social Welfare. London: Sage Publication Midgley,James O.1997. Social Welfare
in Global Context. London :Sage Publication
Nasrullah,
A. 2015. Pengelolaan DAna FIlantropi Untuk Pemberdayaan Pendidikan Anak Dhuafa.
Hunafa: Jurnal Studia Islamika
Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun
2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar