Sabtu, 29 Juni 2024

PERBEDAAN SISTEM EKONOMI ISLAM DAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS

 

PERBEDAAN SISTEM EKONOMI ISLAM DAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS

 

 

A. SISTEM EKONOMI

Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi dengan antara manusia dan juga dengan seperangkat kelembagaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat atau bernegara.[1] Yang dimaksud dengan kelembagaan adalah aturan main suatu masyarakat. Setidaknya terdapat 5 macam bentuk kelembagaan yang dapat membedakan antara satu sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya:

1.         Hak atas Kepemilikan.

2.         Proses/mekanisme pengambilan keputusan.

3.         Antara pasar dan terencana: dalam penyediaan informasi dan koordinasi.

4.         Mekanisme insentif dalam mengatur tujuan dan mendorong manusianya untuk meraih tujuan tersebut.

5.         Prosedur dalam menentukan pilihan yang bersifat publik.[2]

Pada intinya, semua sistem ekonomi bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Cara yang digunakan oleh manusia untuk mengatur penyediaan material. Hanya saja, cara yang digunakan untuk mewujudkan hal tersebut berbeda antara satu negara dengan negara yang lain. Sistem kapitalisme dan juga sistem sosialisme tentunya memiliki tujuan akhir yang sama, yakni kesejahteraan masyarakat. Perbedaan cara tentunya dapat mempengaruhi pencapaian pada tujuan.

Lebih lanjut, Setiap sistem ekonomi memerlukan batasan-batasan atau aturan-aturan tertentu dalam interaksi antara manusia, inilah yang disebut sebagai rules of behavior.[3] Seperangkat aturan perilaku tersebut, pada akhirnya, mempengaruhi bagaimana sistem ekonomi tersebut berkembang. Berbeda dengan kapitalisme dan sosialisme yang menjadikan logika sebagai sumber utama penyusunan aturan, ekonomi Islam mempunyai aturan-aturan yang bersumber pada wahyu Ilahi/Tuhan. Alquran dan hadis menjadi sumber utama, demikian halnya ijmak serta qiyas para ahli (ulama) yang telah dibangun secara terus menerus selama 1400-an tahun terakhir untuk merespons perubahan zaman dan situasi kehidupan yang dihadapi masyarakat muslim seluruh dunia.[4] Perbedaan landasan aturan/nilai dapat menghasilkan sistem ekonomi yang berbeda. Bahkan, ekonomi Islam, juga mempunyai interpretasi yang berbeda terkait tujuan akhir dari sebuah sistem ekonomi.

B. DEFINISI SISTEM EKONOMI KAPITALIS

Sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang aset-aset  produktif dan atau faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh  sektor individu/swasta.[5]

Menurut Milton H. Spencer, penulis buku Contemporary Economics (1977), kapitalis merupakan sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik individu (private ownership) atas  alat-alat produksi dan distribusi dan pemanfaatannya untuk mencapai laba  dalam kondisi yang kompetitif. Kapitalisme menganggap kebebasan individu tanpa batas untuk mencari kekayaan peribadi adalah sebuah keharusan bagi individu.[6]

Beberapa pengertian kapitalisme menurut para ahli[7]:

1.         Adam Smith mendifinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi bercirikan kepemilikan perorangan atas perkakas produksi, distribusi dan pendayagunaan untuk mendapatkan keungtungan dalam keadaan yang kompetitif. Menurutnya, kepentingan pribadi merupakan kekuatan untuk pengendalian perekonomian dan semua proses yang dijalankan akan menuju ke arah kemakmuran bangsa, yang seolah-olah, individu didorong dengan “Tangan Tak Terlihat” (The Invisible Hand) yang mendorong mereka untuk maju.

2.         Max Weber, mendifinisikan kapitalisme adalah sebuah cara produksi komoditi yang berlandaskan kerja berhonorarium untuk dipasarkan dan sebagai sistem produksi komoditi berdasarkan kerja berupah untuk dijual dan diperjual-belikan dalam rangka mendapatkan laba. Bagi Weber, tanda-tanda konsep kapitalisme yang mendasar ada pada cara-cara pertukaran di area pasar. Metode dipasar ini dapat menyebabkan kelogisan yang mengarah pada langkah-langkah untuk mendapatkan laba yang sebanyak-banyaknya (Kristeva, 2015).

