MATERI 3- METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Oleh:
Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak
Proses
Penelitian dan Variabel dalam Penelitian Kuantitatif
A.
Pengertian
dan Proses Penelitian Kuantitatif
Penelitian
kuantitatif adalah sebuah metode pendekatan ilmiah untuk mengumpulkan data dari
sebuah fenomena yang bersifat statistik di mana menggunakan data numerik.
Pengertian
lain menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif adalah metode pengumpulan,
analisis, hingga interpretasi terhadap hasil.
Proses
penelitian kuantitatif dimulai dari langkah-langkah yang harus diperhatikan
untuk dapat menyusun, menganalisis serta menemukan jawaban atas permasalahan
secara efektif dan efesien. Berikut adalah langkah-langkah dalam penelitian
kuantitatif:
1.
Identifikasi masalah
Merumuskan dan mendefinisikan
masalah sesuai dengan acuan teori yang telah diketahui sebelumnya. Masalah
harus sudah didukung oleh fakta empiris berdasarkan kajian dari literatur yang
relevan.
Identifikasi masalah merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam suatu proses penelitian. Ketika seorang
peneliti menangkap fenomena yang berpotensi untuk diteliti maka langkah
selanjutnya adalah mendesak adanya suatu identifikasi masalah dari suatu
fenomena yang tengah diamati tersebut.
Dalam suatu penelitian sosial,
proses identifikasi masalah sendiri dapat dilakukan dengan cara mendeteksi
suatu permasalahan sosial yang tengah diamati. Dari situ, peneliti kemudian
akan mengambil langkah untuk mengetahui lebih lanjut, bisa dengan melakukan
berbagai observasi, membaca literatur, atau bahkan melakukan survei awal.
Identifikasi masalah dalam suatu
penelitian merupakan langkah yang diambil oleh seorang peneliti di awal riset.
Peneliti sendiri akan melakukan identifikasi masalah dengan menjelaskan terlebih
dahulu apa masalah yang ditemukan serta bagaimana masalah tersebut akan diukur
dan dihubungkan dengan suatu prosedur penelitian.
Setelah masalah penelitian telah
diidentifikasi, yaitu didefinisikan dan dibuat agar dapat diukur, artinya
peneliti telah cukup siap untuk menyusun pertanyaan penelitian serta
mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan juga sebagai rangkaian dari
penerapan metode ilmiah.
Metode ilmiah ini sendiri dapat
diaplikasikan jika problem-problem ini telah diidentifikasi. Langkah-langkah metode
ilmiah setelah identifikasi masalah adalah membuat pertanyaan penelitian serta
membuat rumusan masalah.
Secara berurutan, proses
selanjutnya ialah membaca literatur yang relevan, membuat desain penelitian,
melakukan penelitian serta mengumpulkan data dan mengolah data, memformulasikan
hipotesis atau kerangka teori, membuat kesimpulan atau temuan penelitian yang
terakhir diantaranya adalah menulis laporan penelitian.
Secara cermat sendiri prosedur
metode ilmiah akan mengidentifikasi suatu masalah yang umumnya terletak pada
bagian paling awal, atau bahkan sebelum rumusan masalah tersebut diaplikasikan
atau sebelum pertanyaan penelitian disusun.
Artinya, mengidentifikasi masalah
dapat dianggap pula sebagai proses ”meramu bahan mentah” untuk kemudian ”menyajikan
masakan” berupa rumusan-rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Jika suatu
identifikasi masalah diibaratkan proses memasak, maka makanan yang disajikan
adalah rumusan masalah.
Secara singkat prosedur yang
dapat dilakukan oleh peneliti untuk melakukan identifikasi suatu masalah yaitu
Mulanya ialah memahami teori, fakta, serta ide yang diangkat dalam bidang yang
telah diteliti. Peneliti juga diharuskan untuk mengetahui penelitian dalam
bidang-bidang ini.
Hal ini sendiri dapat didapatkan
melalui review literatur, pengetahuan baru yang akan berkaitan dengan minat
peneliti kemudian dapat diperoleh melalui jurnal internasional, buku-buku baru
dan majalah, survei sasaran pada suatu penelitian lebih lanjut yang diberikan
di akhir laporan penelitian, serta tinjauan proyek penelitian, dan situasi
kehidupan.
Juga hubungan yang dibangun dalam
suatu penelitian terkait dan implikasi progresif karena adanya suatu kemajuan
teknologi dan masalah keingintahuan pada seorang peneliti dan minat alami
peneliti.
Ada lima cara membuat
identifikasi masalah yang bisa dilakukan, yaitu:
1.
Melakukan Identifikasi
Masalah Secara Umum
Cara pertama dalam membuat identifikasi masalah
adalah dengan melakukan identifikasi masalah secara umum. Identifikasi masalah
secara umum ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan umum atau
secara luas mengenai permasalahan dari penelitian yang dilakukan.
Pertanyaan yang diajukan secara umum ini nantinya
dapat dipersempit lagi untuk mendapatkan jawaban yang lebih fokus dan tidak
terlalu luas atas masalah yang diteliti. Melakukan identifikasi masalah secara
umum juga dapat membantu untuk menggali masalah dengan lebih dalam.
2.
Memahami Sifat Masalah
Memahami sifat masalah adalah cara kedua dalam
membuat identifikasi masalah. Dengan memahami sifat masalah secara mendalam,
maka peneliti akan dapat melakukan penelitian dan mencari solusi dari
permasalahan dengan lebih tepat.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk
memahami sifat masalah, misalnya seperti membaca berbagai literatur, atau melakukan
berbagai diskusi. Diskusi yang dilakukan salah satunya adalah dengan pihak akar
rumput atau grass root, untuk mengetahui kondisi sebenarnya
dari masalah yang akan diteliti.
3.
Mengumpulkan Literatur
Membaca berbagai literatur menjadi cara yang bisa dilakukan
untuk memahami sifat masalah. Sebelum membaca literatur, langkah yang harus
dilakukan adalah mengumpulkan literatur. Cari dan kumpulkanlah literatur yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Mengumpulkan literatur akan membantu peneliti untuk
mendapatkan ide-ide baru, mengetahui penelitian terkait, mempersempit masalah,
hingga menentukan desain dari penelitian yang dilakukan.
4.
Mengembangkan Ide-Ide
Berbagai ide baru diperlukan dalam membuat
identifikasi masalah. Ide baru ini diperlukan agar penelitian yang dilakukan
menghasilkan penelitian yang baru dan lain dari penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya. Mengembangkan ide-ide penelitian ini bisa dilakukan dengan cara
melakukan diskusi untuk mendapatkan informasi baru. Diskusi bisa dilakukan dengan
orang yang pernah melakukan penelitian yang sama sebelumnya.
Melakukan diskusi ini dapat membuat peneliti
mendapatkan sudut pandang baru akan masalah yang akan diteliti berikutnya.
5.
Menyusun Ulang Masalah
Penelitian
Cara terakhir dalam membuat identifikasi masalah
adalah dengan menyusun ulang masalah penelitian dengan cara membaca kembali
masalah penelitian. Membaca dan menyusun ulang masalah penelitian akan membantu
peneliti untuk lebih memahami masalah yang akan diangkat atau diteliti dalam
penelitian yang dilakukannya.
2.
Hipotesis
a)
Pengertian
Hipotesis
Hipotesis diformulasikan relevan
dengan masalah yang dirumuskan. Bisa dilakukan dengan referensi teoritis atau
mengkaji penelitian sebelumnya.
Hipotesis berasal dari bahasa
Yunani yakni hupo dan thesis. Hupo memiliki makna sementara dan thesis adalah
teori atau pernyataan.
Dapat disimpulkan arti hipotesis
adalah pernyataan sementara. Inilah praduga peneliti terhadap masalah
penelitian. Namun, hipotesis ini bukanlah kebenaran. Karena praduga, hipotesis
bisa benar dan bisa juga salah.
Penggunaan hipotesis contohnya
seperti proses penelitian tentang hubungan antara kebiasaan manusia buang
sampah dan tingginya jumlah sampah di Indonesia. Berdasarkan data sementara
yang kamu dapatkan, hipotesis yang muncul adalah kebiasaan manusia tersebut
berhubungan dengan jumlah sampah. Artinya, kebiasaan buruk manusia berpengaruh
terhadap tingginya jumlah sampah dari waktu ke waktu.
Penulisan hipotesis tidak dapat
disebut kebenaran. Meskipun kamu merancang hipotesis berlandaskan data yang
valid dan kuat. Untuk membuktikan hipotesis ini benar atau tidak, kamu harus
melakukan penelitian tersebut. Hasil penelitian akan menunjukkan apakah sesuai
dengan hipotesis atau justru menghasilkan temuan baru.
Hipotesis pada umumnya diartikan
sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah suatu penelitian. Hipotesis
hanya disusun dalam jenis penelitian inferensial, yakni jenis penelitian dengan
pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu hipotesis
selalu melalui teknik analisis statistik inferensial, sedangkan penelitian
deskriptif tidak memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis.
Hipotesis dapat disusun oleh peneliti berdasarkan
landasan teori yang kuat dan didukung hasil-hasil penelitian yang relevan.
Peneliti harus memahami tentang isi dan bagaimana langkah-langkah dalam
merumuskan suatu hipotesis penelitian.
b)
Rumusan
Hipotesis
Rumusan hipotesis memiliki
persyaratan atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh peneliti. Adapun beberapa
ciri-ciri rumusan hipotesis, menurut Soesilo (2015) sebagai berikut:
1)
Hipotesis dinyatakan dalam
kalimat pernyataan (declarative statement), bukan kalimat tanya.
Pernyataan tersebut sebagai pandangan peneliti berdasar hasil kajian teori yang
digunakan.
2) Peneliti
harus konsisten (tidak berubah-ubah) mengenai isi hipotesisnya. Oleh karena
itu, peneliti perlu melakukan kajian yang mendalam tentang teori yang digunakan
dalam menyusun hipotesisnya.
3) Dalam
penelitian eksperimen hipotesis berisi pernyataan mengenai efektivitas,
perbedaan, atau pengaruh dari suatu variabel ke variabel yang lain. Dalam
hipotesis sedikitnya ada dua variabel yang diteliti.
4) Hipotesis
harus dapat diuji (testable). Selain menjelaskan tentang cara (teknik)
pengukuran masing-masing variabel yang akan diteliti, dalam bagian metodologi
penelitian juga harus menjelaskan teknik analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
c)
Jenis-Jenis
Hipotesis
Dalam penelitian inferensial,
khususnya pada penelitian korelasi dan komparatif, hipotesis digolongkan
menjadi dua, yakni hipotesis tanpa arah yang disebut juga dengan hipotesis dua
arah dan hipotesis searah, seperti yang dijelaskan di bawah ini.
1)
Hipotesis Tanpa Arah (Dua
Arah)
Hipotesis tanpa arah merupakan rumusan (kalimat)
hipotesis yang berisi pernyataan hanya mengenai adanya hubungan atau hanya ada
perbedaan, tanpa menjelaskan arah hubungan di antara variabel yang diteliti,
misalnya berarah positif (+) atau berarah negatif (-). Sebagai misal, hipotesis
tanpa arah “Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Siswa”. Dalam contoh tersebut tidak dijelaskan arah hubungan
(apakah berarah hubungan positif atau negatif) di antara variabel motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa.
Contoh lain, hipotesis yang berbunyi “Ada
perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa berdasar motivasi belajar”.
Dalam hipotesis ini juga tidak disertakan penjelasan motivasi belajar mana yang
memiliki prestasi belajar tinggi.
2)
Hipotesis Searah
Hipotesis searah pada umumnya disusun sebagai pernyataan yang
menunjukkan arah hubungan atau perbedaan dari dua variabel yang diteliti; arah
mencerminkan hubungan positif atau sebaliknya negatif. Sebagai misal hipotesis
penelitian “Semakin tinggi motivasi belajar siswa, diikuti semakin tinggi
prestasi siswa”; menunjukkan arah hubungan yang positif. Contoh lain “Semakin
tinggi konsep diri, diikuti semakin rendah agresivitas siswa”; yang
menggambarkan ada hubungan yang bersifat negatif.
Hipotesis
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
1)
Hipotesis Kerja/Alternatif
Hipotesis kerja kerap juga disebut hipotesis
alternatif (Ha). Namun, ada kalanya hipotesis disimbolkan dengan H1. Jadi,
hipotesis kerja ini berfungsi untuk menyatakan hubungan antara variabel X dan
Y. Hipotesis ini juga bisa menunjukkan adanya perbedaan antar dua kelompok.
Hipotesis ini menjelaskan adanya hubungan antara variabel dengan variabel lain.
Contohnya: Ada hubungan antara tingkat kemiskinan dan ketersediaan lowongan
pekerjaan.
2)
Hipotesis
Nol
Sedangkan hipotesis nol (null hypotheses)
biasanya disimbolkan dengan Ho. Nama lain hipotesis ini adalah hipotesis
statistik. Dinamai demikian karena sering dipakai dalam penelitian kuantitatif
yang membutuhkan perhitungan statistik. Kebalikannya dengan hipotesis hipotesis
Ho menerangkan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel dengan
variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
mahasiswa dengan peluang mencari kerja
Macam-Macam Hipotesis Menurut Bentuknya
Menurut bentuknya, hipotesis
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu hipotesis ralasional/asosiatif, hipotesis
deskriptif, dan hipotesis komparatif.
(1)
Hipotesis
Relasional atau Asosiatif
Hipotesis relasional diartikan
sebagai jawaban sementara atas hubungan antara dua variabel atau lebih. jadi,
hipotesis ini dirumuskan berdasarkan rumusan masalah yang asosiatif atau
menggambarkan suatu hubungan. Dalam pengertian lain, hipotesis asosiatif secara
eksplisit atau terang menunjukkan hubungan antara dua variabel atau
lebih.
Rumusan masalah asosiatif: adakah
hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan barang yang terjual?
Kemudian hipotesis adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
tinggi badan pelayan toko dengan barang yang terjual.
Maka, contoh hipotesis nol (ho)
dan hipotesis alternatif (ha) nya adalah:
Ho : ρ = 0, 0 berarti tidak ada
hubungan.
Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan
nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan,
ρ = nilai korelasi dalam
formulasi yang dihipotesiskan.
(2)
Hipotesis
Deskriptif
Berbeda dengan hipotesis
asosiatif, hipotesis deskriptif menunjukkan hubungan antar variabel secara
implisit. Sehingga hubungan tersebut cenderung tersembunyi, tidak jelas seperti
hipotesis penelitian. Jadi hipotesis deskriptif hanya memberi gambaran tentang
sampel penelitian.
Rumusan masalah: bagaimanakah produktivitas
kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y?
Contoh hipotesis nol dan
hipotesis alternatif:
Hipotesis Nol:
1) Ho: Tidak terdapat perbedaan
produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y; atau terdapat persamaan
produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau
2) Ho: Produktivitas karyawan PT
X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y (“lebih besar atau sama dengan)” =
paling sedikit).
3) Ho: Produktivitas karyawan PT
X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y (“lebih kecil atau sama dengan” =
paling besar).
Hipotesis Alternatif:
Ha: Produktivitas kerja karyawan
PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari karyawan PT Y.
Ha: Produktivitas karyawan PT X
lebih kecil dari pada (<) PT Y. 3) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih
besar daripada (≥) PT Y.
Hipotesis statistiknya:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
(3)
Hipotesis
Komparatif
Macam hipotesis yang terakhir, hipotesis
komparatif. Menurut Sugiyono, hipotesis komparatif adalah pernyataan yang
menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda. Sedangkan menurut Ridwan hipotesis komparatif dirumuskan untuk
memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat membedakan. Secara ringkas,
hipotesis komparatif adalah dugaan tentatif dari rumusan masalah yang
komparatif. Artinya variabelnya sama, hanya saja populasi, sampel, atau keadaan
yang berbeda.
Rumusan masalah deskriptif: Berapa daya tahan
lampu pijar merk X?
Contoh hipotesis pada sebuah penelitian berupa:
Hipotesis Deskriptif
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho),
karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara
signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi. Hipotesis
alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X tidak sama 600 jam. “Tidak
sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.
3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan
data sampel)
Ho : µ = 600
Ha : µ ≠ 600
µ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan
atau ditaksir melalui sampel
d)
Cara
Menyusun Hipotesis
Perlu dipahami bahwa rumusan
hipotesis penelitian tidak “jatuh dari langit” atau muncul secara tiba-tiba
tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian tidak
dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja, meskipun
dugaan peneliti dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil
penelitiannya kelak. Jadi, hipotesis dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan
atau asumsi peneliti, tetapi berasal dari penguraian landasan teori yang
disusun sebelumnya.
Teori tersebut mengkaitkan
keberadaan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu,
telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan
permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan
penelitian.
Seperti yang dinyatakan oleh
Azwar (1999), bahwa dalam merumuskan suatu hipotesis, terdapat dua cara. Cara
pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang (mereview) teori atau
konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian beserta
hubungan dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai
proses berpikir deduktif. Cara kedua adalah dengan membaca dan mereviu hasil
atau temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
penelitian.
Hal ini yang disebut sebagai
proses berpikir induktif. Setelah menelaah teori-teori maupun temuan-temuan
hasil penelitian, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya. Hasil
kajian teori maupun temuan hasil penelitian tersebut merupakan bekal (landasan)
penting bagi peneliti dalam menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu, pada
umumnya hipotesis diletakkan setelah peneliti menelaah teori, konsep maupun
temuan hasil penelitian, yakni pada bagian akhir bab II dari suatu laporan
penelitian.
Hipotesis harus diuji
kebenarannya melalui uji statistik dengan menggunakan teknik analisis yang
tepat. Hipotesis yang telah disusun perlu dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan teknik analisis statistik lanjut. Pemilihan teknik analisis
statistik tersebut tergantung dari beberapa hal, yakni jenis penelitian, tujuan
penelitian dan jenis skala data pada masing-masing variabel.
Dalam perumusan hipotesis secara
statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Terdapat dua macam hipotesis yakni
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang ditulis selalu
berpasangan. Jika salah satu ditolak, yang lain pasti diterima, sehingga dapat
dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau H0 ditolak pasti Ha diterima. Dengan
dipasangkan itu, dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana
yang ditolak.
Di bawah ini merupakan contoh
pernyataan yang dapat dirumuskan sebagai hipotesis statistiknya:
1.
Dalam suatu penelitian
eksperimen yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap
kemampuan pro-sosial siswa”, rumusan hipotesis statistiknya disusun sebagai
berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh model
pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa
Ha : Ada
pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa
2.
Dalam peneltian eksperimen
yang berjudul “Efektivitas Layanan BK terhadap peningkatan Percaya Diri Siswa”,
rumusan hipotesis statistiknya disusun sebagai berikut:
Ho : Layanan BK tidak efektif
dalam peningkatan Percaya Diri Siswa
Ha : Layanan BK efektif dalam
peningkatan Percaya Diri Siswa
e)
Pembuktian
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian inferensial yang
harus menguji suatu hipotesis, termasuk penelitian eksperimen, pembuktian suatu
hipotesis selalu terkait dengan istilah signifikansi. Pemahaman mengenai taraf
signifikansi sangat penting dalam penggunaan metode statistika guna menguji
hipotesis. Hal ini disebabkan bahwa kesimpulan penelitian inferensial selalu
disandarkan pada keputusan statistik, yang tidak dapat ditopang oleh taraf kepercayaan
mutlak seratus persen.
Dalam penelitian inferensial,
peneliti selalu menggunakan probabilitas (peluang) yakni adanya peluang
kesalahan dalam menolak atau menerima hipotesis. Dalam analisis yang
menggunakan statistik, taraf signifikansi (sig) sering kali diberi simbol p
atau simbol alpha (α) dinyatakan dalam proporsi atau persentase, yang berarti
besarnya peluang
kesalahan.
Menurut kesepakatan para ahli
statistik, peluang kesalahan tertinggi yang masih dapat diterima adalah sebesar
0,05 atau 5%; berarti peluang kesalahan sebesar 5 % artinya kesalahan sebanyak
5 dari 100 kejadian. Sebaliknya, hal tersebut juga berarti bahwa taraf
kepercayaannya sebesar 100-5 = 95% atau 0,95. Dalam penelitian sosial,
khususnya dalam bidang pendidikan taraf signifikansi pada umumnya diukur dari p
sebesar 1%, atau 5%.
Saat melakukan analisa
penelitiannya, peneliti terutama perlu membaca (menginterpretasi) hasil Sig
(p), dan diikuti dengan membaca nilai (score) r (koefisien korelasi). Sedangkan
pada penelitian uji beda, setelah peneliti membaca hasil sig, diikuti dengan
skore t (hasil uji-t), atau F (hasil Anova), dan skore r square (r2).
Perlu ditekankan kembali bahwa
signifikansi hasil penelitian (peluang kesalahan) dirujuk dari taraf
signifikansi (p atau sig) yang diketemukannya. Dalam analisis penelitian,
sebaran hasil peluang kesalahan (sig) dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
1.
p < 0,01, maka korelasi
atau perbedaannya dinyatakan sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis
diterima!
2.
p < 0,050 (antara 0,011
– 0,050), maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan signifikan. Dengan
demikian hipotesis diterima!
3.
P > 0,05, maka korelasi
atau perbedaannya dinyatakan nirsignifikan (tidak signifikan). Dengan demikian
hipotesis ditolak!
Sebagai contoh, penelitian
eksperimen tentang Pengaruh Model Pembelajaran Penugasan terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa, yang menghasilkan sig=0,089, dan besarnya r square 0,061.
Hal ini berarti bahwa dalam penelitian tersebut tidak ada pengaruhi yang
signifikan model pembelajaran penugasan terhadap motivasi belajar mahasiswa.
Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ” Model Pembelajaran Penugasan
berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa” ditolak. Sumbangan efektif
dari model pembelajaran penugasan terhadap keberadaan motivasi belajar mahasiswa
nampak rendah, yakni hanya sebesar 6,1%.
Ada perbedaan dalam pembuktian
(pengujian) hipotesis pada penelitian inferensial (termasuk penelitian
eksprimen) dengan penelitian tindakan. Pembuktian hipotesis pada penelitian
inferensial selalu menggunakan uji statistik, seperti yang dijelaskan di atas.
Diterima atau ditolaknya suatu hipotesis dikaji dari hasil skor
signifikansinya. Jika skor signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,050 maka
hipotesis peneltian teresebut tidak signifikan alias ditolak. Sedangkan pada
penelitian tindakan, pengujian hipotesis dikaji dari hasil setiap tindakan yang
dibandingkan dengan rumusan indikator ketercapaian penelitian tersebut.
f)
Cara Merumuskan hipotesis
Hipotesis penelitian menjadi hal paling penting
yang mempengaruhi seluruh proses selama penelitian nantinya.
Cara merumuskan hipotesis penelitian:
3)
Observasi Topik Masalah
Langkah pertama dan harus dilakukan adalah
melakukan observasi topik permasalahan yang akan diangkat menjadi topik
penelitian utama Kita. Ada beberapa cara dalam melakukan observasi, bisa dengan
studi literatur, studi lapangan dan wawancara.
Kedua bisa dengan kunjungan lapangan. Kunjungan
lapangan ini bisa dengan membawa alat ukur yang jelas untuk mengukur masalah
yang ada di tempat rencana penelitian. Ya, seperti penelitian pendahuluan lah
ya. Misalnya, seperti pengecekan BOD dan COD pada sungai X. Dengan data yang
akurat dan terbaru, kita bisa memulai memikirkan hipotesis apa yang cocok dan
pas.
Terakhir, melakukan wawancara. Kadang,
permasalahan tidak harus selalu saintis dan ada terlihat tetapi juga harus
digali dari sisi sosial. Dengan wawancara, pengalian informasi masalah dan
observasi bisa semakin lebih dalam lagi serta mengetahui sejarah yang ada.
4)
Membuat Daftar
Permasalahan
Setelah melakukan observasi yang cukup banyak,
lengkap dan komprhensif, selanjutnya adalah menyusun semua masalah yang muncul
selama observasi. Tulisalah permasalahan yang muncul dalam sebuah kertas atau
aplikasi seperti microsoft word supaya lebih mudah dibaca dan dicetak.
3)
Memulai Menulis Hipotesis
Kenali dahulu menganai apa itu H0 dan H1 dalam membuat
hipotesis yang baik dan benar. Sebelumnya, sudah dijelaskan lengkap dalam dua
artikel penting berikut ini.
4)
Memastikan Hipotesis Bisa di Uji
Langkah
terakhir dalam tahapan cara merumuskan hipotesis, yaitu memastikan bahwa
hipotesis yang kita pilih bisa diuji. Jika hipotesis tidak bisa diuji artinya
hipotesis tersebut tidak bisa digunakan lagi dan kurang tepat untuk diteliti
lebih lanjut. Baik tidaknya sebuah hipotesis untuk dilanjutkan menjadi sebuah
penelitian bisa dengan menjawab 3 pertanyaan penting ini.
(a) Apakah
hipotesis yang dibuat sudah berfokus pada topik memang bisa diuji secara
ilmiah?
(b) Apakah
hipotesis yang dibuat sudah memuat variabel independen (bebas) dan dependen
(terikat)?
(c) Apakah
hipotesis yang dibuat sudah memuat prediksi akan hasil penelitian atau belum?
3.
Penyusunan rancangan
penelitian
Rancangan Penelitian adalah suatu
proses dalam melakukan penelitian sosial yang bertujuan untuk mencari jawaban
atau solusi terhadap suatu masalah sosial dalam penelitian.
Singkatnya, rancangan penelitian
dapat diartikan sebagai tata cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya dalam suatu penelitian. Sementara itu, secara spesifik
tergantung pada bidang penelitian yang digunakan.
Sifatnya spesifik, rinci, jelas,
dan sudah ditentukan sejak awal penelitian. Langkah-langkah yang sudah
ditetapkan akan menjadi pedoman penelitian yang dipegang teguh.
Rancangan kuantitatif merupakan
rancangan untuk membuat suatu penelitian dengan mengumpulkan data berupa
kata-kata, gambar, atau video yang tidak dapat diukur dengan angka. Data-data
tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik-teknik analisis kualitatif.
Jenis rancangan kualitatif
biasanya menggunakan sampel yang kecil dan tidak representatif dari populasi.
Untuk menentukan subjek
penelitian dalam rancangan penelitian sosiologi, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan:
1.
Tentukan Topik Penelitian
Topik ini harus merupakan masalah
sosial yang teridentifikasi dan relevan dengan konteks sosial yang akan
diteliti. Kamu bisa menentukan topik penelitian dengan melihat isu atau
keresahan di sekitarmu, selanjutnya lakukan observasi masalah tersebut untuk
menjawab masalah dalam topik penelitian.
Kamu bisa mengeksplorasi
masalah atau pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian tersebut.
Misalnya, dengan membaca literatur yang tersedia di bidang tersebut, bertanya
kepada ahli di bidangnya, dan sebagainya.
Contohnya, kamu ingin membahas
permasalahan meningkatnya penderita depresi di kotamu. Nah, kamu bisa mengambil
topik penelitian, "Pengaruh intervensi psikologis terhadap kualitas hidup
penderita depresi di Kota X"
Topik tersebut mencoba menjawab
pertanyaan tentang bagaimana intervensi psikologis dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup orang yang menderita depresi. Untuk penelitian nanti, kamu bisa
mengombinasikan teori dan praktik dari psikologi.
2.
Tentukan Populasi yang
Akan Diteliti
Populasi ini harus merupakan
kelompok orang yang memiliki karakteristik yang sama atau setidaknya memiliki
karakteristik berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Cara menentukan
populasi dalam sebuah penelitian adalah dengan menentukan sasaran penelitian.
3.
Tentukan Sampel yang Akan
Diteliti
Untuk menentukan sampel yang akan
diteliti dalam sebuah penelitian, pertama-tama kamu perlu menentukan tujuan
penelitian dan apa yang ingin diketahui dari penelitian tersebut.
Kemudian, kamu juga perlu
mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran sampel yang diperlukan untuk
mencapai tujuan penelitian, sumber sampel yang tersedia, dan metode pengambilan
sampel yang akan digunakan.
Sampel yang akan diteliti harus
representatif dari populasi yang akan diteliti, sehingga hasil penelitian dapat
diterapkan pada populasi yang lebih luas.
4.
Tentukan Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan harus sesuai dengan topik dan tujuan penelitian. Sesuaikan juga
dengan kemampuan dan keterbatasan.
5.
Tentukan Teknik Analisis
Data
Teknik analisis data yang dipilih
harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang telah dipilih sebelumnya,
serta sesuai dengan tujuan penelitian.
6.
Tentukan Prosedur
Pengumpulan dan Analisis Data
Dalam hal ini harus memastikan
untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dengan hati-hati agar hasil
penelitian kamu dapat dipercaya. Setelah menentukan poin-poin yang disebutkan
di atas, maka akan dengan mudah menentukan apa yang akan menjadi subjek
penelitian.
B.
