Kamis, 05 Januari 2023

Laporan Keuangan

 LAPORAN KEUANGAN

 

A. PENDAHULUAN

Untuk menjalankan bisnis tidak boleh sembarangan. Diperlukan pengetahuan yang memadai terkait usaha beserta aktifitas yang ada di dalamnya, salah satunya adalah persoalan laporan keuangan.

Keuangan merupakan unsur terpenting di dalam bisnis, karena ini yang menjadi penentu usaha akan berkembang atau sebaliknya. Atas dasar itu, untuk membangun bisnis dari awal dibutuhkan akuntan atau seorang yang mengelola keuangan bisnis yang terampil dan berpengalaman.

Sayangnya tidak semua orang mengetahui pengertian dan pentingnya laporan keuangan. Bahkan seorang karyawan di bagian finance pun sulit mendefinisikan fungsi laporan keuangan bagi perusahaan. Akibatnya pembuatan laporan ini sering ala kadarnya saja dan tidak sesuai standar yang berlaku.

 

B. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu ringkasan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama periode tahun buku bersangkutan.

Laporan keuangan ini dibuat oleh bagian akuntansi untuk dipertanggungjawabkan kepada pihak manajemen dan kepada pihak perusahaan. Laporan keuangan meliputi bagian dari proses transaksi keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, sebagai contoh, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Kasmir (2008), pengertian laporan keuangan adalah Ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan terdiri dari Neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Menurut Munawir (2010), laporan keuangan adalah Suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan  perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diketahui bahwa Laporan Keuangan pada umumnya meliputi Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Keuangan tersebut merupakan suatu bentuk laporan yang menggambarkan kondisi keuangan, perkembangan perusahaan dan hasil usaha suatu perusahaan pada jangka waktu tertentu. Laporan finansial atau laporan keuangan adalah laporan yang berisi pencatatan uang dan transaksi yang terjadi dalam bisnis, baik transaksi pembelian maupun penjualan dan transaksi lainnya yang memiliki nilai ekonomi dan moneter.

Biasanya laporan ini dibuat dalam periode tertentu. Penentuannya ditentukan oleh kebijakan perusahaan apakah dibuat setiap bulan atau setiap satu tahun sekali, terkadang perusahaan juga menggunakan keduanya.

Laporan keuangan dibuat untuk mengetahui kondisi finansial perusahaan secara keseluruhan. Sehingga para stakeholder  dan pengguna informasi akuntansi bisa melakukan evaluasi dan cara pencegahan dengan tepat dan cepat jika kondisi keuangan usaha mengalami masalah atau memerlukan perubahan.

Mengingat pentingnya hal itu, maka laporan ini harus dibuat dengan tepat, cermat dan diperlukan pertanggungjawaban yang diserahkan secara mutlak kepada orang berkompeten dibidangnya, seperti seorang akuntan.

Dia yang harus mempresentasikan laporan yang telah dibuatnya dengan detail di depan para stakeholder yang biasanya ini dilakukan pada saat evaluasi kinerja keuangan tahunan.

Jika melihat dari penjelasan di atas tentu bisa ditarik kesimpulan kalau pengertian laporan keuangan adalah laporan yang berisi data transaksi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Yang mana laporan tersebut harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan sebagai pembahasan evaluasi untuk perkembangan usaha ke depan.

 

C. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian kondisi perusahaan terhadap para stakeholder. Oleh karena itu tujuan dari pembuatan laporan keuangan adalah:

1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

2. Memberikan informasi tentang kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah.

3. Memberikan informasi tentang aset, kewajiban (liabilities), pendapatan dan beban milik entitas syariah yang tidak sesuai dengan prinsip syariah menyangkut cara memperoleh dan penggunaannya.

4. Memberikan informasi-informasi yang berguna dalam kegiatan evaluasi pemenuhan tanggungjawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengaman-kan dana, dan menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

5. Memberikan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh investor dan pemilik dana syirkah temporer.

6. Memberikan informasi-informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation), fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf yang dilakukan oleh entitas syariah.

 

 

D. KOMPONEN DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang wajib entitas syariah sajikan bagi stakeholder-nya, menurut pernyataan IAI yang termuat dalam PSAK 101 komponen laporan keuangan entitas syariah, meliputi:

a. Neraca

Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan keuangan yang berisikan asset, liabilitas, dana syirkah temporer dan ekuitas perusahaan. Laporan posisi keuangan perusahaan ini akan memberikan informasi kepada stakeholder mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban (liabilities) kepada kreditur, dana syirkah temporer perusahaan, dan ekuitas pemilik dalam sumber daya perusahaan. Selain itu, neraca yang menyajikan informasi-informasi ini dengan benar dan akurat, maka akan dapat membantu stakeholder untuk menentukan tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan, serta memperkirakan jumlah, waktu, dan ketidak pastian arus kas di masa depan.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi (Income Statement) merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi kepada stakeholder tentang kinerja operasional perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan yang memuat pendapatan dan beban perusahaan ini akan membantu investor dalam menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan angka kredit perusahaan. Selain itu laporan laba rugi juga akan membantu investor dalam memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan

c. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) merupakan laporan keuangan yang disajikan untuk memberikan informasi kepada stakeholder mengenai arus kas dan ekuivalen-nya di dalam entitas syariah. Informasiinformasi yang terkandung dalam laporan ini, yaitu informasi yang berkaitan dengan (1) kas yang mempengaruhi operasional perusahaan selama satu periode, (2) kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi, (3) kas yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan, (4) kenaikan dan penurunan bersih kas selama satu periode.

d. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas, adalah laporan keuangan yang memberikan informasi kepada stakeholder secara rinci mengenai hak-hak kepemilikan investor entitas syariah dalam kaitannya dengan pembayaran deviden atau pembayaran kembali modal. Informasi ini akan relevan bagi stakeholder jika laporan tersebut mengindikasikan adanya pembatasanpembatasan dalam pengelolaan ekuitas entitas syariah.

e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, merupakan laporan keuangan perusahaan yang menyajikan informasi yang berkaitan dengan dana zakat, informasi-informasi tersebut meliputi sumber dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu tertentu, kenaikan dan penurunan dana, serta saldo dana yang menunjukkan jumlah dana zakat yang belum disalurkan hingga tanggal tertentu. Laporan ini akan menunjukkan tingkat kepatuhan atau ketaatan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sebagai entitas syariah atas sejumlah harta yang telah memenuhi nisab dan haulnya, kepada pihakpihak yang patut menerima zakat (mustahiq) yang sesuai dengan aturan syariah.

f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan. Laporan keuangan ini mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan dana kebajikan dalam jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang menunjukka jumlah dana yang belum disalurkan hingga tanggal tertentu. Dana kebajikan tidak sama dengan zakat, dana ini merupakan dana-dana yang bersumber dari infak, sedekah, wakaf, denda, dan pendapatan non halal, serta hasil dari pengelolaannya. Dalam penerimaannya dana kebajikan harus diakui sebagai kewajiban (liabilities) paling likuid dari entitas syariah.

g. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan ini merupakan penjelasan nararif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan keuangan dan disajikan secara sistematis sesuai dengan sistematika laporan keuangan. Selain itu catatan ini juga mengungkapkan informasi tambahan lain, seperti komitmen dan kewajiban kontijensi, dan mencakup juga informasi-informasi yang harus disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku guna menghasilkan laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan pada umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut: (1) mengungkapkan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan; (2) memberikan informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan sesuai dengan sistematika yang disajikan dalam laporan keuangan; (3) pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, serta pengungkapan-pengungkapa non keuangan lainnya.

 

E. ASUMSI DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Penyajian laporan keuangan yang berlaku umum memerlukan adanya asumsiasumsi yang digunakan sebagai landasan berpijak. Asumsi-asumsi ini akan memberikan dasar bagi suatu proses akuntansi. Berikut ini merupakan asumsiasumsi dasar dalam akuntansi keuangan syariah:

1. Asumsi Satuan Uang (Monetary Unit Assumption)

Asumsi ini menyatakan bahwa data transaksi yang dapat dimasukkan dalam catatan-catatan akuntansi, hanyalah data yang dapat dinyatakan dalam satuan uang. Asumsi ini memberikan dasar bagi akuntansi untuk mengkuantifikasikan (mengukur) peristiwa-peristiwa ekonomi dalam satuan moneter. Asumsi ini memberikan batasan bagi akuntansi, yaitu hanya dapat mencatat transaksi-transaksi yang bersifat kuantitatif (dalam satuan moneter), sedangkan transaksi-transaksi yang bersifat kualitatif tidak dapat di catat dalam akuntansi. Dengan demikian maka laporan akuntansi menjadi kurang valid, sehingga untuk mengatasi kelemahan ini akuntansi mengharuskan adanya pengungkapan data-data kualitatif yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan stakeholder dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

 

 

2. Asumsi Entitas Ekonomi (Economic Entity Assumtion)

Economic Entity Assumtion menyatakan bahwa aktivitas entitas akan dibedakan dengan aktivitas pemilik dan semua entitas ekonomi lainnya. Asumsi ini memberikan landasan bagi akuntasi untuk memisahkan seluruh catatan-catatan akuntansi aktivitas bisnis perusahaan/entitas ekonomi dengan catatan-pribadi dan aktivitas pemilik perusahaan.

3. Dasar Akrual (Accrual Basic)

Asumsi accrual basic menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa ekonomi diakui pada saat terjadinya, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan,dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta diungkapkan dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual akan memberikan informasi transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, selain itu laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kewajiban pembayaran kas di masa depan dan menyajikan sumber daya perusahaan yang merepresentasikan penerimaan kas di masa depan. Sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan akrual basic akan diperoleh informasi tentang transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang berguna bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan ekonomi.

4. Dasar Kas (Cash Basic)

Laporan keuangan syariah selain menggunakan accrual basic, juga menggunakan cash basic dalam penyusunan laporan keuangannya. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan cash basic adalah pada bagian perhitungan pendapatan. Hal ini dikarenakan dalam akuntansi syariah prinsip pembagian hasil usaha didasarkan pada bagi hasil pendapatan yang berupa keuntungan bruto (gross profit)

5. Kelangsungan Usaha (Going Concern)

Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah di masa depan. Hal ini berarti dalam penyusunan laporan keuangan yang dimaksud, tidak ada rencana dari entitas syariah untuk melikuidasi atau mengurangi skala usahanya secara material. Apabila ada rencana dari entitas syariah untuk melakukan likuidasi, maka laporan keuangan yang dibuat berupa laporan likuidasi dengan dasar penyusunan dan pengungkapan yang berbeda.

 

F. UNSUR-UNSUR  LAPORAN KEUANGAN

Sesuai dengan karekteristik kualitatif laporan keuangan, maka laporan

keuangan entitas syariah antara lain meliputi:

1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial entitas syariah, meliputi : Laporan Posisi Keuangan/Neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow statement), dan laporan perubahan ekuitas.

a. Laporan Posisi Keuangan/Neraca (Balance Sheet)

Laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur posisi keuangan entitas syariah adalah neraca yang terdiri dari asset, kewajiban (liabilities), dana syirkah temporer, dan ekuitas. Pos-pos ini dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Aset, merupakan sumber daya yang dikuasai dan atau dikendalikan oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, atau diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi entitas syariah di masa depan.

2) Kewajiban, merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya berupa pengorbanan manfaat ekonomi dari sumber daya entitas syariah yang mungkin mengandung manfaat ekonomi di masa depan.

