MATERI 5- METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF
Oleh: Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak
Landasan
Teori Dan Kerangka Berfikir Penelitian
Kuantitatif
A.
Pengertian
Grounded Theory
Grounded
theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengembangkan teori baru berdasarkan data empirik yang dikumpulkan dari
lapangan.
Metode
ini berfokus pada eksplorasi dan analisis mendalam terhadap data untuk
mengungkap pola, konsep, dan teori yang muncul secara alami dari data
tersebut.
Dilansir
dari situs Accounting, Finance & Governance Review, Glaser
& Strauss (1967) awalnya merancang metodologi grounded-theory.
Pendekatan mereka sebagian besar merupakan protes terhadap (a) iklim
metodologis di mana penelitian kualitatif dianggap sebagai awal dari metodologi
penelitian kuantitatif yang ‘nyata’ (Goulding, 2006), dan (b) positivisme yang
meresapi sebagian besar penelitian sosial (Suddaby, 2006).
Glaser
& Strauss (1967) juga termotivasi oleh keinginan untuk menghilangkan mitos
bahwa semua teori yang baik telah ditemukan, dan bahwa penelitian harus fokus
pada pengujian teori melalui pendekatan empiris kuantitatif.
Glaser
berasal dari tradisi penelitian kuantitatif yang ketat dan positivistik yang
dipelajari di Universitas Columbia. Dia berusaha menerapkan pelatihan ini untuk
penelitian kualitatif (Charmaz, 2000). Strauss belajar di University of Chicago
dengan tradisi interaksionisme simbolik dan pendekatan penyelidikan kualitatif,
seperti observasi dan wawancara intensif: “Oleh karena itu, Strauss membawa
studi filosofis pragmatis tentang proses, tindakan, dan makna ke dalam
penyelidikan empiris melalui grounded theory,” (Charmaz, 2000:512).
Kedua
peneliti menyusun metodologi sambil meneliti pengalaman pasien yang sakit
kronis. Inti dari grounded theory Glaser & Strauss (1967) adalah bahwa
kecukupan teori yang dikembangkan bergantung pada proses penelitian yang
digunakan untuk menurunkannya.
Teori ini
memperoleh konsep dari data dan mengembangkannya dengan mengumpulkan,
mengodekan, dan menganalisis data secara bersamaan. Pendekatan ini memastikan
bahwa teori yang dihasilkan sesuai dengan fenomena yang diteliti (Glaser &
Strauss, 1967). Pendekatan ini kontras dengan pendekatan deduktif-logis yang
lebih tradisional, yang menggunakan teori yang ada untuk menghasilkan
hipotesis, dan kemudian mengujinya secara empiris.
Glaser
& Strauss (1967) mendefinisikan grounded theory sebagai
penemuan teori dari data. Sementara Corbin & Strauss (2008) menjelaskan grounded
theory sebagai menunjukkan konstruksi teoritis yang berasal dari
analisis kualitatif.
Kedua
definisi mencerminkan prinsip metodologi dasar yang sama, yakni interpretasi
teoretis dari fenomena yang dihasilkan dari data menggunakan pedoman metodologi
inti.
Peneliti grounded-theory tidak
memulai dengan teori. Teori berkembang selama proses penelitian dan dihasilkan
dari interaksi terus-menerus antara analisis data,
pengumpulan data, dan teori yang dihasilkan (Corbin & Strauss, 2015;
Glaser, 1978; Glaser & Strauss, 1967).
Teori
yang muncul mengarah pada pengumpulan dan analisis data lebih lanjut,
selanjutnya mengembangkan konstruksi teoretis. Penelitian grounded-theory berusaha
memahami data yang dikumpulkan untuk menentukan makna dan signifikansinya
(Parker & Roffey, 1997).
Grounded
theory menekankan pada pendekatan induktif, di mana teori dibangun dari bawah
ke atas, dimulai dari data dan bukan dari hipotesis atau teori yang sudah ada
sebelumnya.
Grounded
theory merupakan metodologi penelitian yang cocok untuk
mengembangkan teori karena tiga alasan.
1)
Pertama, grounded
theory memiliki reputasi yang mapan untuk mempelajari perilaku manusia
dan untuk membuat klaim pengetahuan tentang bagaimana individu
menginterpretasikan realitas (Suddaby, 2006).
2)
Kedua, tujuan utama grounded
theory adalah pembangunan teori, bukan pengujian teori. Ini adalah
desain yang cocok ketika sebuah teori tidak sepenuhnya menjelaskan suatu proses
(Creswell, 2007; Goulding, 2005; Thornberg & Dunne, 2019). Grounded
theory memfasilitasi pencatatan dan interpretasi pengalaman subjektif
individu. Melalui proses metodologis pengambilan sampel teoretis dan
perbandingan konstan, ini memungkinkan abstraksi pengalaman subjektif individu
menjadi pernyataan teoretis (Fendt & Sachs, 2008).
3)
Ketiga, metodologi grounded
theory telah menetapkan pedoman untuk melakukan penelitian dan
menginterpretasikan data, khususnya pendekatan sistematis Corbin dan Strauss
(2015).
Ada 4
langkah dalam penelitian grounded theory, yakni:
1.
Konsep diturunkan dari
wawancara, observasi, dan refleksi
2.
Data diatur ke dalam
kategori yang mewakili tema
3.
Saat teori berkembang,
mereka dibandingkan satu sama lain dan dua atau lebih lebih teori yang
diidentifikasi
4.