Tahap-tahap
Proses Penelitian Kuantitatif
Proses
penelitian kuantitatif dimulai dari teori, hipotesis, desain penelitian,
memilih subjek, mengumpulkan data, memproses data, menganalisa data, dan
menuliskan kesimpulan.
Langkah 1: Memilih
Masalah Awal dari suatu penelitian adalah masalah. Istilah masalah
mengimplikasikan adanya suatu teka-teki yang harus dipecahkan (Robert R. Mayer
dan Ernest Greenwood, 1984). Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan,
suatu perasaan tidak menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. Jika
ada keraguan, kesangsian, kebingungan, atau kemenduaan tentang suatu fenomena,
itu dianggap sebagai masalah penelitian. Setiap situasi yang di dalamnya
terdapat ketidaksesuaian (discrepancy) antara aktual dan ideal diharapaan atau
antara apa yang ada (what is) dan seharusnya ada (should be) dapat disebut
sebagai masalah (Uma Sekaran, 1992). Menurut Nachmias dan Nachmias, "A
problem is an intellectual stimulus caliing for an answer in the form of
scientific inquiry." (David Nachmias & Chava Nachmias, 1987). Masalah
penelitian tidak akan datang dengan sendirinya. Ia merupakan sebuah proses akumulasi
dari hasil perenungan terhadap hasil bacaan, pengamatan, pengalaman empiris,
diskusi, seminar, dan sebagainya, yang diendapkan, didialogkan, dimatangkan,
didialektikkan, dan sebagainya, sehingga menghasilkan sebuah permasalahan.
Dengan kata lain, permasalahan adalah sebuah problematika yang serius, dan
bukan sekedar kalimat bertanya.
Permasalahan
tersebut dinilai sebagai sesuatu yang tidak dapat dibiarkan, melainkan harus
dipecahkan, karena dapat menimbulkan dampak buruk atau keadaan yang merugikan
dan menyesatkan, baik terhadap konsep atau teori-teori ilmiah, maupun terhadap
kebijakan, perilaku, dan opini publik.
Berkenaan
dengan hal tersebut di atas, terdapat sejumlah contoh yang dapat dikategorikan
sebagai masalah, sebagai berikut:
1.
Masalah yang berkenaan
dengan terjadinya penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan. Contoh masalah
untuk kasus ini antara lain berkenaan dengan adanya perubahan dari sebuah
keadaan kepada keadaan baru. Pada lima puluh tahun yang lalu, misalnya
diketahui bahwa jumlah masyarakat yang menyekolahkan anaknya ke pesantren cukup
banyak, namun sekarang terjadi penurunan. Permasalahan penelitiannya adalah
mencari berbagai faktor secara mendalam yang menyebabkan terjadinya perubahan
tersebut.
2.
Masalah yang berkaitan
dengan rencana yang ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan yang
direncanakan. Adanya perbedaan antara yang direncanakan dengan hasilnya yang
dicapainya tentu ada masalah sebagai penyebabnya.
3.
Masalah yang berkaitan
dengan adanya perubahan dari keadaan yang baik kepada yang tidak baik, tentu
disebabkan adanya berbagai masalah yang muncul. Permasalahan yang muncul inilah
yang selanjutnya menjadi permasalahan dalam penelitian.
Langkah
2:
Melakukan Riset Pendahuluan (Preliminary Research) Riset pendahuluan adalah
riset yang dilakukan sebelum riset yang sesungguhnya dilakukan. Riset
pendahuluan ini perlu dilakukan dalam rangka menemukan masalah penelitian
secara tepat, benar, dan komprehensif. Hal ini perlu dilakukan, karena sebuah
masalah penelitian bukan didasarkan pada tebak-tebakan atau
perkiraan-perkiraan, melainkan fakta-fakta dan data-data.
Ketika
peneliti ingin meneliti adanya perubahan yang terjadi pada sebuah lembaga
pendidikan misalnya, maka si peneliti terlebih dahulu harus melakukan
pendekatan terhadap pimpinan dan berbagai pihak yang terdapat di lembaga
pendidikan tersebut, fakta-fakta sumber data yang mungkin didapat, lokasi
lembaga dengan tempat tinggal si peneliti, beberapa literature yang mungkin
dapat digunakan. Semua kegiatan ini harus dilakukan dalam riset pendahuluan.
Dengan riset pendahuluan ini selain akan dapat dipetakan masalah yang akan
diteliti, juga akan dapat dikemukakan adanya dukungan dari pimpinan lembaga,
serta berbagai kemudahan dan kesulitan yang mungkin dijumpai dalam penelitian.
Dengan demikian, seorang peneliti dapat menentukan masalah atau objek
penelitian seenaknya atau berdasarkan perkiraan semata-mata, karena tidak
tertutup kemungkinan munculnya hambatan dan kendala dari lembaga yang akan
diteliti tersebut.
Riset
pendahuluan dapat dilakukan tinjauan pustaka atau kajian terhadap hasil
penelitian sejenis yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya, yaitu kajian
terhadap skripsi, tesis, disertasi, dan publikasi lainnya. Kajian tersebut
sesungguhnya bukan hanya berkaitan dengan masalah atau ruang lingkup yang
dikaji dalam hasil penelitian tersebut, melainkan dapat pula dilakukan terhadap
metodologi dan pendekatan yang dilakukan. Tinjauan pustaka ini berguna, selain
untuk menghindari terjadinya duplikasi atau pengulangan terhadap masalah yang
akan diteliti, juga dalam rangka memperkaya wawasan, memetakan masalah, dan
menyusun kerangka dan alur berpikir, bahkan merumuskan teori atau hipotesa yang
akan digunakan dalam penelitian. Dengan kata lain, dengan tinjauan pustaka ini
akan terlihat celah yang masih terbuka untuk penelitian selanjutnya atau untuk
pendalaman dan pengembangan konsep.
Seperti
teori pengumpulan data pada umumnya, maka sumber pengumpulan informasi untuk
mengadakan riset pendahuluan ini dapat dilakukan pada tiga objek. Yang dimaksud
dengan objek di sini adalah apa yang harus dihubungi, dilihat, diteliti, atau
dikunjungi yang kira-kira akan memberikan informasi tentang data yang akan
dikumpulkan. Ketiga objek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas
(paper), manusia (person), dan tempat (place). Oleh karena dinyatakan dalam
kata bahasa Inggris, untuk lebih mudahnya mengingat, disingkat dengan 3P.
1.
Paper; dokumen, buku-buku,
majalah atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau
penemuan sebelumnya (findings). Studi ini juga disebut kepustakaan atau
literature studi.
2.
Person; bertemu, bertanya,
dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.
3.
Place; tempat, lokasi,
atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian. Seseorang yang berhasrat
besar untuk mengadakan penelitian ke daerah pedalaman, mungkin mengurungkan
niatnya setelah mengadakan penelitian pendahuluan, karena ternyata daerah yang
akan dikunjungi terlalu sulit untuk dicapai sehingga tidak akan seimbang antara
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan dicapai (Suharsimi Arikunto,
2010).
Langkah
3:
Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah Mengidentifikasi masalah bukan hanya
sekedar menemukan sejumlah masalah yang terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan, melainkan melakukan pendalaman dan pemahaman yang saksama terhadap
sejumlah aspek yang dianggap sebagai masalah, serta keterkaitannya antara satu
aspek dengan aspek lainnya. Identifikasi masalah dapat pula disebut sebagai
analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusunnya ke dalam pohon masalah.
Dengan analisis masalah ini, maka permasalahan dapat diketahui tingkat
signifikasi, urgensi, urutan, dan hubungannya.