3) Dana syirkah temporer, adalah dana yang diterima entitas syariah dari individu maupun pihak lainnya sebagai investasi dalam jangka waktu tertentu, dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian bagi hasil berdasarkan kesepakatan. Kerugian dalam pengelolaan dana syirkah temporer tidak perlu di kembalikan apabila tidak disebabkan oleh kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.

4) Ekuitas, merupakan hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan dana syirkah temporer. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan.

b. Kinerja Entitas Syariah

Laporan keuangan yang digunakan untuk megukur kinerja entitas syariah adalah laporan laba rugi dengan unsur yang berkaitan langsung berupa pendapatan (income) dan beban (expense). Unsur-unsur tersebut dapat di definisikan sebagai berikut:

1) Pendapatan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal kontribusi dari penanam modal.

2) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau penurunan nilai aset, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang bukan disebabkan oleh pembagian kepada pemegang saham.

2. Hak pihak ketiga atas bagi hasil

Hak pihak ketiga atas bagi hasil entitas syariah dapat diketahui dari laporan dana syirkah temporer entitas syariah. Bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.

c. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial entitas syariah adalah laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

d. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah.

 

G. PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos atau akun yang memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan entitas syariah.

1. Pengakuan Asset

Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan entitas syariah akan memperoleh manfaat ekonomi di masa depan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Namun asset tidak dapat diakui dalam neraca kalau kepastian dari manfaat ekonomi yang diterima entitas syariah di masa depan tidak dapat dipastikan, walaupun pengeluaran atas asset tersebut telah terjadi. Dengan demikian sebagai alternatif, transaksi seperti ini akan diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi.

2.  Pengakuan Kewajiban

Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

3. Pengakuan Dana Syirkah Temporer

Pengakuan dana syirkah temporer dalam neraca hanya dapat dilakukan jika entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Jumlah dana syirkah temporer dapat berubah sesuai dengan hasil dari investasinya.

4. Pengakuan Pendapatan

Pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti pengakuan pendapatan, terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan kewajiban.

5. Pengakuan Beban

6. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan asset (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap).

 

H. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Pengukuran merupakan proses penetapan sejumlah uang yang diakui dan dimasukkan ke dalam setiap unsur laporan kauangan. Proses ini menyangkut pula masalah pemilihan dasar tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Biaya historis (historical cost). Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.

2) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

3) Nilai realisasi/penyelesaian (realiable/settlement value). Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Tantangan Dan Hambatan Akuntasi Keuangan Syariah.  Tantangan dan hambatan yang dihadapi akuntansi keuangan syariah dalam menyajikan laporan keuangan entitas syariah yang relevan dan handal adalah sebagai berikut:

1. Tepat Waktu

Laporan keuangan sebagai sebagai sarana untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan bagi pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi menuntut adanya ketepatan waktu. Akan tetapi untuk menyediakan informasi yang tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi kehandalan informasi dalam laporan keuangan. Namun apabila laporan keuangan ditunda sampai seluruh aspek diketahui  informasi yang disajikan mungkin sangat handal akan tetapi tidak tepat waktu, sehingga kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, untuk mencapai keseimbangan antara relevansi dan kehandalan laporan keuangan, maka manajemen perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan kehandalan informasi, dengan mempertimbangkan kebutuhan pengambil keputusan.

2. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Akan tetapi secara substasi evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses pertimbangan (judgement process). Dimana biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang menikmati manfaat dan manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain yang bukan merupakan tujuan penyampaian informasi. Sehingga dengan kondisi demikian, sulit untuk mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada kasus-kasus tertentu, yang pada akhirnya diselesaikan melalui pertimbangan profesional (profesional judgment) berdasarkan pada tujuan laporan keuangan.

3. Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif

Keseimbangan (trade off) dalam berbagai karakteristik kuaitatif laporan keuangan sering diperlukan. Hal ini diperlukan agar laporan keuangan mampu menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi berbagai pemakai dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Tujuan dari trade off pada umumnya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik kualitatif laporan keuangan, dalam aplikasinya merupakan hasil dari pertimbangan profesional dari penyusun laporan keuangan. Sehingga dari berbagai karakteristik kualitatif dan standar akuntansi keuangan yang sesuai, dapat menggambarkan suatu pandangan yang wajar dari atau menyajikan dengan wajar laporan keuangan entitas syariah.

4. Standar Ganda

Perusahaan pada umumnya telah mengunakan SAK konvensional sebelum SAK syariah diterbitkan. Penerapan standar yang berbeda dari praktik yang sedang berjalan selalu menimbulkan resistensi yang terkadang rumit dan costly.

5. Dasar Pengukuran

Dasar pengukuran dalam akuntansi keuangan syariah adalah nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV). Sedangkan dasar pengukuran akuntansi secara umum adalah nilai wajar dan pricing policy tidak diperkenankan, karena secara melekat formulanya menggunakan parameter bunga. Padahal sampai saat ini formula alternatif pengganti formula lama belum ada. Sehingga dalam pengukuran nilai realisasi bersih hanya didasarkan pada regulasi yang ada.

6. Penerapan standar keuangan yang baru mungkin akan mengubah kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Penggunaan standar akuntansi yang baru menimbulkan ketakutan dari pihak manajemen perusahaan bahwa hal itu akan mengubah kinerja perusahaan. Ketakutan ini mengakibatkan manajemen perusahaan enggan untuk menggunakan standar akuntansi syariah, sebab perubahan kinerja perusahaan akan memngakibatkan banyaknya biaya (cost) yang harus di keluarkan oleh perusahaan guna menyesuaikan dengan standar akuntansi keuangan yang baru.

7. Penerapan kaidah bagi hasil menuntut pemahaman dan penerapan sistem akuntansi yang benar dengan operasionalisasi yang relatif rumit.

Akuntansi syariah yang melarang pnggunaan riba, seperti bunga, dan menggantinya dengan sistem bagi hasil, memerlukan ilmu dan pemahaman baru yang lebih rumit implementasiannya dibandingkan dengan penggunaan sistem bunga pada akuntansi konvensional. Pemahaman akuntan yang kurang memadai dari sistem bagi hasil, menyebabkan akuntan, sebagai pihak penyusun laporan keuangan, enggan untuk menggunakan akuntansi syariah.

8. Transaksi syariah menyatukan aturan dan etika dalam akadnya yang mengharuskan adanya pemahaman dari kedua belah pihak

Akuntansi syariah mengharuskan kedua belah pihak yang bertransaksi untuk mengerti dan memahami akad dalam yang akan dilakukannya. Sebab tanpa adanya pemahaman dari kedua belah pihak, maka transaksi akan batal atas nama syariah. Tutntutan untuk adanya pemahaman dari kedua belah pihak ini, menurut manajemen akan menghambat transaksi perekonomian, yang pada akhirnya akan mengurangi omset dan laba perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan manajemen enggan untuk menerapkan akuntansi syariah di perusahaannya.

9. Penerapan prinsip akuntansi syariah masih relatif rumit, karena adanya perbedaan pendapat dari sudut syar’i.

Aturan syariah yang cenderung fleksibel, menyebabkan adanya perbedaan akad yang suatu jenis transaksi yang sama. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang berbeda-beda dari masing-masing pihak yang melakukan transaksi syariah, berdasarkan pada pemahaman dan keilmuannya. Dengan adanya perbedaan ini, maka dapat menyebabkan terjadinya inkonsistensi dalam pencatatan akuntansi syariah. Hal ini mengakibatkan stage holder mengalami kesulitan dalam memahami laporan keuangan, yang berakibat pada penurunan daya saing perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan manajemen enggan untuk menerapkan akuntansi syariah di perusahaannya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...