3.         Karl Marx mendifinisikan kapitalisme sebagai corak atau introduksi golongan kapitalis. Adapun corak yang kaum kapitalis sadari adalah dimotivasi oleh pemikiran pola ekonomi dalam rangka menumpuk kekayaan. Konsep kapitalisme bagi Marx merupakan suatu formasi masyarakat kelas dan didistrukturasikan dengan aturan eksklusif, yang mana manusia dikonfigurasi untuk pabrikasi dalam kebutuhan hidupnya. Menurut Marx kapitalisme terkandung benih-benih kehancurannya sendiri. Komunisme adalah akhir yang tak terelakkan untuk proses evolusi dimulai dengan feodalisme dan melewati kapitalisme dan sosialisme[8](Ismail, 2018).

4.         Ayn Rand mendefinisikan kapitalisme laksana a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned (suatu sistem sosial yang berlandaskan pada pengakuan atas hak-hak personal, termasuk hak milik dimana semua kepemilikan adalah eksklusif (Rand, 1970)

C. KARAKTERISTIK SISTEM EKONOMI KAPITALIS

Kapitalisme dengan sistem laissez-faire masih terus digaungkan hingga saat ini. Campur tangan pemerintah dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya bagi ekonomi. Namun, berbagai modifikasi telah dilakukan atas sistem ini sebagai respons atas dampak buruknya terhadap keadilan distribusi. Pemerintah terdorong untuk ikut campur dalam mengoreksi kekurangan dari sistem tersebut. Meski demikian, kapitalisme sebagai sebuah model ekonomi masih terus berkembang. Bahkan, gaung untuk mengurangi peran pemerintah dalam ekonomi masih terus bergema.[9]

Britannica mengartikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi yang umumnya berlaku di negara-negara Barat sejak runtuhnya sistem feodal, di mana mayoritas faktor produksi dikuasai oleh swasta, dan di mana produksi dan distribusi pendapatan melalui mekanisme/operasi pasar.

Pengertian lain yang disampaikan oleh pengkritiknya bahwasanya kapitalisme adalah sebuah sistem di mana barang dan jasa, termasuk kebutuhan pokok, diproduksi untuk mendapatkan keuntungan, di mana tenaga kerja juga termasuk barang yang diperjualbelikan dipasar dan di mana semua pelaku ekonomi bergantung kepada pasar. [10]

Dari berbagai pengertian di atas, dapat ditarik tiga kesimpulan penting tentang definisi kapitalisme. Pertama, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berasal dari Eropa yang kemudian berkembang ke seluruh dunia pada saat ini. Ia menggantikan sistem feodal di abad pertengahan. Kedua, kapitalisme berkaitan dengan kepemilikan faktor produksi, di mana sumber daya seyogianya dimiliki dan dikelola oleh individu masyarakat. Ketiga, mekanisme pasar adalah hal esensial dalam produksi dan distribusi.

Secara umum, ekonomi kapitalis memiliki enam pilar mendasar:[11]

1)        Kepemilikan individu. Ekonomi kapitalis memperbolehkan masyarakat untuk memiliki aset baik yang terlihat seperti tanah atau rumah, dan juga aset yang tidak terlihat seperti saham dan juga surat utang.

2)        Self-Interest (kepentingan pribadi). Masyarakat bergerak untuk mengejar kepentingan individu masing-masing tanpa ada tekanan untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan sosial. Meskipun tidak terkoordinir untuk pencapaian tujuan tertentu, tetapi mereka meyakini bahwa kepentingan sosial bisa terwujudkan ketika setiap orang mengejar kepentingan pribadinya.

3)        Persaingan bebas. Produsen bebas keluar masuk pasar persaingan.

4)        Mekanisme pasar. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar, interaksi antara pembeli dan penjual.

5)        Bebas dalam menentukan pilihan (choice) untuk konsumsi ataupun produksi ataupun investasi.

6)        Peran pemerintah terbatas untuk melindungi hak privat warganya dan memelihara tatanan lingkungan yang memastikan mekanisme pasar berjalan dengan semestinya.

D. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN SISTEM KAPITALIS

1). Kelebihan Sistem ekonomi kapitalis

a)        Penganut mazhab kapitalis menyatakan bahwa kebebasan ekonomi  dapat membuat masyarakat memiliki banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b)        Persaingan bebas di antara individu akan mewujudkan tahap “produksi“ dan tingkat “harga“ pada tingkat yang wajar dan akan membantu mempertahankan penyesuaian yang rasional di antara kedua variabel. Persaingan akan mempertahankan keuntungan dan upah pada tingkat yang sederhana.

c)         Para ahli ekonomi kapitalis menyatakan bahwa motivasi untuk mendapatkan keuntungan merupakan tujuan yang terbaik, sebanding dengan tujuan untuk memaksimumkan hasil.[12]

2). Kelemahan ekonomi kapitalis

a.         Persaingan bebas yang tidak terbatas, mengakibatkan banyak keburukan dalam masyarakat apabila ia mengganggu kapasitas kerja dan sistem ekonomi serta munculnya semangat persaingan diantara individu. Sebagai contoh hak individu yang tidak terbatas untuk memiliki harta mengakibatkan distribusi kekayaan yang tidak seimbang dalam masyarakat dan pada akhirnya akan merusak sistem perekonomian.

b.        Adanya perbedaan yang radikal (jelas) antara hak-hak majikan dan pekerja, penerima upah tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan saingannya, sehingga ketidakadilan ini memperdalam gap (jurang) antara yang kaya dan miskin.

c.         Sistem ekonomi kapitalis, disatu pihak memberikan seluruh manfaat produksi dan distribusi di bawah penguasaan para ahli, yang mengesampingkan masalah kesejahteraan masyarakat banyak dan  membatasi mengalirkan kekayaan di kalangan orang-orang tertentu saja. Di pihak lain menjamin kesejahteraan semua pekerja kepada beberapa orang yang hanya mementingkan diri sendiri.[13]

E. PERBEDAAN SISTEM KAPITALIS DAN SISTEM EKONOMI ISLAM

Ada beberapa perbedaan mendasar antara sistem ekonomi Islam dan ekonomi kapitalis:

1.         Perbedaan Worldview (Pandangan hidup)

Ada beberapa point penting dalam perbedaan worldview antara sistem kapitalis dengan ekonomi Islam. Yaitu:

a)        Bagi non-muslim setelah kehidupan berakhir maka tidak akan ada kehidupan lagi.[14] Hal ini berbeda dengan muslim dimana akan ada kehidupan akhirat yang kekal setelah berakhirnya dunia ini

b)        Apabila mengacu pada utilitarianisme, maka kita hidup di dunia ini adalah untuk mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Bagi kapitalisme, materi adalah hal yang paling penting untuk mencapai kebahagiaan sejati[15]. Akan tetapi berbeda dengan sistem ekonomi Islam dimana materi bukanlah segala-galanya dalam mencapai kebahagiaan. Karena materi hanya titipan (amanah) yang harus dijaga kaena kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Bagi sistem ekonomi Islam Materi dan Amal Ibadaha (investasi akhirat) untuk mendapatkan keridloan Allah SWT adalah segala-galanya untuk bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

2.         Pertimbangan Nilai dan Moral

Dalam perbedaan sistem kapitalis dan sistem ekonomi Islam terkait pertimbangan nilai dan moral yang ada dapat dilihat dari berbagai hal:

a)        Gerakan Protestan yang menentang dominasi gereja dalam segala aktivitas manusia, termasuk dalam permasalahan ekonomi. Oleh karenanya, kapitalisme menegasikan pertimbangan nilai-nilai atau moral yang digaungkan oleh agama. Doktrin-doktrin agama seperti halal dan haram tidak menjadi sebuah nilai yang dipertimbangkan dalam aktivitas ekonomi[16].

b)        Perbedaan mendasar antara kapitalisme dan ekonomi Islam adalah norma dan nilai yang membatasi kebebasan manusia dalam mencari keuntungan atau kekayaan pribadi. Kapitalisme tidak membatasi kebebasan manusia berdasarkan norma agama atau ketuhanan. Jikalau ada batasan-batasan di dalam kapitalisme, maka batasan tersebut hanyalah buatan manusia yang cenderung terus berubah, di mana hal tersebut memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan di masyarakat. Riba, perjudian, spekulatif dan konsentrasi kekayaan di segelintir orang tidak terelakkan.

c)         Sistem Ekonomi Islam kontemporer terfokus dengan Industri halal yang meliputi sejumlah sektor ekonomi yang produk/jasa utamanya dipengaruhi oleh etika dan hukum Islam secara struktural, di antaranya: 1) makanan halal, 2) keuangan Islam, 3) modest fashion, 4) pariwisata syariah, 5) media dan rekreasi syariah, 6) farmasi halal, dan 7) kosmetik halal, sedangkan sistem kapitalis selalu menakankan pada keuntungan maksimum tanpa memperhatikan kebaikan moral dan nilai (moral hazard).

3.        Harmoni antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Kolektif atau Sosial.

Pada titik harmoni antara kepentingan indiveidu dan kolektif atau sosial bagi sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi Islam ada beberapa perbedaan, yaitu paham kapitalisme, kepentingan individu adalah hal yang pokok untuk kesejahteraan manusia sebagaimana yang menjadi ciri dari sistem ini. Biarkan setiap orang mengejar kepentingannya masing-masing. Kepentingan sosial dapat terwujud dengan sendirinya ketika semua orang mengejar kepentingannya.

Di dalam ekonomi Islam, kepentingan sosial lebih diutamakan daripada kepentingan individu. Tidak ada satu pun individu atau institusi yang dibiarkan menjadi korban ketamakan manusia. Keegoisan golongan kaya dan para penguasa selalu ditekankan pelarangannya.[17]  Dalam perintah Islam untuk senantiasa berbagi kepada orang lain (zakat, sedekah, dan wakaf) menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sosial merupakan bagian integral dari ekonomi Islam.[18]

4.         Permasalahan Ekonomi

Di dalam sistem kapitalisme, permasalahan ekonomi yang umum dipahami adalah terbatasnya sumber daya untuk memenuhi keinginan manusia yang tidak terbatas. Hal ini mengharuskan manusia untuk membuat suatu pilihan dalam produksi, konsumsi, dan juga distribusi. Adapun yang dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam pemenuhan keinginan tersebut adalah pertimbangan materi, yakni anggaran. Dari berbagai alternatif pilihan, maka keputusan didasarkan pada pilihan yang dapat memenuhi kepuasan tertinggi dengan anggaran yang paling efisien.

Sementara itu, dalam ekonomi Islam, keinginan manusia dibatasi pada pemenuhan kebutuhan. Dua moral utama Islam dalam hal ini adalah dilarangnya sikap berlebih-lebihan (israf) dan sikap menyianyiakan (tabdzir).[19] Seseorang yang sudah mencukupi kebutuhan pribadinya dituntut untuk juga memperhatikan kebutuhan orang lain/masyarakat melalui zakat dan sedekah. Selain itu, pemenuhan kebutuhan dalam Islam juga dibatasi pada barang atau jasa yang halal dan tayib.

Adapun kaitannya dengan sumber daya alam yang terbatas, maka sesungguhnya Allah SWT. telah menjamin rezeki setiap makhluknya. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak ditetapkan rezekinya. Namun, Allah SWT. juga mengingatkan bahwa salah satu bentuk ujian adalah kelaparan atau kekurangan sumber daya alam. Dengan demikian, kelangkaan sumber daya lebih bersifat relatif, artinya, ada ketidakmerataan distribusi kekayaan, baik yang karena memang Allah SWT lebihkan satu daerah dibanding daerah lain atau karena ulah sekelompok manusia yang mencoba untuk menguasainya untuk kepentingan pribadinya.

5.         Kepemilikan Sumber Daya

Kapitalisme sangat mendorong kepemilikan individu. Dalam ekonomi Islam terkait dengan hal ini ada- lah bahwasanya Allah SWT adalah pemilik harta sesungguhnya. Ia yang menciptakan, ia yang memiliki dan kepadanya semua akan kem- bali.[20]Kepemilikan manusia terhadap harta atau sumber daya tidak- lah mutlak atas keseluruhan hartanya. Allah SWT. sebagai pemilik har- ta sesungguhnya menegaskan bahwa di setiap harta yang Allah SWT. dititipkan kepada manusia terdapat hak orang lain. Atas dasar ini pula, Islam mendorong setiap individu untuk menyisihkan sebagian hartan- ya untuk orang lain yang lebih membutuhkan.

Dalam konteks Indonesia, UUD 45 pasal 33 ayat 3 menegaskan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Hal ini menunjukkan keselarasan UUD dengan prinsip Islam.

Lebih lanjut, umat Islam juga dapat mengubah kepemilikan individunya menjadi kepentingan publik (wakaf). Praktik wakaf ini dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Banyak sarana ibadah (masjid/musala), sarana pendidikan (sekolah), sarana kesehatan (rumah sakit), dan berbagai sarana publik lainnya adalah wakaf dari umat Islam.

6.         Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Di berbagai buku ekonomi mainstream (kapitalis) saat ini, dapat dijumpai adanya hukum permintaan dan hukum penawaran dalam menjelaskan keterkaitannya dengan harga. Hukum permintaan menunjukkan hubungan negatif antara permintaan dan harga, sedangkan hukum penawaran menunjukkan hubungan positif dengan harga. Interaksi kurva permintaan dan kurva penawaran akan menghasilkan titik keseimbangan yang menunjukkan tingkat harga dan jumlah output di pasar. Dalam hal ini tidak ada perbedaan sistem kapitalis dan ekonomi Islam.

Dalam pandangan kapitalisme, mekanisme persaingan pasar yang sempurna diharapkan dapat mengalokasikan sumber daya yang efisien, mendistribusikan barang dan jasa secara efisien kepada konsumen, serta memproduksi barang yang diinginkan oleh masyarakat.[21] Dalam hal ini, terdapat sejumlah catatan dalam ekonomi Islam. Pertama, efisiensi menghendaki optimalisasi sumber daya tanpa adanya unsur berlebih-lebihan (israf) dan juga mubazir. Kedua, ekonomi Islam menentang eksploitasi terhadap tenaga kerja. Ketiga, tidak semua barang atau jasa bisa diproduksi sesuai keinginan manusia, pertimbangan kehalalan dan juga kemanfaatan barang atau jasa tersebut.

Ekonomi Islam memberikan perhatian kepada kesempurnaan mekanisme pasar. Mekanisme pasar yang sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual dan juga pembeli. Harga yang adil dalam ekonomi Islam memiliki sejumlah terminology: si’r al-mitsl, tsaman al-mitsl, dan qimah al-adl. Guna menghindari ketidaksempurnaan pasar, Ekonomi Islam melarang praktik ihtikar,[22] membuka akses informasi (seperti melarang penipuan/tadlis, talaqqi rukban,[23] bay’ najasy[24] dan lain-lain), dan memperbolehkan regulasi harga oleh pemerintah dalam kondisi darurat.[25]

7.         Intervensi Pemerintah

Kapitalisme sangat mengedepankan persaingan pasar tanpa adanya unsur intervensi pemerintah. Laissez-faire, Laissez-passer adalah doktrin ekonomi kapitalis yang sering digaungkan. Sebuah doktrin yang menginginkan minimnya intervensi pemerintah dalam ekonomi.[26] Tanpa intervensi pemerintah, diharapkan akan terdapat tangan tak terlihat (invisible hand) yang akan mewujudkan kepentingan sosial. [27]

Adapun ekonomi Islam memberikan peran pemerintah yang lebih aktif, tidak hanya aspek pemenuhan lapangan kerja dan inflasi, tetapi juga memperhatikan aspek redistribusi pendapatan. Ekonomi Islam memiliki instrumen seperti zakat yang memaksa orang kaya untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk disalurkan kepada golongan tertentu (ashnaf zakat), terutama fakir miskin. Ekonomi Islam menghendaki pemerintah untuk menjaga harmoni antara kepentingan individu dan kepentingan sosial.

Kahf (1991) menjelaskan beberapa peran negara dalam sektor ekonomi:

1)             Mewujudkan kemampuan   ekonomi   yang   diperlukan   untuk memperkuat negara Islam, sehingga dapat melindungi agama.

2)            Menjaga kepuasan masyarakat terhadap perekonomian secara umum dan mempromosikan kesejahteraan materi dengan menjamin kebutuhan dasar setiap individu.

3)            Memaksimalkan manfaat barang publik.

4)            Memiliki   sumber    keuangan    yang    cukup    untuk    mengelola pemerintahan dan pengeluaran sesuai dengan syariah.

5)            Melindungi kerangka moral dan hukum serta mempromosikan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencapai kesuksesan di akhirat.

6)            Memelihara keadilan ekonomi dengan melestarikan keseimbangan sosial dan ekonomi, memastikan pekerjaan buat para penduduk, dan melindungi penghasilan dan kekayaan masyarakat.

Tabel:

     Perbedaan Sistem Ekonomi Kapitalis dengan Sistem Ekonomi Islam

 

Ekonomi Islam

Ekonomi Kapitalis

Worldview

Islam sebagai pedoman hidup. Percaya kepada adanya akhirat (hari pembalasan).

Sekularisme/materialisme.

Pertimbangan Nilai dan Moral

Nilai Islam (halal-haram, etika dan moral/akhlak)

Bebas nilai.

Harmoni antara kepentingan Individu dan Kepentingan Kolektif

Kepentingan sosial lebih diutamakan                                 daripada kepentingan individu.

Kepentingan               individu

dengan                     sendirinya menghasilkan kepentingan kolektif.

Permasalahan Ekonomi

Pemenuhan kebutuhan.

Pemenuhan keinginan yang tidak terbatas.

Kepemilikan Sumber Daya

Kepemilikan individu dan so- sial.

Kepemilikan individu.

Mekanisme Pasar

Harga adalah ketetapan Allah SWT yang mampu mengge- rakkan hati manusia dalam melakukan permintaan dan penawaran

Hukum permintaan dan penawaran.

Intervensi Pemerintah

Intervensi                            pemerintah diperlukan dalam redistri- busi pendapatan (zakat) dan upaya mewujudkan keadilan dan kepatuhan terhadap nilai Islam.

Pasar bebas; tanpa intervensi pemerintah atau dengan minim intervensi.

 



[1] Hadi, N. (2018). Paradigma Idiologi Sistem Ekonomi Dunia. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah KeIslaman, 17(1), 97- 129.

[2] Gregory, P. & Stuart, R.C. (2013). The Global Economy and its Economic Systems. South-Western College Pub. P. 29. ISBN 978-1285055350

 

[3] Douglass C North. (2005). Understanding the Process of Economic Change, Princeton Economic History of the Western World (Princeton, New Jersey, United States: Princeton University Press).

[4] Mohamed Ali Elgari, “Islamic Economic System,” https://saraycon.com/Islamic-economic-system/

 

[5] Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar llmu Ekonomi (Mikroekonomi &  Makroekonomi) Ed-3, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

2008) Hlm. 469

 

[6] Sirajuddin, & Tamsir. (2015). Rekonstruksi Konseptual Kepemilikan Harta Perspektif Ekonomi Islam (Studi

Kritis Kepemilikan Harta Sistem Ekonomi Kapitalisme). 3(3), 66–71.

 

[7] Zainol Hasan, & Mahyudi, M. (2020). Analisis terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam Smith. Istidlal: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam, 4(1), 24–34.

 

[8] Ismail, Z. (2018). Teori Ekonomi.

 

[9] Chapra, M.U. (1995). Islam and the Economic Challenge. The Islamic foundation & The International Institute of Islamic Thought

 

[10] Wood, E.M. (2002). The Origin of Capitalism: A Longer View. Verso

 

[11] Jahan, S. & Mahmud, A.S (2017). What is Capitalism? In Back to Basics: Economic Concept explained. Finance and Development-International Monetary Funds.

 

[12] M Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), 315.

 

[13] M Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam…., 136

 

[14] Furqani, H. (2018). Worldview and the Construction of Economics Secular and Islamic Tradition. Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam, 14(1), 1-24.

 

[15] Yulizar D dan Ismail (2015). Falsafah Ekonomi Islam. Karya Abadi: Jakarta, hal. 44-47

[16] Berghout, A. (2009). Toward an Islamic framework for worldview studies: Preliminary theorization. The Ameri-can Journal of Islamic Social Sciences, 24(2), 22-43.

 

[17] Murtaza, N. (2011). Pursuing self-interest or self-actualization? From capitalism to a steady-state, wisdom economy. Ecological Economics, 70(4), 577-584.

[18] Q.S. adz Dzariyat: 19, at-Tawbah: 60, al-Baqarah: 177, dll.

 

[19]  Q.S. al-Isra’: 26-27, al-An’am: 141

[20] Q.S. al-Maidah [5] : 18 dan Q.S. ar-Rum [30]: 11,

 

[21] Case, K. E., Fair, R. C., & Oster, S. M. (2012). Principles of Economics (10th ed.). Pearson Prentice Hall.

 

[22] Sengaja menahan atau menimbun barang, terutama saat terjadi kelangkaan, dengan tujuan menaikkan harga di kemudian hari.

[23] Membeli barang dengan cara mencegat para penjual di luar kota; memanfaatkan ketidaktahuan mereka terkait harga di kota

[24] Rekayasa permintaan agar terjadi kenaikan harga.

[25] Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (2015)

[26] Smith, A. (2002). The wealth of nations [1776]. Colin Muir, p. 316

[27] Jhaan, S. & Mahmud, A.S (2017). What is Capitalism? In Back to Basics: Economic Concept explained. Finance and Development-International Monetary Funds.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...