Untuk
dapat melakukan analisis masalah, maka pertama-tama peneliti harus mampu
mendudukkan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematik. Dengan usaha
ini, akan terlihat hubungan antara satu masalah dengan masalah yang lain, baik
masalah yang memengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya
seorang peneliti harus menetapkan dan memilih masalah dari sejumlah masalah
yang ada untuk ditetapkan sebagai masalah yang akan diteliti. Penetapan dan
pemilihan masalah ini harus disertai alasan, misalanya karena masalah tersebut
belum diteliti, lebih menarik perhatian, serta alasan teknis lainnya, termasuk
ketersediaan waktu, sarana prasarana, dan kemampuan akademik peneliti. Permasalahan
yang telah dibatasi tersebut, selanjutnya, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
yang bersifat operasional, atau berupa rumusan teknis operasional.
Dengan
kata lain, rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu
peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. Pertanyaan penelitian adalah
krusial. Tidak adanya pertanyaan penelitian atau pertanyaan penelitian yang
dirumuskan secara buruk akan berdampak pada buruknya penelitian. Konsiderasi
yang perlu diperhatikan ketika mengembangkan pertanyaan penelitian untuk
skripsi, tesis, disertasi, atau proyek adalah: Jelas (be clear), Dapat diteliti
(be researchable), Berhubungan dengan penetapan teori dan penelitian (connect
with established theory and research), Berhubungan dengan yang lain (be linked
to each otheri), Memiliki potensi untuk pembuatan satu kontribusi untuk
pengetahuan (have potential for making a contribution to knowledge) dan
Spesifik, mempunyai presisi dan tidak mendua; rumusan masalah harus mencakup
analisis unsur-unsur yang paling sederhana, ruang lingkup dan
batasan-batasannya, dan spesifikasi terperinci dari arti semua kata yang
berarti dalam penelitian (Alan Bryman, 2004)..
Dilihat
dari segi level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga
bentuk rumusan masalah, yaitu masalah yang bersifat deskriptif, komparatif, dan
asosiatif.
1.
Rumusan masalah deskriptif
atau disebut juga eksploratif adalah suatu rumusan masalah yang memandu
peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.
2.
Rumusan masalah komparatif
atau disebut juga eksplanatif, yaitu rumusan masalah yang memandu peneliti
untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan
yang lain. Misalnya: Adakah perbedaan dinamika murid di kelas yang diajar
dengan metode ceramah dan demonstrasi?
3.
Rumusan masalah asosiatif
adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan
antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif
ini dapat dibagi lagi menjadi hubungan yang bersifat simetris, kausal, dan
resiprokal atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang
munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau
interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat.
Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana
segala sesuatu itu ada, karena ada sebabnya. Selanjutnya hubungan resiprokal
adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara satu fenomena dengan fenomena
lainnya. Hubungan interaktif adalah hubungan timbal balik antara dua variabel
atau lebih.
Langkah 4:
Merumuskan Hipotesis Hipotesis berasal dari kata 'hypo' yang berate 'di bawah'
dan 'thesa' yang berarti 'kebenaran.' Istilah hipotesis telah didefiniskan
dalam beberapa definisi, antara lain adalah:
1)
Hipotesis adalah
pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih
(Fred N. Kerlinger, 1995).
2)
A hypothesis is a
proposition that is stated in testable form and predicts a particular
relationship two (or more) variables (Kenneth D. Bailey, 1987).
3)
Hypotheses are tentative
answers to research problems (Nachmias, 1987). Jadi, hipotesis adalah sebuah
kesimpulan atau jawaban sementara yang berrsifat teoritis yang dihasilkan
melalui kajian secara mendalam dan saksama terhadap berbagai teori (referensi)
yang relevan. Hipotesis inilah yang selanjutnya perlu dibuktikan melalui
penelitian.
Dengan
demikian, untuk merumuskan sebuah hipotesis, peneliti dapat membaca referensi
teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir. Selain itu penemuan
penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk
memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis).
Dengan demikian, jika jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan
pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada
pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
Hipotesis
merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh
karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas. Adapun persyaratan untuk hipotesis adalah sebagai
berikut: Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas; Hipotesis
harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel;
Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau
hasil penelitian yang relevan (Suharsimi, 2010).
Ada
beberapa variasi tipe hipotesis yang digunakan dalam penelitian, diantaranya
adalah:
1)
Hipotesis deskriptif
(descriptive hypotheses) untuk menggambarkan variabel independen atau dependen,
2)
Hipotesis korelasional
(corelational hypotheses) tentang dua atau lebih variabel independen dan dependen
yang meliputi hipotesis asosiatif (associative hypotheses),
3)
Hipotesis kausal (causal
hypotheses), dan hipotesis perbedaan (different hypotheses) atau hipotesis
perbandingan (comparative hypotheses) antara dua atau lebih kelompok dalam
istilah variabel independen (Robert B. Burns, 2000).
4)
Hipotesis alternative
(alternative hypotheses) dan hipotesis nol (null hypotheses). Hipotesis terarah
(directional) dan tidak terarah (nondirectional).
Langkah
5:
Menentukan Metode dan Menyusun Instrumen Sesuai dengan sifat dan karakter
penelitian kuantitatif, maka metode yang dapat digunakan dalam penelitian
kuantitatif ini dapat berupa metode survey, ex post facto, eksperimen,
evaluasi, action research, dan policy research. Setelah metode penelitian yang
sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument
ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk tes,
angket/koesioner, pedoman wawancara, dan panduan observasi. Dalam hal
instrument merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode
pengumpul data. Terdapat kaintan antara metode dan instrument pengumpul data.
Pemilihan satu jenis metode pengumpul data kadang-kadang dapat memerlukan lebih
dari satu jenis instrument. Sebaliknya, satu jenis instrument dapat digunakan untuk
berbagai macam metode (Suharsimi Arikunto, 1995).
Pasangan
Metode dan Instrumen Pengumpul Data (Suharsimi Arikunto, 1995):
1.
Metode Angket
(questionnaire) menggunakan instrument: Angket (questionnaire) Daftar cocok
(check list) Skala (scale), inventori (inventory);
2.
Metode Wawancara
(interview) menggunkan instrument: Pedoman wawancara (interview guide) Daftar
cocok (check list)
3.
Metode Pengamatan
(observation) menggunakan instrument: Lembar pengamatan (observation sheet),
panduan pengamatan (onservasi schedule), Daftar cocok (check list);
4.
Metode Ujian atau tes
(test) menggunakan instrument: Soal ujian, soal test (test) Inventori
(inventory) Daftar cocok (check list) Tabel (table)
Sebelum
instrument tersebut digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument
penelitian tersebut harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Validitas dan reliabilitas adalah merupakan sebuah proses pengujian keabsahan
data dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Sedangkan
pada penelitian kuantitatif, sebuah temuan atau kesimpulan dinyatakan valid
apabila suatu temuan diproses melalui langkah-langkah oenelt yang benar, yaitu
mulai dari perumusan hipotesis, penentuan populasi dan sampling, penggunaan
instrument pengumpulan data, serta teknik analisis statistic yang benar. Selain
itu, validitas dan reliabilitas ini juga dapat dilakukan melalui dengan cara
apabila data yang sama dilakukan analisis oleh peneliti yang lain juga sama
hasilnya.
Langkah
6:
Menentukan Sumber Data Sebelum memilih dan menentukan sumber data dalam proses
penelitian, terlebih harus mengetahui sumber data kaintannya dengan seluruh
atau sebagian sumber data. Apabila penelitian melibatkan seluruh data yang
diteliti disebut penelitian populasi, sedangkan jika hanya sebagian data yang
mewakili populasi disebut penelitian sampel.
Dengan
kata lain, populasi adalah jumlah keseluruhan dari sumber informasi yang
dibutuhkan, sedangkan sampling adalah sebagian dari populasi tersebut yang
diperkirakan dapat mewakili jumlah populasi yang ada. Sampling ini diambil
dengan pertimbangan, karena jumlah populasi amat besar, dan tersebar luas, yang
tidak mungkin dapat terjangkau seluruhnya, karena adanya berbagai keterbatasan.
Agar sampling yang ditentukan tersebut benar-benar dapat mewakili
(representative), maka terdapat berbagai cara untuk menentukannya, seperti
random sampling, stratifice sampling, purposive sampling, dan sebagainya.
Berbagai sampling ini dapat digunakan tergantung pada sifat dan karakter dari
populasi yang ada (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989; J. Vredenbregt,
1978).
Langkah
7:
Mengumpulkan Data Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan
penelitian. Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam
penelitian karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh melalui
suatu proses yang disebut pengumpulan data. Pengumpulan data dapat didefinsikan
sebagai satu proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan
menggunakan metode tertentu. Adapun pengumpulan data melalui beberapa metode
pengumpul data penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan data melalui
kuesioner atau angket Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner
sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data.
Prosedur penyusunan kuesioner:
a.
Merumuskan tujuan yang akan
dicapai dengan kuesioner.
b.
Mengidentifikasi variabel
yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c.
Menjabarkan setiap
variabel menjadi subvariabel yang lebih spesifik dan tunggal.
d.
Menentukan jenis data yang
akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.
2.
Pengumpulan data melalui
interviu Penggunaan metode interviu memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengumpulkan data. Dibandingkan dengan mengedarkan angket kepada responden, interviu
sangat rumit. Dalam melakukan interviu, peneliti harus memerhatikan sikap pada
waktu dating, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran
serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban
responden yang diterima oleh peneliti. Secara garis besar ada dua macam pedoman
wawancara, yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan; dan pedoman wawancara
terstruktur, yakni pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga
menyerupai check list.
3.
Pengumpulan data melalui
observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan terjadi. Peranan yang paling penting dalam menggunakan metode
observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati suatu kejadian,
gerak, atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia
banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan0kecenderungan yang ada padanya.
Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang.
Dengan kata lain, pengamatan harus objektif.
4.
Pengumpulan data melalui
dokumentasi Tidak kalah penting dengan metode-metode lain, adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, dan agenda. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak
tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih
tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup
tetapi benda mati Trianto, 2010).
Langkah 8:
Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian atau untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
dinyatakan sebelumnya. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan
penyajian data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca
dan diinterpretasi (Nan Lin, 1976).
Analisis
data mempunyai dua tujuan, yakni meringkas dan menggambarkan data (to summarize
and describe the data) dan membuat inferensi dari data untuk populaasi dari
mana sampel ditarik (to make inferences from the data to the population from
which the sample was drawn) (Kerlinger, 1995).
Secara
garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu:
1.
Persiapan, meliputi:
mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan
mengecek macam isian data.
2.
Tabulasi, meliputi:
memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberikan
kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, memodifikasi jenis data dengan
teknik analisis yang akan digunakan, dan memberikan kode (coding) dalam
hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan computer.
3.
Penerapan data sesuai
dengan pendekatan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian, metode analisis
dapat dibedakan atas metode diskriptif dan metode korelasional. Jika penelitian
bertujuan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena berdasarkan data
yang terkumpul, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Jika
penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mencari hubungan antara dua
fenomena, baik asosiasi mapun kausal, analisis data yang digunakan adalah
analisis korelasional (Ulber Silalahi, 2009).
Langkah
9:
Menarik Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu
proses penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan
proses penelitian kuantitatif di atas, maka tampak bahwa proses penelitian
kuantitatif bersifat linear, yaitu bahwa langkah-langkahnya jelas, mulai dari
rumusan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan
membuat kesimpulan dan saran.
Apabila
kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari problematik yang dikemukakan, maka
isi maupun banyaknya kesimpulan yang dibuat juga harus sama dengan isi dan
banyaknya problematik. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan contoh berikut ini.
1.
Problematik
a.
Apakah orang tua murid di
daerah pedesaan memberikan motivasi belajar yang sama dengan orang tua murid di
kota?
b.
Apakah ayah mempunyai
peranan yang sama dengan ibu dalam memberikan motivasi belajar, baik di daerah
pedesaan maupun di kota?
2.
Hipotesis
a.
Orang tua murid di daerah
pedesaan memberikan motivasi belajar yang sama dengan orang tua murid di kota.
b.
Ayah dan ibu mempunyai
peranan yang sama besar dalam memberikan motivasi belajar, baik di daerah
pedesaan maupun di kota.
3.
Kesimpulan Penelitian
(salah satu kemungkinan)
a.
Orang tua murid di daerah
pedesaan tidak dapat memberikan motivasi belajar sebesar yang diberikan orang tua
murid di kota.
b.
Ada perbedaan yang
signifikan antara ayah dan ibu didalam memberikan motivasi belajar, baik bagi
orang tua murid di daerah pedesaan maupun di kota (Suharsimi Arikunto, 2010).
Langkah
10:
Membuat Laporan Penelitian Laporan penelitian merupakan dokumen tertulis yang
mengomunikasikan metode serta temuan penelitian kepada orang lain. Di dalam
menulis laporan penelitian, kita seperti sedang bercerita. Agar apa yang kita
ceritakan dapat dipahami oleh pembaca, maka harus diperhatikan
persyaratan-persyaratan tertentu, sesuai dengan aturan-aturan penulisan karya
ilmiah.
1.
Pertama, penulis laporan
harus tahu betul kepada siapa laporan itu ditujukan.
2.
Kedua, penulis laporan
harus menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti kegiatan prose
penelitian. Namun dalam hal ini, pelapor mengajar orang lain untuk mencoba
mengikuti apa yang telah ia lakukan. Oleh karena itu, langkah demi langkah
harus dikemukakan secara jelas termasuk alasan-alasan mengapa hal itu
dilakukan.
3.
Ketiga, pelapor menyadari
bahwa latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan
tidaklah sama. Penting dikemukakan dengan jelas letak dan kedudukan hasil
penelitiannya dalam konteks pengetahuan secara umum.
4.
Keempat, laporan
penelitian merupakan elemen pokok dalam proses kemajuan ilmu pengetahuan. Tidak
semua yang dikerjakan selama penelitian berlangsung dapat dilaporkan. Oleh
karena itu, dalam menulis laporan penelitian, yang dipentingkan adalah jelas
dan meyakinkan (Suharsimi Arikunto, 2010).
Dalam
menentukan variabel, Anda tidak bisa melakukannya sembarangan. Ada beberapa
langkah yang perlu Anda lakukan. Berikut ini cara menentukan variabel
penelitian secara umum yang perlu diterapkan.
1)
Menentukan Masalah Utama
Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap suatu
permasalahan atau fenomena. Oleh karena itulah Anda perlu memahami terlebih
dahulu masalah yang akan diteliti.