Langkah terakhir
melibatkan konstruksi pernyataan hipotesis penelitian atau peta konsep
Beberapa
metode dalam melakukan penelitian grounded theory, yakni:
1)
Pengkodean.
Grounded theory dimulai dengan kode. Ini adalah
kumpulan kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan arti dari sebuah
fenomena.
Data ini dapat melalui wawancara, observasi, dan
sumber data lainnya. Kode dapat ditemukan dengan mencari tema dalam acara
tertentu atau dari populasi yang lebih besar.
Setelah kode dibuat, peneliti harus memilih konsep
yang mewakili setiap kode.
2)
Memo
Teoritis.
Ini merupakan proses internal pengorganisasian
data, pembentukan konsep, dan pengujian validitas penelitian. Peneliti harus
memiliki pemahaman yang baik tentang posisi teoretisnya sebelum hal ini
terjadi.
Cara yang baik untuk berteori adalah dengan
melihat beberapa teori atau analisis yang ada dan mencoba mengembangkan
hubungan antara itu serta penelitian baru.
3)
Kompilasi
Temuan
Langkah terakhir adalah menulis temuan setelah sebuah teori
dikembangkan dari data. Penliti juga dapat menulis hipotesis tentatif dari
temuan penelitiannya.
Jenis-jenis
Grounded Theory:
1.
Classic Grounded Theory
Pendekatan ini didasarkan pada karya Glaser dan
Strauss, dan menekankan penemuan teori yang didasarkan pada data.
Fokusnya adalah menghasilkan teori yang
menjelaskan fenomena yang dipelajari, tanpa dipengaruhi oleh praduga atau teori
yang ada.
Proses tersebut melibatkan siklus pengumpulan
data, pengodean, dan analisis yang berkelanjutan, dengan tujuan mengembangkan
kategori dan subkategori yang didasarkan pada data.
Kategori dan subkategori kemudian dibandingkan dan
disintesis untuk menghasilkan teori yang menjelaskan fenomena tersebut.
2.
Constructivist Grounded
Theory
Pendekatan ini didasarkan pada karya Charmaz, dan
menekankan peran peneliti dalam proses pengembangan teori.
Fokusnya adalah pada pemahaman bagaimana individu
membangun makna dan menginterpretasikan pengalaman mereka, daripada menemukan
kebenaran objektif.
Prosesnya melibatkan pendekatan refleksif dan iteratif untuk
pengumpulan, pengodean, dan analisis data, dengan tujuan mengembangkan kategori
yang didasarkan pada data dan interpretasi peneliti terhadap data.
Contoh
Penelitian dengan aplikasian Grounded Theory
Judul:
“Analisis
Preferensi Konsumen terhadap Makanan Cepat Saji di Kota Bekasi”
Pendahuluan:
Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami preferensi konsumen terhadap
makanan cepat saji di Kota Bekasi.
Makanan
cepat saji telah menjadi tren konsumsi yang semakin populer di kota ini, dan
penelitian ini akan menggunakan pendekatan grounded theory untuk
mengumpulkan data dari responden dan
mengembangkan teori baru berdasarkan temuan lapangan.
Metode
Penelitian:
Desain
Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
pendekatan grounded theory.
Pengumpulan
Data: Data akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan 15 responden yang
merupakan konsumen aktif makanan cepat saji di Kota Bekasi. Selain itu, data
juga akan diperoleh melalui observasi partisipan di beberapa gerai makanan
cepat saji populer di kota ini.
Analisis
Data: Data dari wawancara dan observasi akan dianalisis menggunakan teknik
analisis grounded theory, termasuk proses kodifikasi dan
kategorisasi.
Temuan
Awal:
Setelah
mengumpulkan data dari wawancara dan observasi, beberapa temuan awal telah
diidentifikasi:
1.
Kecepatan pelayanan dan
kualitas makanan menjadi faktor utama yang mempengaruhi preferensi konsumen.
2.
Harga makanan cepat saji
menjadi pertimbangan penting bagi sebagian besar konsumen.
3.
Branding dan
citra merek memainkan peran penting dalam memengaruhi persepsi konsumen
terhadap kualitas makanan cepat saji.
4.
Ketersediaan variasi menu
dan opsi personalisasi menjadi daya tarik bagi konsumen.
Analisis
Mendalam:
Analisis
data lebih lanjut dilakukan untuk mengembangkan teori baru yang mendasari
preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji di Kota Bekasi.
Dalam
analisis mendalam, tema-tema seperti “kecepatan pelayanan”, “harga”, “branding“,
dan “ketersediaan variasi menu” akan dijelaskan secara mendalam dengan
mengaitkan data yang relevan dan memahami pola perilaku konsumen.
Pengembangan
Teori:
Berdasarkan
analisis data dan temuan lapangan, teori baru akan dikembangkan tentang
bagaimana preferensi konsumen terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang telah diidentifikasi.
Teori ini
akan memberikan wawasan yang berharga bagi industri makanan cepat saji dalam
memahami preferensi konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang lebih
efektif.
Kesimpulan:
Penelitian
ini memberikan kontribusi dalam memahami preferensi konsumen terhadap makanan
cepat saji di Kota Bekasi melalui pendekatan grounded theory.
Hasil
penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pelaku industri makanan cepat saji
untuk meningkatkan kualitas layanan dan pengalaman konsumen serta menciptakan
strategi pemasaran yang lebih efektif.
B.
Pengertian
Landasan Teori
Landasan
teori adalah fondasi atau kerangka dasar yang digunakan dalam suatu penelitian,
yang berisi teori-teori, konsep, dan proposisi yang relevan dengan topik
penelitian. Landasan teori ini membantu peneliti memahami permasalahan,
menyusun hipotesis, dan menentukan metode penelitian yang tepat.
Landasan
teori secara umum dapat diartikan sebagai pernyataan yang disusun secara
sistematis dan memiliki variabel yang kuat. Landasan teori secara isi memuat teori-teori
dan hasil penelitian, dimana teori dan hasil penelitian yang digunakan ini
digunakan sebagai kerangka teori peneliti untuk menyelesaikan penelitian.
Pengertian
secara umum, landasan teori dapat pula diartikan sebagai pernyataan atau asumsi
secara eksplisit terhadap sebuah teori yang akan dilakukan evaluasi dan
penelitian kritis. Tidak hanya itu saja ternyata, kerangka teori berperan untuk
menghubungkan pada pengetahuan yang baru.
Pengertian
landasan teori menurut pendapat para ahli:
1.
Moleong
Teori
didefinisikan sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis
(mengikuti aturan tertentu yang menghubungkan secara logis dengan data yang
diamati) dan berperan sebagai wahana meramalkan dan menjelaskan fenomena yang
diamati.
2. Sardar
Ziauddin
Berbeda
dengan pendapat Sardar Ziauddin yang mengartikan teori sebagai sistem konsep
abstrak yang digunakan untuk melihat apakah ada hubungan konsep. Dimana teori
ini digunakan untuk memahami sebuah fenomena yang terjadi. Sardar Ziauddin
memandang landasan teori sebagai konsep dasar penelitian sosial yang dapat
menjelaskan hubungan tersistematis, terperinci atau tidak.
3.
Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati
Teori
dari perspektif yang lain, teori sebagai konsep, proposisi, dan asumsi yang
menjelaskan fenomena sosial secara tertata dan dirumuskan hubungan antar
konsep.
4.
Neuman
Neuman mendefinisikan
teori sebagai konsep, proposisi dan definisi yang digunakan untuk melihat
sebuah fenomena secara tersistematis. Digunakan untuk melihat spesifikasi
hubungan antar variabel yang memudahkan dalam meramalkan fenomena
penelitian.
5. Masri
Singarimbun dan Sofyan Efendi
Teori
adalah konsep dan preposisi yang menjelaskan tentang fenomena sosial secara
tertata. Umumnya konsep ini dapat dilakukan dengan menentukan apakah terdapat
hubungan antara konsep-konsep yang ada atau tidak.
6.
Ismaun
Ismaun mendefinisikan,
pengertian landasan teori lebih sederhana, yaitu sebagai pernyataan yang berisi
kesimpulan substantive tentang keteraturan.
Jadi
landasan teori dari pendapat di atas, dapat disimpulkan sebagai abstraksi dan
hasil pemikiran yang bertujuan untuk membuat kesimpulan.
Dapat
pula disimpulkan bahwa landasan teori adalah mengumpulkan hasil pemikiran
secara teoritis yang memiliki hubungan yang erat dengan teori yang
diangkat dalam kepentingan mengumpulkan, mengolah data dan membantu dalam
proses analisis demi mengetahui sesuatu yang hendak diteliti.
Macam-Macam
Landasan Teori
Berdasarkan
jenisnya, ada tiga macam landasan teori yang bisa digunakan, yaitu:
1.
Teori dalam Penelitian
Kuantitatif
Artinya, peneliti harus memahami dulu variabel dan
jenis penelitian kuantitatif yakni variabel yang menyelidiki mengenai fakta
pada suatu karakter individu atau suatu organisasi yang dapat diukur.
Jenis variabel yang digunakan antara lain:
a)
variabel bebas atau independen
b)
variabel terikat atau
dependen
c)
variabel intervening atau
mediating
d)
variabel moderating
e)
variabel kontrol
f)
variabel confounding
Teori di
dalam penelitian kuantitatif berisi seperangkat gagasan atau variabel yang
saling berhubungan dan berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang merinci
hubungan antarvariabel. Teori dalam penelitian ini bisa dalam bentuk
argumentasi, pembahasan, atau alasan yang membantu menjelaskan fenomena yang
muncul di dunia.
Ada
beberapa teori yang harus ada di dalam penelitian kuantitatif:
1)
peneliti menegaskan teori
dalam bentuk hipotesis yang saling berhubungan,
2)
peneliti menyatakan teori
dalam bentuk pernyataan “jika…. maka…” yang menunjukkan pengaruh variabel bebas
dapat memengaruhi variabel terikat,
3)
peneliti menyajikan teori
dalam bentuk visual sebagai terjemahan dari variabel ke dalam gambar visual.
2.
Teori
dalam Penelitian Kualitatif
Teori
kualitatif ini memiliki tujuan yang berbeda-beda di antaranya:
a)
dalam penelitian
kualitatif, landasan teori yang digunakan sebagai penjelasan atas perilaku dan
sikap tertentu yang dilengkapi dengan variabel, konstrak, dan hipotesis
penelitian,
b)
peneliti sering
menggunakan perspektif teoretis sebagai panduan untuk meneliti gender, kelas,
ras, dan lainnya,
c)
teori yang digunakan
sebagai akhir penelitian sehingga penerapannya secara induktif berdasarkan
data, kemudian ke tema umum, dan menuju teori tertentu,
d)
beberapa penilaian
kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit.
3. Teori
dalam Penelitian Metode Campuran
Dalam hal
ini, dapat diterapkan secara deduktif, seperti pengujian atau verifikasi teori
kuantitatif atau secara induktif, seperti pemunculan teori atau pola
kuantitatif dan lainnya. Tujuannya untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menggabungkan data kuantitatif dan data kualitatif menggunakan metode yang
berbeda.
Dalam
kerangka kerja ini, digunakan dua bentuk yang biasanya dipakai kurang lebih
selama 10 tahun belakangan ini, yaitu:
a)
menggunakan kerangka kerja
ilmu sosial
b)
menggunakan kerangka kerja
transformatif.
Cara
Menuliskan Landasan Teori
Berikut
ini beberapa cara untuk menuliskan landasan teori sebagai berikut.
1. Nama
pencetus teori
2. Tahun
dan tempat pertama kali rujukan teori tersebut dipublikasi atau dicetak
3. Uraian
ilmiah
4. Relevansi
teori
Ciri-ciri
Landasan Teori yang Baik
a)
Teori memberi kemudahan
pemahaman dan menerangkan yang terjadi dengan hubungan masalah demi masalah dan
dapat digunakan untuk menyelidiki gejalanya.
b)
Teori yang baik dapat
dilihat dari konsistensi data yang dipaparkan.
c)
Teori mampu membuktikan
fenomena sosial yang masih dalam perdebatan atau pernyataan bagi masyarakat
untuk membuktikan asumsi atau hipotesis.
d)
Landasan teori yang baik
bagian terakhir mendorong adanya penemuan baru.
Contoh
Singkat Landasan Teori
Diambil
dari artikel yang telah tayang di laman Penerbit Deepublish, yaitu dari
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Regulasi Diri Eksternal Dengan
Aspirasi Karir Stereotip Gender pada Siswa Kelas 1 SD di Kota Yogyakarta”.
Landasan
Teori
A.
Pilihan Aspirasi karier yang Stereotip Gender
1.
Perspektif teori
Stereotip
peran gender adalah pengkategorian segala sesuatu berdasarkan alasan kesesuaian
dengan peran gendernya. Hal ini berarti, seorang anak laki-laki akan memilih
segala sesuatu (termasuk aspirasi karier) yang bersifat maskulin. Hal ini juga
berlaku pada anak perempuan yaitu akan memilih segala sesuatu yang bersifat
feminine.
Pengkategorian
itu akan digeneralisir pada hal-hal yang lain, tidak hanya aspirasi karir saja.
Apabila terjadi penyimpangan, misal anak laki-laki memiliki aspirasi karir yang
feminine atau anak perempuan memiliki aspirasi karier yang maskulin, maka anak
itu akan mendapatkan sanksi sosial (Abouchedid & Nasser, 2007; Almutawa,
2005; Bartlett & Vasey, 2000: Crespi, 2003; Harrison & O’Neill, 2003,
Teig & Suskind, 2008; Zadu Qisti, 2009).
Jung
mengaitkan sisi feminine kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita
dengan arkhetipe-arkhetipe. Archetype feminine laki-laki disebut anima,
arkhetipe maskulin wanita disebut animus. Masing-masing jenis menunjukan
ciri-ciri lawan jenisnya, tetapi mereka juga berperan sebagai gambaran kolektif
yang memotivasi masing-masing jenis tertarik dan memahami anggota lawan
jenisnya.
Misalnya
laki-laki memahami kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat
pria berdasarkan animusnya (Lindzey & Hall : 1993) Dst…
2. Faktor
yang mempengaruhi pilihan aspirasi karier yang stereotip gender
a.
Orangtua
…Semua
keperluan yang diperlukan si anak mampu dikuasai oleh orangtua. Alam bawah
sadar, segala sesuatu yang diberikan/dilakukan secara berulang-ulang dan terus
menerus akan menjadi sebuah watak, dan sifat yang kemudian tercermin di dalam
sebuah perilaku. Diperkuat dengan teori Charlotte Buhler, anak usia 5-8tahun
anak sedang berada di fase sosialisasi.
Anak
mulai memasuki masyarakat luas lewat Taman Kanak-kanak dan teman permainan.
Anak mulai mengenal dunia secara objektif dan mulai mengenal arti prestasi
pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban. Termasuk kewajiban yang dibuat oleh
orangtuanya (Kartono, 1995).
b.Guru
Guru juga
mempengaruhi aspirasi karier yang stereotip gender pada anak. Misalnya, saat
mengajarkan pada anak-anak kelas satu, kalimat “Ayah pergi ke sawah dan ibu
sedang memasak”. Nah, dalam kalimat ini tanpa disadari adanya perbedaan peran
gender yang membuat anak menjadi stereotip gender (Hess & Ferre,
1987).
B.
Regulasi Diri
Regulasi
diri merupakan bentuk kontrol diri yang melibatkan kontrol emosi dan kognitif.
Regulasi diri bisa berjalan dengan baik karena memiliki pengalaman (Bandura,
1994: Fasikhah & Fatimah, 2013; Nisfiannoor & Kartika, 2004). Jadi
regulasi diri adalah anak mampu mengontrol perilakunya sesuai dengan norma
lingkungan sosial yang berlaku di sekitarnya.
Pembentukan
regulasi berkaitan erat dengan kemampuan metakognitif anak itu sendiri.
metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi tentang
pemikiran. Metakognitif suatu proses yang mengunggah rasa ingin tahu karena
kita menggunakan proses kognitif yang mampu dijadikan panduan dalam menata
sarana dan menyeleksi strategi (Desmita, 2005).
Fungsi
Landasan Teori:
1)
Mengembangkan argumen:
Landasan teori menyediakan pijakan ilmiah untuk mengembangkan argumen dan
interpretasi penelitian.
2)
Mengarahkan metodologi:
Landasan teori membantu peneliti dalam memilih metode penelitian yang sesuai
dengan tujuan dan permasalahan penelitian.
3)
Menganalisis data:
Landasan teori memberikan kerangka referensi untuk menganalisis dan menafsirkan
data yang diperoleh dalam penelitian.
4)
Membangun kerangka
berpikir: Landasan teori membantu peneliti dalam menyusun kerangka berpikir
yang sistematis dan logis mengenai masalah penelitian.
Isi
Landasan Teori:
1)
Teori-teori relevan:
Landasan teori mencakup teori-teori yang relevan dengan topik penelitian dan
membantu menjelaskan fenomena yang diteliti.
2)
Konsep-konsep dasar:
Landasan teori juga menjelaskan konsep-konsep dasar yang mendasari penelitian,
termasuk definisi operasional variabel.
3)
Proposisi atau pernyataan:
Landasan teori dapat mencakup proposisi atau pernyataan yang menjelaskan
hubungan antara variabel dalam penelitian.
4)
Penelitian terdahulu:
Landasan teori juga dapat mengulas penelitian-penelitian terdahulu yang relevan,
termasuk hasil dan implikasinya.
Perbedaan
Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka:
1)
Landasan Teori: Berfokus
pada teori-teori yang menjadi dasar penelitian, termasuk teori-teori baru atau
modifikasi dari teori yang sudah ada.
2)
Tinjauan Pustaka: Berfokus
pada kajian pustaka (jurnal, buku, dll) yang telah dipublikasikan, untuk
mengetahui perkembangan pengetahuan dan gap dalam penelitian.
C.
Menyusun
Landasan Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Menyusun landasan teori dalam
penelitian kuantitatif melibatkan pemilihan dan pemaparan teori-teori yang
relevan dengan masalah penelitian, serta menghubungkannya dengan
variabel-variabel dan hipotesis penelitian. Proses ini mencakup tinjauan literatur,
identifikasi teori, dan penyajian teori dalam bentuk yang jelas dan sistematis.
Langkah-langkah Penyusunan
Landasan Teori:
1.
Identifikasi dan Pemilihan
Teori:
Tentukan teori-teori yang relevan dengan masalah
penelitian dan variabel-variabel yang akan diuji.
2.
Tinjauan Literatur:
Lakukan tinjauan pustaka yang mendalam untuk
memahami teori-teori yang telah ada dan penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan.
3.
Pemetaan Teori:
Susun teori-teori yang telah dipilih dalam bentuk
yang jelas dan sistematis, misalnya dengan menggunakan diagram atau model.
4.
Penyajian Teori:
Jelaskan setiap teori secara singkat, termasuk
definisinya, asumsinya, dan relevansinya dengan penelitian.
5.
Pengembangan Hipotesis:
Rumuskan hipotesis penelitian berdasarkan landasan
teori yang telah disusun.
6.
Penulisan Landasan Teori:
Susun landasan teori dalam bentuk bab atau bagian
terpisah dalam laporan penelitian, dengan menjelaskan hubungan antara teori,
variabel, dan hipotesis.
Kriteria Teori untuk Landasan
Teori:
1) Relevansi: Teori
harus relevan dengan masalah penelitian dan variabel-variabel yang diteliti.
2) Kemutakhiran: Gunakan
teori yang masih relevan dan baru.
3) Keterbukaan: Terbuka
terhadap teori-teori yang saling bertentangan atau berbeda.
4) Klarifikasi: Jelaskan
konsep dan variabel dalam teori dengan jelas.
5) Integrasi: Hubungkan
teori-teori yang berbeda untuk membentuk kerangka pemikiran yang komprehensif.
Contoh:
Misalnya, penelitian tentang pengaruh motivasi
terhadap prestasi belajar. Landasan teori dapat mencakup teori-teori
motivasi seperti teori kebutuhan Maslow, teori harapan Vroom, dan teori tujuan
Locke. Teori-teori ini kemudian dihubungkan dengan variabel motivasi
(variabel bebas) dan prestasi belajar (variabel terikat) untuk merumuskan
hipotesis, seperti "Semakin tinggi motivasi, maka prestasi belajar akan
semakin tinggi pula.".
Fungsi Landasan Teori:
1) Kerangka
Pemikiran: Landasan teori memberikan kerangka pemikiran yang jelas untuk
penelitian.
2) Penyusunan
Hipotesis: Landasan teori membantu merumuskan hipotesis yang jelas dan
relevan.
3) Validasi
Hasil: Landasan teori dapat digunakan untuk memvalidasi hasil penelitian.
4) Perbandingan: Landasan
teori memungkinkan penelitian dibandingkan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
5) Keterbukaan: Landasan
teori menunjukkan bahwa penelitian memiliki dasar yang kuat dan tidak hanya
berdasarkan opini pribadi.
D.
Macam-macam
Sumber Informasi
Sumber
informasi dapat diklasifikasikan berdasarkan penerbitan (primer, sekunder,
tersier) dan berdasarkan bentuknya (tertulis, lisan, visual, elektronik).
Sumber
primer adalah informasi asli yang dihasilkan langsung dari sumbernya (peneliti,
penulis, dll.), sedangkan sumber sekunder adalah ringkasan atau interpretasi
dari sumber primer.
Sumber
tersier menyediakan panduan untuk menemukan sumber primer dan sekunder.
Sumber
tertulis meliputi buku, artikel jurnal, surat kabar, dll., sedangkan sumber
lisan meliputi wawancara, diskusi, dll. Sumber visual mencakup foto,
gambar, peta, dll., dan sumber elektronik meliputi e-book, e-journal, database
online, dll.
Berikut adalah elaborasi lebih lanjut tentang
macam-macam sumber informasi:
1. Berdasarkan Penerbitan:
a.
Sumber Primer: Informasi
yang berasal dari sumber pertama atau asli. Contoh: hasil penelitian,
wawancara, laporan langsung.
b. Sumber Sekunder: Ringkasan, interpretasi, atau
analisis dari sumber primer. Contoh: monografi, artikel majalah ilmiah,
tesis, disertasi, buku teks.
c.
Sumber Tersier: Panduan
untuk menemukan sumber primer dan sekunder. Contoh: ensiklopedia, kamus,
bibliografi, daftar indeks, katalog perpustakaan.
2. Berdasarkan Bentuknya:
a.
Sumber Tertulis: Buku,
artikel jurnal, surat kabar, laporan, dan berbagai dokumen lainnya.
b.
Sumber Lisan: Wawancara,
diskusi, pidato, dan berbagai bentuk komunikasi lisan lainnya.
c.
Sumber Visual: Foto,
gambar, peta, ilustrasi, diagram, dan berbagai bentuk visual lainnya.
d.
Sumber Elektronik: E-book,
e-journal, database online, dan berbagai bentuk informasi elektronik lainnya.
3. Contoh Sumber Informasi:
a.
Media Cetak: Surat
kabar, majalah, buku, jurnal, dan dokumen.
b.
Media Elektronik: Televisi,
radio, internet (website, sosial media), e-book, e-journal, database online
c.
Kegiatan Tenaga Kesehatan: Pelatihan,
seminar, workshop.
d.
Sumber Manusia: Ahli,
peneliti, narasumber.
e.
Sumber Kelembagaan: Organisasi,
lembaga.
4. Fungsi Penting Sumber Informasi:
a.
Memberikan data, fakta,
atau pengetahuan.
b.
Mendukung pengambilan
keputusan.
c.
Membangun pemahaman
tentang suatu topik.
d.
Memfasilitasi penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
E.
Pengertian
Kerangka Berfikir
Kerangka
berpikir adalah dasar pemikiran yang menjadi landasan dalam penelitian
atau penulisan ilmiah, yang mencakup teori, fakta, observasi, dan kajian
pustaka. Ini membantu peneliti atau penulis untuk menyusun argumen, menghubungkan
konsep, dan merumuskan hipotesis atau kesimpulan.
Kerangka
berpikir adalah suatu dasar pemikiran yang mencakup penggabungan
antara teori, fakta, observasi, serta kajian pustaka, yang nantinya dijadikan
landasan dalam melakukan menulis karya tulis ilmiah. Karena menjadi dasar,
kerangka berpikir ini dibuat ketika akan memaparkan konsep-konsep dari
penelitian. Kerangka berpikir juga bisa dibilang sebagai visualisasi
dalam bentuk bagan yang saling terhubung. Dengan bagan itu dapat dikatakan
bahwa kerangka berpikir adalah suatu alur logika yang berjalan di dalam suatu
penelitian. Namun, kerangka berpikir ilmiah juga bisa dibuat
dalam bentuk poin-poin yang sesuai dengan variabel. Adapun variabel terbagi
menjadi dua yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independent) Jadi secara umum contoh kerangka berpikir adalah alur
dari suatu permasalahan yang ingin dipaparkan di dalam karya tulis ilmiah.
Mulai dari awal hingga akhir.
Pengertian
Kerangka Berpikir Menurut Para Ahli
1.
Sugiyono.
Sugiyono
mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu model konseptual yang digunakan
sebagai landasan teori yang terkait dengan faktor-faktor dalam
penelitian. Menurutnya, suatu penelitian membutuhkan kerangka
berpikir agar bisa menjelaskan secara teoritis, dan dapat menjelaskan alasan
adanya hubungan antara variabel.
2.
Sapto
Haryoko. Menurut Sapto Haryoko, kerangka berpikir adalah suatu
penelitian yang menggunakan dua variabel atau lebih dalam prakteknya. Sehingga
kerangka berpikir itu berisi mengenai variabel-variabel yang akan dibahas di
dalam penelitian. Variabel iu lantas dijelaskan di dalam tulisan.
3.
Polancik. Menurut
Polancik, kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang dijadikan sebagai
gambaran alur logika dari tema yang akan ditulis dalam penelitian. Dari diagram
itu akan terlihat hubungan-hubungan dari variabel. Kerangka berpikir
menurut Polancik dituliskan berdasarkan rumusan masalah pada penelitian atau
pertanyaan pada penelitian. Pertanyaan-pertanyaan itu yang nantinya dijadikan
penghubung antar konsep.
4.
Suriasoemantri.
Suriasoemantri
mengatakan bahwa kerangka berpikir adalah penjelasan untuk memaparkan menyusun
semua gejala yang ada di dalam suatu penelitian untuk diselesaikan sesuai
kriteria yang telah dibuat.
Cara
Membuat Kerangka Berpikir
Ada
beberapa tahapan yang bisa digunakan sebagai acuan untuk merumuskan kerangka
berpikir. tahapan itu antara lain
a)
Mengidentifikasi
Variabel Penelitian
Tahap pertama dalam pembuatan kerangka
berpikir penelitian adalah mencari variabel dari penelitian. Variabel
sendiri merupakan suatu pengelompokan terhadap dua atau lebih atribut di dalam
penelitian. Atribut dalam konteks ini maksudnya seperti usia objek penelitian,
wilayah, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Bagi para
mahasiswa yang baru pertama kali menyusun penelitian, maka variabel bisa
dilihat dari judul, sebab judul akan selalu memuat variabel penelitian.
b)
Mencari
Hubungan Antar Variabel
Setelah variabel diketahui, tahap selanjutnya
adalh mencari tahu hubungan antar variabel di dalam penelitian. Seperti yang
telah dijelaskan bahwa setiap penelitian akan selalu memuat minimal dua
variabel yang saling berkaitan. Variabel itu harus saling
berhubungan agar bisa mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Hubungan
antar variabel dapat ditentukan sesuai dengan hubungan langsung yang ada di
lapangan.
c)
Mencari
Literatur
Setelah variabel diidentifikasi dan saling
berkaitan, selanjutnya adalah mencari literatur dan referensi yang terbukti
hasilnya relevan agar topik yang akan diangkat semakin kuat. Literatur
atau referensi yang diambil bisa dalam berbagai macam bentuk seperti buku,
jurnal ilmiah, hasil wawancara, laporan pemerintah, sampai hasil
wawancara. Dari situ literatur dibaca dan dipahami apakah sudah
sesuai dengan konsep dari penelitian yang akan dilakukan.
d)
Membahas
Teori
Setelah literatur ditemukan dan dinilai sesuai
dengan penelitian, selanjutnya adalah membuat argumen yang bersifat teoritis.
Maksudnya adalah memaparkan pendapatnya yang logis dan kuat sesuai dengan
data-data literatur yang telah dibaca sebelumnya. Seperti diketahui,
suatu penelitian harus menggunakan teori untuk dapat menguatkan topik dari
penelitian. Selain itu, teori juga digunakan supaya pendapat dari penulis bisa
kuat dan tidak terkesan asal bicara. Sebab salah satu ciri khas dari
penelitian adalah bisa dipertanggungjawabkan dan tidak asal-asalan. Dengan ada
landasan teori yang kuat, maka penelitian pun juga akan semakin
meyakinkan.
e)
Membuat
Kesimpulan
Setelah semua topik dan variabel dibahas dengan
menggunakan literatur yang telah dipilih, selanjutnya peneliti dapat menarik
kesimpulan terkait dengan topik yang akan dibahas. Kesimpulan itu menjelaskan
bahwa topik memiliki landasan yang kuat untuk dibahas lebih lanjut. Kesimpulan
sebisa mungkin ditulis dengan singkat, padat, dan menjelaskan. Usahakan untuk
hindari penjelasan yang berputar-putar atau bertele-tele.
f)
Membuat
Gambaran Kerangka Berpikir
Setelah semuanya sudah tersusun sesuai dengan tujuan penelitian
selanjutnya adalah menggambarkan kerangka berpikir sesuai dengan penjelasan
yang telah dipaparkan sebelumnya. Umumnya, kerangka berpikir berupa diagram
atau bagan. Dari visualisasi mengalir tersebut dapat dilihat bahwa
setiap variabel memiliki hubungan yang saling terkait dan memaparkan teori yang
menguatkan topik yang dipilih.
Macam-macam
Kerangka Berpikir
Kerangka
berpikir secara umum terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Kerangka
Teoritis
Kerangka teoritis adalah jenis kerangka berpikir
yang digunakan untuk menguraikan teori yang digunakan sebagai dasar untuk
menjelaskan peristiwa yang ada di dalam penelitian.
2.
Kerangka
Operasional
Kerangka operasional adalah kerangka berpikir yang
digunakan untuk menjelaskan variabel yang dipilih sesuai dengan topik
penelitian. Kerangka jenis ini digunakan untuk memaparkan hubungan antar
variabel.
3.
Kerangka
Konseptual
Kerangka konseptual adalah jenis kerangka yang menjelaskan
alur pemikiran terkait satu konsep dengan konsep lainnya untuk memberikan
gambaran asumsi terkait dengan variabel yang diteliti. Kerangka konseptual
cocok digunakan untuk asumsi teoritis.
Manfaat
Kerangka Berpikir
Kerangka
berpikir memiliki manfaat di dalam sebuah penelitian. Di antaranya
adalah:
a)
Membantu peneliti untuk
menguji rumusan masalah dalam penelitian sehingga lebih mudah untuk diambil
kesimpulannya.
b)
Menghubungkan setiap
bagian pada penelitian.
c)
Membuat penelitian
konteksnya menjadi lebih luas lagi cakupannya.
d)
Membantu peneliti untuk
menemukan konsep yang digunakan untuk menguraikan masalah penelitian di
lapangan.
e)
Memberikan batasan
terhadap penelitian.
f)
Memberikan gambaran kepada
pembaca terkait metode-metode yang digunakan.
g)
Mempermudah pemeriksaan
karya ilmiah. Karena gambaran dari penelitian sudah dipaparkan di bagian
ini.
Dasar
Pemikiran:
Kerangka
berpikir berfungsi sebagai fondasi yang kuat untuk penelitian atau penulisan,
memastikan bahwa semua argumen dan kesimpulan didasarkan pada teori, fakta, dan
bukti yang relevan.
Penggabungan
Konsep:
Ia
membantu menggabungkan konsep-konsep yang berbeda menjadi sebuah gambaran yang
utuh dan koheren, sehingga penelitian atau penulisan menjadi lebih terarah dan
mudah dipahami.
Landasan
Hipotesis/Kesimpulan:
Kerangka
berpikir membantu merumuskan hipotesis atau kesimpulan yang logis dan didukung
oleh bukti, memperkuat kredibilitas penelitian atau penulisan.
Bentuk
Presentasi:
Kerangka
berpikir bisa berbentuk diagram atau bagan, atau dalam bentuk deskripsi yang
menjelaskan hubungan antara variabel atau konsep.
Contoh:
Misalnya,
dalam penelitian tentang pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan,
kerangka berpikir bisa mencakup:
a.
Teori Stres Kerja: Menggambarkan
teori-teori tentang stres kerja, seperti model tuntutan-sumber daya
(demand-resource model).
b.
Variabel Stres Kerja: Menjelaskan
berbagai faktor stres kerja yang relevan, seperti beban kerja, tekanan waktu,
dan konflik peran.
c.
Variabel Kinerja Karyawan:
Menjelaskan
indikator kinerja karyawan, seperti produktivitas, kualitas pekerjaan, dan
kehadiran.
d.
Hipotesis: Merumuskan
hipotesis tentang hubungan antara stres kerja dan kinerja karyawan, misalnya
"stres kerja memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja karyawan".
e.
Hubungan Antar Variabel: Menjelaskan
bagaimana variabel-variabel tersebut saling berhubungan, misalnya bagaimana peningkatan
stres kerja dapat menurunkan kinerja karyawan.
Dengan
kerangka berpikir yang jelas, peneliti atau penulis dapat dengan lebih mudah
memahami dan menjelaskan permasalahan, merumuskan hipotesis atau kesimpulan,
serta menguji atau menguji teori yang digunakan.
F. Menyusun Kerangka Berfikir dalam Penelitian Kuantitatif
Menyusun
kerangka berpikir dalam penelitian kuantitatif adalah proses membangun
dasar pemikiran yang kuat untuk penelitian dengan menghubungkan teori,
observasi, dan kajian literatur. Kerangka berpikir ini biasanya disajikan
dalam bentuk bagan atau diagram yang menunjukkan alur berpikir peneliti dan
keterkaitan antar variabel yang diteliti.
Langkah-langkah
Menyusun Kerangka Berpikir:
1.
Identifikasi Masalah
Penelitian: Tentukan masalah penelitian yang akan
diangkat.
2.
Pilih Teori yang Relevan: Cari
teori atau literatur yang mendukung penelitian.
3.
Tentukan Variabel
Penelitian: Identifikasi dan definisikan
variabel-variabel yang akan diteliti.
4.
Hubungkan Variabel dengan
Logis: Uraikan hubungan antar variabel, apakah positif,
negatif, atau pengaruhnya.
5.
Susun Model Visualisasi: Disajikan
dalam bentuk diagram atau bagan untuk menunjukkan alur berpikir dan keterkaitan
antar variabel.
Contoh
Kerangka Berpikir:
Misalnya,
penelitian tentang pengaruh stres terhadap prestasi akademik. Kerangka
berpikirnya bisa menunjukkan:
a.
Variabel Bebas: Stres
(misalnya, stres akademik, stres sosial)
b.
Variabel Terikat: Prestasi
akademik (misalnya, nilai, tingkat keberhasilan)
Teori: Teori
stres dan coping (teori yang menjelaskan bagaimana individu merespon stres)
Diagram: Bagan
yang menunjukkan bahwa stres mempengaruhi prestasi akademik, dengan stres
sebagai variabel independen dan prestasi akademik sebagai variabel dependen.
Tujuan
Kerangka Berpikir:
Memastikan
penelitian memiliki dasar yang kuat, Memberikan arah penelitian, Menjelaskan
hubungan antar variabel secara logis, Menunjukkan alur berpikir peneliti,
Memudahkan pembaca memahami penelitian.
Dengan
menyusun kerangka berpikir yang baik, peneliti dapat memastikan bahwa
penelitiannya memiliki dasar yang kuat dan dapat menjawab pertanyaan penelitian
secara efektif.
DAFTAR
PUSTAKA
Andra
Tersianan. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Start Up Arifin, Z. (2017).
Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Jurnal THEOREMS (The Original
Research of Mathematics), 2(1), 28-36.
Arikunto,
S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
2019. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta
Hamdi, A.
S., & E., B. (2014). Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam
pendidikan. Deepublish.
Nugroho,
A. S., & Haritanto, W. (2022). Pendekatan Penelitian Kuantitatif Dengan
Pendekatan Statistika: (Teori, Implementasi & Praktik dengan SPSS)
Nurmalasari.
(2018). Modul Metode Penelitian Disusun Oleh : Nurmalasari,SE,MM Program Studi
Manajemen Informatika. Bsi Pontianak
Prajitno,
S. B. (2013). Metodologi penelitian kuantitatif. Jurnal. Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati.(tersedia di http://komunikasi. uinsgd. ac. id).
Punch, K.
F. (2013). Introduction to social research: Quantitative and qualitative
approaches. sage.
Rasyid,
F. (2015). Metodologi Penelitian Sosial Teori dan Praktik.
Santoso
(2007). Fundamental Metodologi Penelelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Simon, M.
K., & Goes, J. (2013). Ex post facto research. Retrieved September, 25,
2013.
Sinambela,
L dan Sinambela, S. (2021). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Depok. Rajawali
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar