Jumat, 18 April 2025

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR PENELITIAN KUANTITATIF

 MATERI 5- METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak


Landasan Teori Dan Kerangka Berfikir  Penelitian Kuantitatif

 

A.    Pengertian Grounded Theory

Grounded theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengembangkan teori baru berdasarkan data empirik yang dikumpulkan dari lapangan. 

Metode ini berfokus pada eksplorasi dan analisis mendalam terhadap data untuk mengungkap pola, konsep, dan teori yang muncul secara alami dari data tersebut. 

Dilansir dari situs Accounting, Finance & Governance Review, Glaser & Strauss (1967) awalnya merancang metodologi grounded-theory. Pendekatan mereka sebagian besar merupakan protes terhadap (a) iklim metodologis di mana penelitian kualitatif dianggap sebagai awal dari metodologi penelitian kuantitatif yang ‘nyata’ (Goulding, 2006), dan (b) positivisme yang meresapi sebagian besar penelitian sosial (Suddaby, 2006).

Glaser & Strauss (1967) juga termotivasi oleh keinginan untuk menghilangkan mitos bahwa semua teori yang baik telah ditemukan, dan bahwa penelitian harus fokus pada pengujian teori melalui pendekatan empiris kuantitatif.

Glaser berasal dari tradisi penelitian kuantitatif yang ketat dan positivistik yang dipelajari di Universitas Columbia. Dia berusaha menerapkan pelatihan ini untuk penelitian kualitatif (Charmaz, 2000). Strauss belajar di University of Chicago dengan tradisi interaksionisme simbolik dan pendekatan penyelidikan kualitatif, seperti observasi dan wawancara intensif: “Oleh karena itu, Strauss membawa studi filosofis pragmatis tentang proses, tindakan, dan makna ke dalam penyelidikan empiris melalui grounded theory,” (Charmaz, 2000:512).

Kedua peneliti menyusun metodologi sambil meneliti pengalaman pasien yang sakit kronis. Inti dari grounded theory Glaser & Strauss (1967) adalah bahwa kecukupan teori yang dikembangkan bergantung pada proses penelitian yang digunakan untuk menurunkannya.

Teori ini memperoleh konsep dari data dan mengembangkannya dengan mengumpulkan, mengodekan, dan menganalisis data secara bersamaan. Pendekatan ini memastikan bahwa teori yang dihasilkan sesuai dengan fenomena yang diteliti (Glaser & Strauss, 1967). Pendekatan ini kontras dengan pendekatan deduktif-logis yang lebih tradisional, yang menggunakan teori yang ada untuk menghasilkan hipotesis, dan kemudian mengujinya secara empiris.

Glaser & Strauss (1967) mendefinisikan grounded theory sebagai penemuan teori dari data. Sementara Corbin & Strauss (2008) menjelaskan grounded theory sebagai menunjukkan konstruksi teoritis yang berasal dari analisis kualitatif.

Kedua definisi mencerminkan prinsip metodologi dasar yang sama, yakni interpretasi teoretis dari fenomena yang dihasilkan dari data menggunakan pedoman metodologi inti.

Peneliti grounded-theory tidak memulai dengan teori. Teori berkembang selama proses penelitian dan dihasilkan dari interaksi terus-menerus antara analisis data, pengumpulan data, dan teori yang dihasilkan (Corbin & Strauss, 2015; Glaser, 1978; Glaser & Strauss, 1967).

Teori yang muncul mengarah pada pengumpulan dan analisis data lebih lanjut, selanjutnya mengembangkan konstruksi teoretis. Penelitian grounded-theory berusaha memahami data yang dikumpulkan untuk menentukan makna dan signifikansinya (Parker & Roffey, 1997).

Grounded theory menekankan pada pendekatan induktif, di mana teori dibangun dari bawah ke atas, dimulai dari data dan bukan dari hipotesis atau teori yang sudah ada sebelumnya. 

Grounded theory merupakan metodologi penelitian yang cocok untuk mengembangkan teori karena tiga alasan.

1)    Pertama, grounded theory memiliki reputasi yang mapan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk membuat klaim pengetahuan tentang bagaimana individu menginterpretasikan realitas (Suddaby, 2006).

2)    Kedua, tujuan utama grounded theory adalah pembangunan teori, bukan pengujian teori. Ini adalah desain yang cocok ketika sebuah teori tidak sepenuhnya menjelaskan suatu proses (Creswell, 2007; Goulding, 2005; Thornberg & Dunne, 2019). Grounded theory memfasilitasi pencatatan dan interpretasi pengalaman subjektif individu. Melalui proses metodologis pengambilan sampel teoretis dan perbandingan konstan, ini memungkinkan abstraksi pengalaman subjektif individu menjadi pernyataan teoretis (Fendt & Sachs, 2008).

3)    Ketiga, metodologi grounded theory telah menetapkan pedoman untuk melakukan penelitian dan menginterpretasikan data, khususnya pendekatan sistematis Corbin dan Strauss (2015).

Ada 4 langkah dalam penelitian grounded theory, yakni:

1.     Konsep diturunkan dari wawancara, observasi, dan refleksi

2.     Data diatur ke dalam kategori yang mewakili tema

3.     Saat teori berkembang, mereka dibandingkan satu sama lain dan dua atau lebih lebih teori yang diidentifikasi

4.     Langkah terakhir melibatkan konstruksi pernyataan hipotesis penelitian atau peta konsep

Beberapa metode dalam melakukan penelitian grounded theory, yakni:

1)   Pengkodean.

Grounded theory dimulai dengan kode. Ini adalah kumpulan kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan arti dari sebuah fenomena.

Data ini dapat melalui wawancara, observasi, dan sumber data lainnya. Kode dapat ditemukan dengan mencari tema dalam acara tertentu atau dari populasi yang lebih besar.

Setelah kode dibuat, peneliti harus memilih konsep yang mewakili setiap kode.

2)   Memo Teoritis.

Ini merupakan proses internal pengorganisasian data, pembentukan konsep, dan pengujian validitas penelitian. Peneliti harus memiliki pemahaman yang baik tentang posisi teoretisnya sebelum hal ini terjadi.

Cara yang baik untuk berteori adalah dengan melihat beberapa teori atau analisis yang ada dan mencoba mengembangkan hubungan antara itu serta penelitian baru.

3)   Kompilasi Temuan

Langkah terakhir adalah menulis temuan setelah sebuah teori dikembangkan dari data. Penliti juga dapat menulis hipotesis tentatif dari temuan penelitiannya.

            Jenis-jenis Grounded Theory:

1.     Classic Grounded Theory

Pendekatan ini didasarkan pada karya Glaser dan Strauss, dan menekankan penemuan teori yang didasarkan pada data.

Fokusnya adalah menghasilkan teori yang menjelaskan fenomena yang dipelajari, tanpa dipengaruhi oleh praduga atau teori yang ada.

Proses tersebut melibatkan siklus pengumpulan data, pengodean, dan analisis yang berkelanjutan, dengan tujuan mengembangkan kategori dan subkategori yang didasarkan pada data.

Kategori dan subkategori kemudian dibandingkan dan disintesis untuk menghasilkan teori yang menjelaskan fenomena tersebut.

2.     Constructivist Grounded Theory

Pendekatan ini didasarkan pada karya Charmaz, dan menekankan peran peneliti dalam proses pengembangan teori.

Fokusnya adalah pada pemahaman bagaimana individu membangun makna dan menginterpretasikan pengalaman mereka, daripada menemukan kebenaran objektif.

Prosesnya melibatkan pendekatan refleksif dan iteratif untuk pengumpulan, pengodean, dan analisis data, dengan tujuan mengembangkan kategori yang didasarkan pada data dan interpretasi peneliti terhadap data.

            Contoh Penelitian dengan aplikasian Grounded Theory

Judul:

“Analisis Preferensi Konsumen terhadap Makanan Cepat Saji di Kota Bekasi”

Pendahuluan: 

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji di Kota Bekasi.

Makanan cepat saji telah menjadi tren konsumsi yang semakin populer di kota ini, dan penelitian ini akan menggunakan pendekatan grounded theory untuk mengumpulkan data dari responden dan mengembangkan teori baru berdasarkan temuan lapangan.

Metode Penelitian:

Desain Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan grounded theory.

Pengumpulan Data: Data akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan 15 responden yang merupakan konsumen aktif makanan cepat saji di Kota Bekasi. Selain itu, data juga akan diperoleh melalui observasi partisipan di beberapa gerai makanan cepat saji populer di kota ini.

Analisis Data: Data dari wawancara dan observasi akan dianalisis menggunakan teknik analisis grounded theory, termasuk proses kodifikasi dan kategorisasi.

Temuan Awal: 

Setelah mengumpulkan data dari wawancara dan observasi, beberapa temuan awal telah diidentifikasi:

1.       Kecepatan pelayanan dan kualitas makanan menjadi faktor utama yang mempengaruhi preferensi konsumen.

2.       Harga makanan cepat saji menjadi pertimbangan penting bagi sebagian besar konsumen.

3.       Branding dan citra merek memainkan peran penting dalam memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas makanan cepat saji.

4.       Ketersediaan variasi menu dan opsi personalisasi menjadi daya tarik bagi konsumen.

Analisis Mendalam: 

Analisis data lebih lanjut dilakukan untuk mengembangkan teori baru yang mendasari preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji di Kota Bekasi.

Dalam analisis mendalam, tema-tema seperti “kecepatan pelayanan”, “harga”, “branding“, dan “ketersediaan variasi menu” akan dijelaskan secara mendalam dengan mengaitkan data yang relevan dan memahami pola perilaku konsumen.

Pengembangan Teori: 

Berdasarkan analisis data dan temuan lapangan, teori baru akan dikembangkan tentang bagaimana preferensi konsumen terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang telah diidentifikasi.

Teori ini akan memberikan wawasan yang berharga bagi industri makanan cepat saji dalam memahami preferensi konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.

Kesimpulan: 

Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memahami preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji di Kota Bekasi melalui pendekatan grounded theory.

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pelaku industri makanan cepat saji untuk meningkatkan kualitas layanan dan pengalaman konsumen serta menciptakan strategi pemasaran yang lebih efektif.

B.    Pengertian Landasan Teori

Landasan teori adalah fondasi atau kerangka dasar yang digunakan dalam suatu penelitian, yang berisi teori-teori, konsep, dan proposisi yang relevan dengan topik penelitian. Landasan teori ini membantu peneliti memahami permasalahan, menyusun hipotesis, dan menentukan metode penelitian yang tepat.

Landasan teori secara umum dapat diartikan sebagai pernyataan yang disusun secara sistematis dan memiliki variabel yang kuat. Landasan teori secara isi memuat teori-teori dan hasil penelitian, dimana teori dan hasil penelitian yang digunakan ini digunakan sebagai kerangka teori peneliti untuk menyelesaikan penelitian. 

Pengertian secara umum, landasan teori dapat pula diartikan sebagai pernyataan atau asumsi secara eksplisit terhadap sebuah teori yang akan dilakukan evaluasi dan penelitian kritis. Tidak hanya itu saja ternyata, kerangka teori berperan untuk menghubungkan pada pengetahuan yang baru.

Pengertian landasan teori menurut pendapat para ahli:

1. Moleong 

Teori didefinisikan sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (mengikuti aturan tertentu yang menghubungkan secara logis dengan data yang diamati) dan berperan sebagai wahana meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. 

2. Sardar Ziauddin 

Berbeda dengan pendapat Sardar Ziauddin yang mengartikan teori sebagai sistem konsep abstrak yang digunakan untuk melihat apakah ada hubungan konsep. Dimana teori ini digunakan untuk memahami sebuah fenomena yang terjadi. Sardar Ziauddin memandang landasan teori sebagai konsep dasar penelitian sosial yang dapat menjelaskan hubungan tersistematis, terperinci atau tidak. 

3. Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati 

Teori dari perspektif yang lain, teori sebagai konsep, proposisi, dan asumsi yang menjelaskan fenomena sosial secara tertata dan dirumuskan hubungan antar konsep. 

4. Neuman 

Neuman mendefinisikan teori sebagai konsep, proposisi dan definisi yang digunakan untuk melihat sebuah fenomena secara tersistematis. Digunakan untuk melihat spesifikasi hubungan antar variabel yang memudahkan dalam meramalkan fenomena penelitian. 

5. Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi 

Teori adalah konsep dan preposisi yang menjelaskan tentang fenomena sosial secara tertata. Umumnya konsep ini dapat dilakukan dengan menentukan apakah terdapat hubungan antara konsep-konsep yang ada atau tidak. 

6. Ismaun 

Ismaun mendefinisikan, pengertian landasan teori lebih sederhana, yaitu sebagai pernyataan yang berisi kesimpulan substantive tentang keteraturan.

Jadi landasan teori dari pendapat di atas, dapat disimpulkan sebagai abstraksi dan hasil pemikiran yang bertujuan untuk membuat kesimpulan.

Dapat pula disimpulkan bahwa landasan teori adalah mengumpulkan hasil pemikiran secara teoritis yang  memiliki hubungan yang erat dengan teori yang diangkat dalam kepentingan mengumpulkan, mengolah data dan membantu dalam proses analisis demi mengetahui sesuatu yang hendak diteliti.

Macam-Macam Landasan Teori

Berdasarkan jenisnya, ada tiga macam landasan teori yang bisa digunakan, yaitu:

1.     Teori dalam Penelitian Kuantitatif

Artinya, peneliti harus memahami dulu variabel dan jenis penelitian kuantitatif yakni variabel yang menyelidiki mengenai fakta pada suatu karakter individu atau suatu organisasi yang dapat diukur.

Jenis variabel yang digunakan antara lain:

a)    variabel bebas atau independen

b)    variabel terikat atau dependen

c)     variabel intervening atau mediating

d)    variabel moderating

e)    variabel kontrol

f)      variabel confounding

Teori di dalam penelitian kuantitatif berisi seperangkat gagasan atau variabel yang saling berhubungan dan berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang merinci hubungan antarvariabel. Teori dalam penelitian ini bisa dalam bentuk argumentasi, pembahasan, atau alasan yang membantu menjelaskan fenomena yang muncul di dunia.

Ada beberapa teori yang harus ada di dalam penelitian kuantitatif:

1)      peneliti menegaskan teori dalam bentuk hipotesis yang saling berhubungan,

2)      peneliti menyatakan teori dalam bentuk pernyataan “jika…. maka…” yang menunjukkan pengaruh variabel bebas dapat memengaruhi variabel terikat,

3)      peneliti menyajikan teori dalam bentuk visual sebagai terjemahan dari variabel ke dalam gambar visual.

2.     Teori dalam Penelitian Kualitatif

Teori kualitatif ini memiliki tujuan yang berbeda-beda di antaranya:

a)      dalam penelitian kualitatif, landasan teori yang digunakan sebagai penjelasan atas perilaku dan sikap tertentu yang dilengkapi dengan variabel, konstrak, dan hipotesis penelitian,

b)      peneliti sering menggunakan perspektif teoretis sebagai panduan untuk meneliti gender, kelas, ras, dan lainnya,

c)       teori yang digunakan sebagai akhir penelitian sehingga penerapannya secara induktif berdasarkan data, kemudian ke tema umum, dan menuju teori tertentu,

d)      beberapa penilaian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit.

3. Teori dalam Penelitian Metode Campuran

Dalam hal ini, dapat diterapkan secara deduktif, seperti pengujian atau verifikasi teori kuantitatif atau secara induktif, seperti pemunculan teori atau pola kuantitatif dan lainnya. Tujuannya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggabungkan data kuantitatif dan data kualitatif menggunakan metode yang berbeda.

Dalam kerangka kerja ini, digunakan dua bentuk yang biasanya dipakai kurang lebih selama 10 tahun belakangan ini, yaitu:

a)      menggunakan kerangka kerja ilmu sosial

b)      menggunakan kerangka kerja transformatif.

Cara Menuliskan Landasan Teori

Berikut ini beberapa cara untuk menuliskan landasan teori sebagai berikut.

1.     Nama pencetus teori

2.     Tahun dan tempat pertama kali rujukan teori tersebut dipublikasi atau dicetak

3.     Uraian ilmiah

4.     Relevansi teori

Ciri-ciri Landasan Teori yang Baik

a)    Teori memberi kemudahan pemahaman dan menerangkan yang terjadi dengan hubungan masalah demi masalah dan dapat digunakan untuk menyelidiki gejalanya.

b)    Teori yang baik dapat dilihat dari konsistensi data yang dipaparkan.

c)     Teori mampu membuktikan fenomena sosial yang masih dalam perdebatan atau pernyataan bagi masyarakat untuk membuktikan asumsi atau hipotesis.

d)    Landasan teori yang baik bagian terakhir mendorong adanya penemuan baru.

Contoh Singkat Landasan Teori

Diambil dari artikel yang telah tayang di laman Penerbit Deepublish, yaitu dari penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Regulasi Diri Eksternal Dengan Aspirasi Karir Stereotip Gender pada Siswa Kelas 1 SD di Kota Yogyakarta”.

Landasan Teori

A. Pilihan Aspirasi karier yang Stereotip Gender 

1. Perspektif teori 

Stereotip peran gender adalah pengkategorian segala sesuatu berdasarkan alasan kesesuaian dengan peran gendernya. Hal ini berarti, seorang anak laki-laki akan memilih segala sesuatu (termasuk aspirasi karier) yang bersifat maskulin. Hal ini juga berlaku pada anak perempuan yaitu akan memilih segala sesuatu yang bersifat feminine. 

Pengkategorian itu akan digeneralisir pada hal-hal yang lain, tidak hanya aspirasi karir saja. Apabila terjadi penyimpangan, misal anak laki-laki memiliki aspirasi karir yang feminine atau anak perempuan memiliki aspirasi karier yang maskulin, maka anak itu akan mendapatkan sanksi sosial (Abouchedid & Nasser, 2007; Almutawa, 2005; Bartlett & Vasey, 2000: Crespi, 2003; Harrison & O’Neill, 2003, Teig & Suskind, 2008; Zadu Qisti, 2009).

Jung mengaitkan sisi feminine kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Archetype feminine laki-laki disebut anima, arkhetipe maskulin wanita disebut animus. Masing-masing jenis menunjukan ciri-ciri lawan jenisnya, tetapi mereka juga berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-masing jenis tertarik dan memahami anggota lawan jenisnya. 

Misalnya laki-laki memahami kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya (Lindzey & Hall : 1993) Dst…

2. Faktor yang mempengaruhi pilihan aspirasi karier yang stereotip gender 

a. Orangtua 

…Semua keperluan yang diperlukan si anak mampu dikuasai oleh orangtua. Alam bawah sadar, segala sesuatu yang diberikan/dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus akan menjadi sebuah watak, dan sifat yang kemudian tercermin di dalam sebuah perilaku. Diperkuat dengan teori Charlotte Buhler, anak usia 5-8tahun anak sedang berada di fase sosialisasi. 

Anak mulai memasuki masyarakat luas lewat Taman Kanak-kanak dan teman permainan. Anak mulai mengenal dunia secara objektif dan mulai mengenal arti prestasi pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban. Termasuk kewajiban yang dibuat oleh orangtuanya (Kartono, 1995).

b.Guru 

Guru juga mempengaruhi aspirasi karier yang stereotip gender pada anak. Misalnya, saat mengajarkan pada anak-anak kelas satu, kalimat “Ayah pergi ke sawah dan ibu sedang memasak”. Nah, dalam kalimat ini tanpa disadari adanya perbedaan peran gender yang membuat anak menjadi stereotip gender (Hess & Ferre, 1987). 

B. Regulasi Diri 

Regulasi diri merupakan bentuk kontrol diri yang melibatkan kontrol emosi dan kognitif. Regulasi diri bisa berjalan dengan baik karena memiliki pengalaman (Bandura, 1994: Fasikhah & Fatimah, 2013; Nisfiannoor & Kartika, 2004). Jadi regulasi diri adalah anak mampu mengontrol perilakunya sesuai dengan norma lingkungan sosial yang berlaku di sekitarnya. 

Pembentukan regulasi berkaitan erat dengan kemampuan metakognitif anak itu sendiri. metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi tentang pemikiran. Metakognitif suatu proses yang mengunggah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif yang mampu dijadikan panduan dalam menata sarana dan menyeleksi strategi (Desmita, 2005).

Fungsi Landasan Teori:

1)    Mengembangkan argumen: Landasan teori menyediakan pijakan ilmiah untuk mengembangkan argumen dan interpretasi penelitian.

2)    Mengarahkan metodologi: Landasan teori membantu peneliti dalam memilih metode penelitian yang sesuai dengan tujuan dan permasalahan penelitian.

3)    Menganalisis data: Landasan teori memberikan kerangka referensi untuk menganalisis dan menafsirkan data yang diperoleh dalam penelitian.

4)    Membangun kerangka berpikir: Landasan teori membantu peneliti dalam menyusun kerangka berpikir yang sistematis dan logis mengenai masalah penelitian.

Isi Landasan Teori:

1)    Teori-teori relevan: Landasan teori mencakup teori-teori yang relevan dengan topik penelitian dan membantu menjelaskan fenomena yang diteliti.

2)    Konsep-konsep dasar: Landasan teori juga menjelaskan konsep-konsep dasar yang mendasari penelitian, termasuk definisi operasional variabel.

3)    Proposisi atau pernyataan: Landasan teori dapat mencakup proposisi atau pernyataan yang menjelaskan hubungan antara variabel dalam penelitian.

4)    Penelitian terdahulu: Landasan teori juga dapat mengulas penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, termasuk hasil dan implikasinya.

Perbedaan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka:

1)    Landasan Teori: Berfokus pada teori-teori yang menjadi dasar penelitian, termasuk teori-teori baru atau modifikasi dari teori yang sudah ada.

2)    Tinjauan Pustaka: Berfokus pada kajian pustaka (jurnal, buku, dll) yang telah dipublikasikan, untuk mengetahui perkembangan pengetahuan dan gap dalam penelitian.

C.     Menyusun Landasan Teori dalam Penelitian Kuantitatif

Menyusun landasan teori dalam penelitian kuantitatif melibatkan pemilihan dan pemaparan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian, serta menghubungkannya dengan variabel-variabel dan hipotesis penelitian. Proses ini mencakup tinjauan literatur, identifikasi teori, dan penyajian teori dalam bentuk yang jelas dan sistematis. 

Langkah-langkah Penyusunan Landasan Teori:

1.     Identifikasi dan Pemilihan Teori:

Tentukan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian dan variabel-variabel yang akan diuji. 

2.     Tinjauan Literatur:

Lakukan tinjauan pustaka yang mendalam untuk memahami teori-teori yang telah ada dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. 

3.     Pemetaan Teori:

Susun teori-teori yang telah dipilih dalam bentuk yang jelas dan sistematis, misalnya dengan menggunakan diagram atau model. 

4.     Penyajian Teori:

Jelaskan setiap teori secara singkat, termasuk definisinya, asumsinya, dan relevansinya dengan penelitian. 

5.     Pengembangan Hipotesis:

Rumuskan hipotesis penelitian berdasarkan landasan teori yang telah disusun. 

6.     Penulisan Landasan Teori:

Susun landasan teori dalam bentuk bab atau bagian terpisah dalam laporan penelitian, dengan menjelaskan hubungan antara teori, variabel, dan hipotesis. 

Kriteria Teori untuk Landasan Teori:

1)      Relevansi: Teori harus relevan dengan masalah penelitian dan variabel-variabel yang diteliti. 

2)      Kemutakhiran: Gunakan teori yang masih relevan dan baru. 

3)      Keterbukaan: Terbuka terhadap teori-teori yang saling bertentangan atau berbeda. 

4)      Klarifikasi: Jelaskan konsep dan variabel dalam teori dengan jelas. 

5)      Integrasi: Hubungkan teori-teori yang berbeda untuk membentuk kerangka pemikiran yang komprehensif. 

Contoh:

Misalnya, penelitian tentang pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar. Landasan teori dapat mencakup teori-teori motivasi seperti teori kebutuhan Maslow, teori harapan Vroom, dan teori tujuan Locke. Teori-teori ini kemudian dihubungkan dengan variabel motivasi (variabel bebas) dan prestasi belajar (variabel terikat) untuk merumuskan hipotesis, seperti "Semakin tinggi motivasi, maka prestasi belajar akan semakin tinggi pula.". 

Fungsi Landasan Teori:

1)      Kerangka Pemikiran: Landasan teori memberikan kerangka pemikiran yang jelas untuk penelitian. 

2)      Penyusunan Hipotesis: Landasan teori membantu merumuskan hipotesis yang jelas dan relevan. 

3)      Validasi Hasil: Landasan teori dapat digunakan untuk memvalidasi hasil penelitian. 

4)      Perbandingan: Landasan teori memungkinkan penelitian dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. 

5)      Keterbukaan: Landasan teori menunjukkan bahwa penelitian memiliki dasar yang kuat dan tidak hanya berdasarkan opini pribadi. 

 

D.    Macam-macam Sumber Informasi

Sumber informasi dapat diklasifikasikan berdasarkan penerbitan (primer, sekunder, tersier) dan berdasarkan bentuknya (tertulis, lisan, visual, elektronik). 

Sumber primer adalah informasi asli yang dihasilkan langsung dari sumbernya (peneliti, penulis, dll.), sedangkan sumber sekunder adalah ringkasan atau interpretasi dari sumber primer. 

Sumber tersier menyediakan panduan untuk menemukan sumber primer dan sekunder. 

Sumber tertulis meliputi buku, artikel jurnal, surat kabar, dll., sedangkan sumber lisan meliputi wawancara, diskusi, dll. Sumber visual mencakup foto, gambar, peta, dll., dan sumber elektronik meliputi e-book, e-journal, database online, dll. 

Berikut adalah elaborasi lebih lanjut tentang macam-macam sumber informasi:

1. Berdasarkan Penerbitan:

a.   Sumber Primer: Informasi yang berasal dari sumber pertama atau asli. Contoh: hasil penelitian, wawancara, laporan langsung. 

b.  Sumber Sekunder: Ringkasan, interpretasi, atau analisis dari sumber primer. Contoh: monografi, artikel majalah ilmiah, tesis, disertasi, buku teks. 

c.   Sumber Tersier: Panduan untuk menemukan sumber primer dan sekunder. Contoh: ensiklopedia, kamus, bibliografi, daftar indeks, katalog perpustakaan. 

2. Berdasarkan Bentuknya:

a.      Sumber Tertulis: Buku, artikel jurnal, surat kabar, laporan, dan berbagai dokumen lainnya. 

b.     Sumber Lisan: Wawancara, diskusi, pidato, dan berbagai bentuk komunikasi lisan lainnya. 

c.      Sumber Visual: Foto, gambar, peta, ilustrasi, diagram, dan berbagai bentuk visual lainnya. 

d.     Sumber Elektronik: E-book, e-journal, database online, dan berbagai bentuk informasi elektronik lainnya. 

3. Contoh Sumber Informasi:

a.      Media Cetak: Surat kabar, majalah, buku, jurnal, dan dokumen.

b.     Media Elektronik: Televisi, radio, internet (website, sosial media), e-book, e-journal, database online

c.      Kegiatan Tenaga Kesehatan: Pelatihan, seminar, workshop.

d.     Sumber Manusia: Ahli, peneliti, narasumber.

e.      Sumber Kelembagaan: Organisasi, lembaga. 

4. Fungsi Penting Sumber Informasi:

a.        Memberikan data, fakta, atau pengetahuan.

b.       Mendukung pengambilan keputusan.

c.        Membangun pemahaman tentang suatu topik.

d.       Memfasilitasi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. 

 

E.     Pengertian Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah dasar pemikiran yang menjadi landasan dalam penelitian atau penulisan ilmiah, yang mencakup teori, fakta, observasi, dan kajian pustaka. Ini membantu peneliti atau penulis untuk menyusun argumen, menghubungkan konsep, dan merumuskan hipotesis atau kesimpulan. 

Kerangka berpikir adalah suatu dasar pemikiran yang mencakup penggabungan antara teori, fakta, observasi, serta kajian pustaka, yang nantinya dijadikan landasan dalam melakukan menulis karya tulis ilmiah. Karena menjadi dasar, kerangka berpikir ini dibuat ketika akan memaparkan konsep-konsep dari penelitian.  Kerangka berpikir juga bisa dibilang sebagai visualisasi dalam bentuk bagan yang saling terhubung. Dengan bagan itu dapat dikatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu alur logika yang berjalan di dalam suatu penelitian. Namun, kerangka berpikir ilmiah juga bisa dibuat dalam bentuk poin-poin yang sesuai dengan variabel. Adapun variabel terbagi menjadi dua yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independent)  Jadi secara umum contoh kerangka berpikir adalah alur dari suatu permasalahan yang ingin dipaparkan di dalam karya tulis ilmiah. Mulai dari awal hingga akhir. 

Pengertian Kerangka Berpikir Menurut Para Ahli

1.     Sugiyono. Sugiyono mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu model konseptual yang digunakan sebagai landasan teori yang terkait dengan faktor-faktor dalam penelitian.  Menurutnya, suatu penelitian membutuhkan kerangka berpikir agar bisa menjelaskan secara teoritis, dan dapat menjelaskan alasan adanya hubungan antara variabel. 

2.     Sapto Haryoko. Menurut Sapto Haryoko, kerangka berpikir adalah suatu  penelitian yang menggunakan dua variabel atau lebih dalam prakteknya. Sehingga kerangka berpikir itu berisi mengenai variabel-variabel yang akan dibahas di dalam penelitian. Variabel iu lantas dijelaskan di dalam tulisan. 

3.     Polancik. Menurut Polancik, kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang dijadikan sebagai gambaran alur logika dari tema yang akan ditulis dalam penelitian. Dari diagram itu akan terlihat hubungan-hubungan dari variabel.  Kerangka berpikir menurut Polancik dituliskan berdasarkan rumusan masalah pada penelitian atau pertanyaan pada penelitian. Pertanyaan-pertanyaan itu yang nantinya dijadikan penghubung antar konsep. 

4.     Suriasoemantri. Suriasoemantri mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah penjelasan untuk memaparkan menyusun semua gejala yang ada di dalam suatu penelitian untuk diselesaikan sesuai kriteria yang telah dibuat. 

Cara Membuat Kerangka Berpikir

Ada beberapa tahapan yang bisa digunakan sebagai acuan untuk merumuskan kerangka berpikir. tahapan itu antara lain

a)   Mengidentifikasi Variabel Penelitian

Tahap pertama dalam pembuatan kerangka berpikir penelitian adalah mencari variabel dari penelitian. Variabel sendiri merupakan suatu pengelompokan terhadap dua atau lebih atribut di dalam penelitian. Atribut dalam konteks ini maksudnya seperti usia objek penelitian, wilayah, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya.  Bagi para mahasiswa yang baru pertama kali menyusun penelitian, maka variabel bisa dilihat dari judul, sebab judul akan selalu memuat variabel penelitian.

b)   Mencari Hubungan Antar Variabel

Setelah variabel diketahui, tahap selanjutnya adalh mencari tahu hubungan antar variabel di dalam penelitian. Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap penelitian akan selalu memuat minimal dua variabel yang saling berkaitan.  Variabel itu harus saling berhubungan agar bisa mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Hubungan antar variabel dapat ditentukan sesuai dengan hubungan langsung yang ada di lapangan. 

c)    Mencari Literatur

Setelah variabel diidentifikasi dan saling berkaitan, selanjutnya adalah mencari literatur dan referensi yang terbukti hasilnya relevan agar topik yang akan diangkat semakin kuat.  Literatur atau referensi yang diambil bisa dalam berbagai macam bentuk seperti buku, jurnal ilmiah, hasil wawancara, laporan pemerintah, sampai hasil wawancara.  Dari situ literatur dibaca dan dipahami apakah sudah sesuai dengan konsep dari penelitian yang akan dilakukan. 

d)   Membahas Teori

Setelah literatur ditemukan dan dinilai sesuai dengan penelitian, selanjutnya adalah membuat argumen yang bersifat teoritis. Maksudnya adalah memaparkan pendapatnya yang logis dan kuat sesuai dengan data-data literatur yang telah dibaca sebelumnya.  Seperti diketahui, suatu penelitian harus menggunakan teori untuk dapat menguatkan topik dari penelitian. Selain itu, teori juga digunakan supaya pendapat dari penulis bisa kuat dan tidak terkesan asal bicara.  Sebab salah satu ciri khas dari penelitian adalah bisa dipertanggungjawabkan dan tidak asal-asalan. Dengan ada landasan teori yang kuat, maka penelitian pun juga akan semakin meyakinkan. 

e)   Membuat Kesimpulan

Setelah semua topik dan variabel dibahas dengan menggunakan literatur yang telah dipilih, selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan terkait dengan topik yang akan dibahas. Kesimpulan itu menjelaskan bahwa topik memiliki landasan yang kuat untuk dibahas lebih lanjut.  Kesimpulan sebisa mungkin ditulis dengan singkat, padat, dan menjelaskan. Usahakan untuk hindari penjelasan yang berputar-putar atau bertele-tele. 

f)     Membuat Gambaran Kerangka Berpikir

Setelah semuanya sudah tersusun sesuai dengan tujuan penelitian selanjutnya adalah menggambarkan kerangka berpikir sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Umumnya, kerangka berpikir berupa diagram atau bagan.  Dari visualisasi mengalir tersebut dapat dilihat bahwa setiap variabel memiliki hubungan yang saling terkait dan memaparkan teori yang menguatkan topik yang dipilih. 

Macam-macam Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir secara umum terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 

1.     Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah jenis kerangka berpikir yang digunakan untuk menguraikan teori yang digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan peristiwa yang ada di dalam penelitian. 

2.     Kerangka Operasional

Kerangka operasional adalah kerangka berpikir yang digunakan untuk menjelaskan variabel yang dipilih sesuai dengan topik penelitian. Kerangka jenis ini digunakan untuk memaparkan hubungan antar variabel. 

3.     Kerangka Konseptual 

Kerangka konseptual adalah jenis kerangka yang menjelaskan alur pemikiran terkait satu konsep dengan konsep lainnya untuk memberikan gambaran asumsi terkait dengan variabel yang diteliti. Kerangka konseptual cocok digunakan untuk asumsi teoritis. 

Manfaat Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir memiliki manfaat di dalam sebuah penelitian. Di antaranya adalah: 

a)      Membantu peneliti untuk menguji rumusan masalah dalam penelitian sehingga lebih mudah untuk diambil kesimpulannya.

b)      Menghubungkan setiap bagian pada penelitian. 

c)       Membuat penelitian konteksnya menjadi lebih luas lagi cakupannya. 

d)      Membantu peneliti untuk menemukan konsep yang digunakan untuk menguraikan masalah penelitian  di lapangan. 

e)      Memberikan batasan terhadap penelitian. 

f)        Memberikan gambaran kepada pembaca terkait metode-metode yang digunakan. 

g)      Mempermudah pemeriksaan karya ilmiah. Karena gambaran dari penelitian sudah dipaparkan di bagian ini. 

Dasar Pemikiran:

Kerangka berpikir berfungsi sebagai fondasi yang kuat untuk penelitian atau penulisan, memastikan bahwa semua argumen dan kesimpulan didasarkan pada teori, fakta, dan bukti yang relevan. 

Penggabungan Konsep:

Ia membantu menggabungkan konsep-konsep yang berbeda menjadi sebuah gambaran yang utuh dan koheren, sehingga penelitian atau penulisan menjadi lebih terarah dan mudah dipahami. 

Landasan Hipotesis/Kesimpulan:

Kerangka berpikir membantu merumuskan hipotesis atau kesimpulan yang logis dan didukung oleh bukti, memperkuat kredibilitas penelitian atau penulisan. 

Bentuk Presentasi:

Kerangka berpikir bisa berbentuk diagram atau bagan, atau dalam bentuk deskripsi yang menjelaskan hubungan antara variabel atau konsep. 

Contoh:

Misalnya, dalam penelitian tentang pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan, kerangka berpikir bisa mencakup:

a.      Teori Stres Kerja: Menggambarkan teori-teori tentang stres kerja, seperti model tuntutan-sumber daya (demand-resource model).

b.     Variabel Stres Kerja: Menjelaskan berbagai faktor stres kerja yang relevan, seperti beban kerja, tekanan waktu, dan konflik peran.

c.      Variabel Kinerja Karyawan: Menjelaskan indikator kinerja karyawan, seperti produktivitas, kualitas pekerjaan, dan kehadiran.

d.     Hipotesis: Merumuskan hipotesis tentang hubungan antara stres kerja dan kinerja karyawan, misalnya "stres kerja memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja karyawan".

e.      Hubungan Antar Variabel: Menjelaskan bagaimana variabel-variabel tersebut saling berhubungan, misalnya bagaimana peningkatan stres kerja dapat menurunkan kinerja karyawan.

Dengan kerangka berpikir yang jelas, peneliti atau penulis dapat dengan lebih mudah memahami dan menjelaskan permasalahan, merumuskan hipotesis atau kesimpulan, serta menguji atau menguji teori yang digunakan. 

 

F.     Menyusun Kerangka Berfikir dalam Penelitian Kuantitatif

Menyusun kerangka berpikir dalam penelitian kuantitatif adalah proses membangun dasar pemikiran yang kuat untuk penelitian dengan menghubungkan teori, observasi, dan kajian literatur. Kerangka berpikir ini biasanya disajikan dalam bentuk bagan atau diagram yang menunjukkan alur berpikir peneliti dan keterkaitan antar variabel yang diteliti. 

Langkah-langkah Menyusun Kerangka Berpikir:

1.     Identifikasi Masalah Penelitian: Tentukan masalah penelitian yang akan diangkat. 

2.     Pilih Teori yang Relevan: Cari teori atau literatur yang mendukung penelitian. 

3.     Tentukan Variabel Penelitian: Identifikasi dan definisikan variabel-variabel yang akan diteliti. 

4.     Hubungkan Variabel dengan Logis: Uraikan hubungan antar variabel, apakah positif, negatif, atau pengaruhnya. 

5.     Susun Model Visualisasi: Disajikan dalam bentuk diagram atau bagan untuk menunjukkan alur berpikir dan keterkaitan antar variabel. 

Contoh Kerangka Berpikir:

Misalnya, penelitian tentang pengaruh stres terhadap prestasi akademik. Kerangka berpikirnya bisa menunjukkan: 

a.     Variabel Bebas: Stres (misalnya, stres akademik, stres sosial)

b.    Variabel Terikat: Prestasi akademik (misalnya, nilai, tingkat keberhasilan)

Teori: Teori stres dan coping (teori yang menjelaskan bagaimana individu merespon stres)

Diagram: Bagan yang menunjukkan bahwa stres mempengaruhi prestasi akademik, dengan stres sebagai variabel independen dan prestasi akademik sebagai variabel dependen.

Tujuan Kerangka Berpikir:

Memastikan penelitian memiliki dasar yang kuat, Memberikan arah penelitian, Menjelaskan hubungan antar variabel secara logis, Menunjukkan alur berpikir peneliti, Memudahkan pembaca memahami penelitian. 

Dengan menyusun kerangka berpikir yang baik, peneliti dapat memastikan bahwa penelitiannya memiliki dasar yang kuat dan dapat menjawab pertanyaan penelitian secara efektif. 

 








 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Andra Tersianan. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Start Up Arifin, Z. (2017). Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics), 2(1), 28-36.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, 2019. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Hamdi, A. S., & E., B. (2014). Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam pendidikan. Deepublish.

Nugroho, A. S., & Haritanto, W. (2022). Pendekatan Penelitian Kuantitatif Dengan Pendekatan Statistika: (Teori, Implementasi & Praktik dengan SPSS)

Nurmalasari. (2018). Modul Metode Penelitian Disusun Oleh : Nurmalasari,SE,MM Program Studi Manajemen Informatika. Bsi Pontianak

Prajitno, S. B. (2013). Metodologi penelitian kuantitatif. Jurnal. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.(tersedia di http://komunikasi. uinsgd. ac. id).

Punch, K. F. (2013). Introduction to social research: Quantitative and qualitative approaches. sage.

Rasyid, F. (2015). Metodologi Penelitian Sosial Teori dan Praktik.

Santoso (2007). Fundamental Metodologi Penelelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Simon, M. K., & Goes, J. (2013). Ex post facto research. Retrieved September, 25, 2013.

Sinambela, L dan Sinambela, S. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Depok. Rajawali Press


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...