2)
Menentukan Faktor
Permasalahan Langkah selanjutnya yang perlu Anda lakukan menetaskan faktor permasalahan
dan dampak yang ditimbulkannya. Dalam langkah ini, peneliti bisa menyebutkan
semua faktor permasalahan dalam penelitian adalah sebagai variabel
bebas.Sementara itu, Anda bisa menyebut
dampak yang ditimbulkan sebagai variabel terikat.
3)
Cari dan Memahami
Penelitian Terdahulu Melakukan penelitian bukanlah hal yang mudah. Anda perlu
benar-benar memahami topik dan permasalahan yang diangkat di dalam penelitian. Salah satu cara
yang biasa dilakukan adalah mencari dan memahami penelitian terdahulu yang
relevan dengan tema riset tujuan. Tidak hanya sebagai pembanding, dengan cara
ini Anda bisa lebih mudah mengungkap permasalahan yang akan diteliti lebih
lanjut. Peneliti sebaiknya membaca sebanyak mungkin penelitian terdahulu untuk
memperoleh lebih banyak referensi.
C.
Variabel
Penelitian Kuantitatif
Pengertian
variabel dalam penelitian kuantitatif adalah suatu konsep atau sifat yang dapat
diukur atau diobservasi. Variabel digunakan untuk merepresentasikan
karakteristik atau properti yang dapat berubah atau bervariasi dalam suatu
metode penelitian.
Bisa juga
diartikan variabel dari suatu penelitian adalah proses pengujian hipotesis
(kesimpulan atau dugaan sementara). Jadi, terdapat tahapan pengujian kecocokan
antara teori dan fakta empiris yang benar-benar ada di dunia nyata.
Berdasarkan
buku Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif (Eksplanatif), Prof. Dr.
Bambang Sugeng, M.A., M.M. (2022), dalam suatu analisis kuantitatif, variabel
biasanya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat diukur dan dihitung.
Variabel
adalah suatu konstruk atau karakteristik yang bisa memiliki nilai atau skor
yang berbeda. Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah bentuk konstruk atau
sifat yang akan dipelajari, yang bisa bervariasi.
D.
Macam-macam
Variabel Penelitian Kuantitatif
Menurut
Ma’ruf Abdullah, variabel dibagi menjadi: (i) variabel terikat (dependent
variable) dan variabel bebas (independent variable), (ii) variabel moderator
(moderating variable), (iii) variabel antara (intervening variable), (iv)
variabel laten dan manifest, (v) variabel endogen dan eksogen (Ma’ruf Abdullah,
2015).
Menurut
Zainal Mustofa, variabel dapat dikelompokkan menjadi: (1) variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable), (2) variabel
kontrol (control variable), (3) variabel moderator (moderating variable), (4)
variabel intervening (intervening variable), (5) variabel pengganggu
(confounding variable), (6) variabel kontinyu dan diskrit (Zainal Mustofa,
2013).
Jenis-jenis
variabel dalam penelitian menurut Ratna Wijayanti dan kawan-kawan: (Ratna
Wijayanti, dkk., 2021).
1.
Variabel Dependen.
Variabel dependen, juga dikenal sebagai variabel terikat, endogen, atau
konsekuen, adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti. Masalah dan
tujuan penelitian tercermin dalam variabel dependen. Penelitian bisa memiliki
satu atau lebih variabel dependen sesuai dengan tujuannya. Topiktopik
penelitian umumnya menekankan pada variabel dependen, karena variabel ini
adalah fenomena yang akan dijelaskan.
2.
Variabel Independen.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik
secara positif maupun negatif. Variabel ini juga dikenal sebagai variabel
prediktor, eksogen, atau bebas. Tujuan penelitian adalah menjelaskan atau
memprediksi variabilitas variabel dependen menggunakan variabel independen.
3.
Variabel Moderator.
Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan
antara variabel independen dan dependen. Dampaknya bisa memperkuat (amplifying
effect) atau melemahkan (moderating effect) hubungan ini. Variabel moderator
juga dikenal sebagai variabel kontingensi.
4.
Variabel Intervening.
Variabel intervening, atau variabel mediasi, adalah variabel yang menghubungkan
variabel independen dengan variabel dependen, menjelaskan pengaruh tidak
langsung antara keduanya. Variabel ini berfungsi mirip dengan variabel
independen dan biasanya diuji untuk memastikan keberadaannya sebagai variabel
intervening.
5.
Variabel Laten. Variabel
laten adalah variabel tersembunyi yang diukur melalui proksi atau indikator.
Variabel ini bisa berupa variabel independen atau dependen dalam penelitian dan
dibentuk oleh beberapa variabel indikator.
6.
Variabel Kontrol. Variabel
kontrol adalah variabel yang melengkapi hubungan kausal untuk mendapatkan model
empiris yang lebih baik. Variabel ini tidak utama, tetapi memiliki efek
pengaruh yang signifikan. Variabel kontrol digunakan berdasarkan teori atau
hasil penelitian sebelumnya untuk memastikan kekuatan hubungan antar variabel.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
S. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Abuddin
Nata, 2010. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normatif
Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi,
Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Alan
Bryman, 2004. .Social Research Methods, New York: Oxford University Press
Bennett,
N., Borg, W. R., & Gall, M. D. (1984). Educational Research: An
Introduction. British Journal of Educational Studies, 32(3), 274. https://doi.org/10.2307/3121583
David
Nachmias & Chava Nachmias, 1987. Research Methods in the Social Sciences,
New York: St. Martin's Press
Elizabethann
O'Sullivan & Gary R. Rassel. 1989. Research Methods for Public Administrators,
New York: Longman
Emzir.
2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fred N.
Kerlinger, 1995. Asas-asas Penelitian Behavioral, terj. Landung R. Simatupang,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Gordon
Taylor, 1994. The Student's Writing Guide for The Arts and Social Sciences, Gambridge
University Press
J. Vredenbregt, 1978. Metode dan Teknik
Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia
Kenneth
D. Bailey, 1987. Methods of Social Research, London: Free Press,
Kenneth
S. Bordens & Bruce B. Abbott, 2003. Research Designs and Methods: A Process
Approach, Boston: McGraw Hill.
Kerlinger
Koentjaraningrat (penyunting), 1981. Metode-metode Penelitian masyarakat,
Jakarta: Gramedia.
Kasiram,
Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Malang: UIN Malang
Lubis.
A.Y, (2014) Filsafat Ilmu: Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Ma’ruf
Abdullah. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Muslim.
(2016). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam
Ilmu Komunikas I, Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, 78-79
Masri
Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), 1989. Metode Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES
Mustofa,
Zainal. 2013. Mengurai variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nanang
Martono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data
Skunder, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Nan Lin, 1976.
Foundations of Social Research, New York: MacGraw-Hill Book Company.
Paul
Brewerton & Lynne Millward. 2001. Organizational Research Methods: A Guide
for Student and Researchers, London: SAGE Publications.
Ratna
Wijayanti, dkk. 2021. Metode Penelitian Kuantitatif. Lumajang: Widyagama
Robert B.
Burns, 2000. Introduction to Research Methods, Longman: French Forest NSW.
Robert K.
Yin, 1989. Case Study Research: Design and Methods, Newbury Park, California:
SAGE Publications.
Robert R.
Mayer dan Ernest Greenwood, 1984. Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial,
Jakarta: Rajawali.
Sugiyono.
2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sudjana,
N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Suharsimi
Arikunto. 2019. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suparlan
Suhartono. 2008. Wawasan pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzzmedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar