KONSEP PRODUKSI DALAM ISLAM
A. PENGERTIAN
PRODUKSI ISLAM
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
Produksi Islam adalah upaya atau
kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang dengan memperhatikan unsur
kemanfaatan dan menghindari dari ketidakberkahan (mubadzir) atas segala yang
telah diproduksi. Arah kegiatan ditujukan kepada upaya-upaya pengaturan yang
sifatnya dapat menambah atau menciptakan kegunaan (utility) dari suatu barang
atau mungkin jasa. untuk melaksanakan kegiatan produksi tersebut tentu saja
perlu dibuat suatu perencanaan yang menyangkut apa yang akan diproduksi, berapa
anggarannya dan bagaimana pengendalian / pengawasannya. Bahkan harus perlu
difikirkan, kemana hasil produksi akan didistribusikan, karena pendistribusian
dalam bentuk penjualan hasil produksi pada akhirnya merupakan penunjang untuk
kelanjutan produksi. Pada hakikatnya kegiatan produksi akan dapat dilaksanakan
bila tersedia faktor-faktor produksi, antara lain yang paling pokok adalah
berupa orang / tenaga kerja, uang / dana, bahan-bahan baik bahan baku maupun
bahan pembantu dan metode.
Para ahli ekonomi mendefinisikan
produksi sebagai “menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi manusia terhadap
sumber-sumber kekayaan lingkungan” Atau bila kita artikan secara konvensional,
produksi adalah proses menghasilkan atau menambah nilai guna suatu barang atau
jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Produksi tidak berarti
menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun yang
dapat menciptakan benda. Oleh karenanya dalam pengertian ahli ekonomi, yang
dapat dikerjakan manusia hanyalah membuat barang-barang menjadi berguna, disebut
“dihasilkan”.
Produksi, Produktivitas, dan Biaya
Keputusan tingkat produksi
senantiasa berkaitan dengan tingkat produktivitas factor – factor produksi yang
digunakan. Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama
dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktivitas
dan biaya mempunyai hubungan terbalik. Jika produktivitas makin tinggi, biaya
produksi akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya. Perilaku biaya juga
berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada factor produksi
tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak
tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua factor
produksi adalah variable, biaya juga variable. Artinya, besarnya biaya produksi
dapat disesuaikan dengan tingkat produksi.
Dalam jangka panjang, perusahaan
akan lebih mudah meningkatkan produktivitas disbanding dalam jangka pendek. Itu
sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya produksi, sehingga setiap
tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola pergerakan biaya rata-rata ini
berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka panjang. Untuk perusahaan yang
ber‖skala hasil menarik‖ (Increasing return to scale atau IRS), penambahan
tingkat produksi justru menurunkan biaya produksi. Sebaliknya dengan perusahaan
yang ber‖skala hasil menurun‖ (decreasing return to scale atau DRS).
Biaya Produksi Jangka Pendek
Biaya produksi jangka pendek adalah
jangka waktu dimana perusahaan telah dapat menambah faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam proses prooduksi. Dalam biaya produksi jangka pendek ditinjau
dari hubungannnya dengan produksi, maka dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Dalam hubungannya dengan tujuan
biaya:
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Langsung merupakan biaya-biaya
yang dapat diidentifikasi secara langsung pada suatu proses tertentu ataupun
output tertentu. Sebagai contoh adalah biaya bahan baku langsung dan tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Begitu juga dengan supervise, listrik,
dan biaya overhead lainnya yang dapat langsung ditelusuri pada departemen
tertentu.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect
Cost)
Biaya Tidak Langsung merupakan
biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada suatu proses
tertentu atau output tertentu, misalnya biaya lampu penerangan dan Air
Conditioning pada suatu fasilitas.
2. Dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan:
a. Biaya Tetap Total (Total Fixed
Cost / TFC)
Biaya Tetap Total adalah biaya yang
tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya tetap
merupakan biaya setiap unit waktu untuk pembelian input tetap. Misalnya: gaji
pegawai, biaya pembuatan gedung, pembelian mesin-mesin, sewa tanah dan
lain-lain. Biaya tetap dapat dihitung sama seperti biaya variabel, yaitu dari penurunan
rumus menghitung biaya total. Penurunan rumus tersebut, adalah:
TC = FC + VC FC = TC – VC
Keterangan: TC = Biaya Total (Total
Cost)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya tetap (FC) adalah biaya yang
besarnya tidak berubah seiring dengan berubahnya jumlah produksi (Q). Berapapun
jumlah produksi apakah mengalami kenaikan atau penurunan, maka jumlah biaya (P)
yang dikeluarkan adalah tetap.
b. Biaya Variabel Total (Total
Variable Cost / VC)
Biaya Variabel Total adalah biaya
yang dikeluarkan apabila berproduksi dan besar kecilnya tergantung pada banyak
sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang yang diproduksi biaya
variabelnya semakin besar, begitu juga sebaliknya. Biaya variabel rata-rata
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
VC = TC – FC
Biaya variabel (VC) adalah biaya
yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah produksi. Itulah sebabnya
kurva VC ini mengarah ke kanan atas.
c. Biaya Total (Total Cost / TC)
Biaya total merupakan jumlah
keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan yang terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya total adalah jumlah biaya
tetap dan biaya variabel.
Biaya total dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC
Biaya variabel merupakan unsur biaya
total karena biaya total memiliki sifat yang juga dimiliki oleh biaya variabel,
yaitu bahwa besarnya biaya total itu berubah-ubah seiring dengan
berubah-ubahnya jumlah output yang dihasilkan.
Biaya Total (TC) adalah penjumlahan
biaya tetap dan biaya variabel. Kurva TC memiliki bentuk yang persis sama
dengan bentuk kurva Biaya Variabel (VC), serta antara keduanya terpisah oleh
suatu jarak vertikal yang selalu sama.
d. Biaya Tetap Rata-Rata (Average
Fixed Cost / AFC)
Biaya Tetap Rata-Rata adalah hasil
bagi antara biaya tetap total dan jumlah barang yang dihasilkan. Rumus:
AFC = FC / Q
Keterangan: FC = Biaya Tetap Total
Q = Kuantitas
e. Biaya Variabel Rata-Rata (Average
Variable Cost / AVC)
Biaya variabel rata-rata adalah
biaya variable satuan unit produksi.
Rumusnya:
AVC = VC/Q
keterangan: VC = Biaya Variabel
Total
Q = Kuantitas
f. Biaya Total Rata-Rata (Average
Cost / AC)
Average Cost adalah biaya total
rata-rata yang dapat dihitung dari Total Cost dibagi banyaknya jumlah barang
tertentu (Q). Nilainya dihitung menggunakan rumus di bawah ini:
AC = TC /Q atau (VC+FC)/Q
AC = AVC + AFC
Biaya Produksi Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan
dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakan. Oleh
karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan dengan biaya tetap dan
biaya berubah. Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu
biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel,
biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total adalah sama dengan
perubahan biaya variabel dan sama dengan biaya marjinal.
Cara meminimumkan biaya dalam jangka
panjang dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya
kapasitas pabrik (plan size) yang akan meminimumkan biaya produksi dalam
analisis ekonomi kapasitas pabrik dapat digambarkan kurva biaya rata-rata (AC).
Sehinggas analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan
produksinya dalam usaha meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan
kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
Faktor yang akan menentukan
kapasitas produksi yang digunakan yaitu tingkat produksi yang akan dicapai
serta sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.
a) Biaya Rata-rata Jangka Panjang
(Long-run Average Cost/ LAC)
Biaya total rata-rata jangka panjang
adalah biaya total dibagi jumlah output.
LAC = LTC/Q
Keterangan : LAC = Biaya rata-rata
jangka panjang
Q = Jumlah output
b) Biaya Marginal Jangka Panjang
(Long-run Marginal Cost/LMC)
Biaya marginal jangka panjang adalah
tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Perubahan biaya
total adalah sama dengan perubahan biaya variabel. Biaya marginal jangka
panjang dapat dihitung dengan rumus:
LMC = ΔLTC / ΔQ
Keterangan: LMC = Biaya marginal
jangka panjang
ΔLTC = Perubahan biaya total jangka
panjang
ΔQ = Perubahan output.
c) Biaya Total Jangka Panjang
(Long-run Total Cost/LTC)
Biaya total jangka panjang adalah
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat
variabel. Biaya total jagka panjang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
LTC = LVC
Keterangan: LTC = Biaya total jangka
panjang
LVC = Biaya Variabel jangka panjang
Dalam jangka panjang titik terendah
dari suatu AC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk
memproduksikan suatu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC
lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya perhatikanlah AC1 dan
AC2. Titik A1 adalah titik ttterendah dari AC1. Dengan demikian dalam jangka
pendek, produksi sebesar QA dapat di produksikan dengan biaya yang lebih rendah
dari titik manapun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum
merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila kapasitas produksi yang
berikut digunakan (AC2), produksi sebesar QA akan mengeluarkan biaya sebesar
seperti yang ditunjukkan oleh titik A pada AC2. Dari contoh ini dapat
disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidakmenghubungkan setiap titik terendah
dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang.
B. PRINSIP-PRINSIP
PRODUKSI
Setiap orang boleh berusaha dan menikmati hasil usahanya
dan harus memberikan sebagian kecil usahanya itu kepada orang yang tidak mampu,
yang diberikan itu ialah harta yang baik. Allah SWT
adalah dzat yang pemurah, maka disediakanlah alam semesta ini untuk keperluan
manusia, disebutkan dalam QS. Lukman ayat 20, Artinya:
‘Tidakkah
kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah
tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi
penerangan.”
Syariah yang didasarkan pada
Al-Quran dan as-sunnah menurut Abdul Wahab Khalaf, bertujuan
untuk menebar maslahat bagi seluruh manusia yang terletak pada
terpenuhinnya kebutuhan-kebutuhan hidup. Untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, Allah telah menganugerahkan sumber-sumber
daya produktif. Adanya prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam
prinsip produksi adalah kesejahteraan ekonomi. Bahkan dalam sistem kapitalis
terdapat seruan untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan pada asas kesejahteraan
ekonomi. Dalam kesejahteraan ekonomi terletak pada kenyataan bahwa hal
itu tidak dapat mengabaikan pertimbangan kesejahteraan umum lebih luas
yang menyangkut persoalan-persoalan tentang moral, pendidikan, agama dan banyak
hal lainnya. Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern kesejahteraan ekonomi
diukur dari segi materi semata.
Uraian tersebut berdasarkan pada
prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sesuai
dengan QS.Al-Jaatsiyah:13, Artinya: ” Dan dia telah
menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
Dalam sistem produksi Islam, kosep
kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih luas. Konsep tersebut
terdiri dari bertambahnya pendapatan karena meningkatnya produksi melalui
pemanfaatan sumberdaya secara maksimum, juga melalui ikut sertanya jumlah
maksimum orang dalam proses produksi. Jadi sistem produksi dalam ekonomi
Islam harus dikendalikan oleh kriteria objektif maupun subjekti. Kriteria yang
objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi
uang. Dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur
dari segi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah Al-Qur’an dan
Sunnah. Karena unsur rohani tidak dapat dipisahkan dalam mengkaji
proses produksi dalam hal bagaimana manusia memandang faktor-faktor produksi
yang lain menurut cara pandang Al-Qur’an dan Hadis Rosulullah SAW. Arahan
mengenai prinsip-prinsip produksi adalah sebagai berikut: Tugas manusia
di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan
amalnya, karena sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam
pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.Islam selalu
mendorong kemajuan di bidang produksi.
Menurut Yusuf Qardhawi,
Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian,
eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penahanan
terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari
Al-Qur’an dan hadis.
Teknik produksi diserahkan kepada ke
inginan dan kemampuan manusia seperti sabda nabi: “kalian lebih
mengetahui urusan dunia kalian”.
Dalam berinovasi dan bereksperimen,
pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan
memaksimalkan manfaat. Sesungguhnya Islam menyuruh bekerja dan berbuat,
bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar adalah
konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT sebagai pemilik hak prerogratif yang
menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan
optimal.
Prinsip di atas merupakan prinsip
produksi secara umum. Ekonomi Islam yang bernuansa global bisa mencakup
sebagian besar dari prinsip-prinsip yang ada, lebih dari itu ada pula pendapat
sebagian pakar yang merinci prinsip-prinsip produksi dalam ekonomi Islam,
antara lain:
C.
PRODUKSI DITEMPUH DENGAN CARA
HALAL
Islam dengan tegas mengklasifikasikan
barang-barang (silah) atau komoditas ke dalam dua kategori. barang-barang yang
disebut Al-Qur’an Tayyibat yaitu barang-barang yang secara hukum haram
dikonsumsi dan diproduksi.
Khabais yaitu barang-barang yang
secara hokum dilarang dikonsumsi dan diproduksi seperti penegasan Al-Qur’an
dalam Surat Al-a’raf ayat 157 Artinya:
“(yaitu)
Orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka Itulah orang-orang yang
beruntung. ”
Seorang produsen muslim tidak boleh
menganggap cukup hanya karena produksinya halal. Tapi dia ha rus mencermati
bahwa saran dan cara produksinya juga mubah, sebagaimana dia juga harus
menjauhi aktifitas produksi yang berdampak buruk terhadap masyarakat maskipun
pada dasarnya mubah.
D.
KEADILAN DALAM PRODUKSI
Dalam melakukan
kegiatan produksi yang mengarah kepada kezaliman, seperti riba yang dapat
menghilangkan keadilan ekonomi Islam.
Modarat atau
kerusakan yang diakibatkan kerja ekonomi ribawi dapat merusak dan merugikan
ekonomi pribadi, rumah tangga, dan perusahaan.
Dalam masalah
ekonomi yang dilarang adalah tentang penimbunan (ikhtikar) terhadap
barang-barang kebutuhan bagi masyarakat. Seperti dikutip Al-Mubarra’,
menjelaskan bahwa Rasulullah pernah mengangkat Said Al-As yang dianggap
kredibel sebagai muhtasib untuk mengontrol dan mengawasi kegiatan bisnis di
kota Mekkah, dan Rasulullah sendiri mengecek keadaan perdagangan di pasar
madinah, sebagaimana dilaporkan Imam Muslim dalam sebuah hadis: Artinya:
“Nabi berjalan
di depan ongokan makanan tersebut, tiba-tiba jari beliau basah (karena makanan
yang lembab di bawah). Lalu beliau berkata: Apa ini hai penjual makanan?
Laki-laki itu menjawab, karena hujan ya Rasulullah, Rasul bersabda: tidakkah
kamu meletakkannya dibagian atasnya supaya dilihat oleh manusia. Ingatlah,
barangsiapa yang menipu maka bukanlah termasuk golongan kami”
E. PRODUKSI
YANG RAMAH LINGKUNGAN
Cara mencegah
kerusakan di muka bumi ini adalah dengan membatasi polusi, dan memelihara
keserasian agar ketersediaan sumberdaya alam tetap terjaga.
Memelihara
hubungan yang harmonis dengan alam sekeliling adalah satu keharusan bagi setiap
individu. Tidak dibenarkan merusak lingkungan hidup, karena manusia juga
membutuhkan air sungai yang bening dan udara yang bersih.
Orientasi dan
Target Produksi.
Sistem ekonomi
Islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Hal ini bagi Z. A.
Maulani, diistilahkan dengan kata-kata “tunduk di bawah
kesejahteraan social”, menundukkan ekonomi ke bawah hukum
kepentingan masyarakat adalah suatu prinsip yang ditegakkan berdasarkan prinsip
instruksi Allah.
Target yang dicapai untuk mencapai
swadaya di bidang komoditi ataupun swadaya jasa yang selanjutnya menciptakan
kehidupan yang layak yang dianjurkan Islam bagi manusia, untuk itu dalam
produksi mempunyai tujuan utama yang akan dicapai, yaitu:
a)
Target swasembada individu.
b)
Target swasembada masyarakat dan
umat
c)
Produksi Yang Sesuai Dengan
Kebutuhan Masyarakat
d)
Produksi dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
Kebutuhan yang harus dipenuhi harus
berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, terpeliharanya nyawa, akal, dan
keturunan atau kehormatan, serta untuk kemakmuran material. Untuk itu maka
segala bentuk penimbunan (ikhtikar) terhadap barang-barang kebutuhan bagi
masyarakat. pelaku penimbunan menurut Yusuf Kamal, mengurangi
tingkat produksi untuk menguasai pasar sangat tidak menguntungkan konsumen dan
masyarakat karena berkurangnya suplai dan melonjaknya harga barang.
Kegiatan
produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan. Kegiatan produksi
harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni dengan lingkungan sosial dan
lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih luas. Selain itu,
masyarakat juga nerhak menikmati hasil produksi secara memadai dan
berkualitas. Jadi produksi bukan hanya menyangkut kepentingan para produsen
(staock holders) saja tapi juga masyarakat secara keseluruhan (stake
holders). Pemerataan manfaat dan keuntungan produksi bagi keseluruhan
masyarakat dan dilakukan dengan cara yang paling baik merupakan tujuan utama
kegiatan ekonomi.
Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena
kelangkaan tetapi lebih kompleks. Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya
kelangkaan sumber daya ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi
juga disebabkan oleh kemalasan dan pengabaian optimalisasi segala anugerah
Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam maupunmanusia. Sikap terserbut dalam
Al-Qur’an sering disebut sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap
nikmat Allah[6]. Hal ini akan membawa implikasi bahwa prinsip
produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi secara luas adalah bagaimana
mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam kerangka pengabdian
manusia kepada Tuhannya.
Kegiatan produksi dalam perspektif
Islam bersifat alturistik sehingga produsen tidak hanya mengejar
keuntungan maksimum saja. Produsen harus mengejar tujuan yang lebih luas
sebagaimana tujuan ajaran Islam yaitu falah didunia dan akhirat. Kegiatan
produksi juga harus berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan
bagi masyarakat.
Prinsip pokok produsen yang
Islami yaitu : 1. memiliki komitmen yang penuh terhadap keadilan, 2.
memiliki dorongan untuk melayani masyarakat sehingga segala keputusan
perusahaan harus mempertimbangkan hal ini , 3. optimasi keuntungan
diperkenankan dengan batasan kedua prinsip di atas.
Ayat Al-Qur’an tentang Prinsip
Produksi Ayat yang berkaitan dengan faktor produksi Tanah dalam Surat As-Sajdah
:
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi
yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya
makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak
memperhatikan?
Ayat diatas menjelaskan tentang
tanah yang berfungsi sebagai penyerap air hujan dan akhirnya tumbuh
tanaman-tanaman yang terdiri dari beragam jenis. Tanaman itu dapat dimanfaatkan
manusia sebagai faktor produksi alam, dari tanaman tersebut juga dikonsumsi
oleh hewan ternak yang pada akhirnya juga hewan ternak tersebut diambil
manfaatnya (diproduksi) dengan berbgai bentuk seperti diambil dagingnya,
susunya dan lain sebagaiya yang ada pada hewan ternak tersebut.
Ayat ini juga memberikan
kepada kita untuk berfikir dalam pemanfaatan sumber daya alam dan proses
terjadinya hujan. Jelas sekali menunjukkan adanya suatu siklus produksi dari
proses turunnya hujan, tumbuh tanaman, menghasilkan dedunan dan buah-buahan
yang segar setelah di disiram dengan air hujan dan pada akhirnya diakan oleh
manusia dan hewan untuk konsumsi. Siklus rantai makanan yang berkesinambungan
agaknya telah dijelskan secara baik dalam ayat ini. Tentunya puila harus
disertai dengan prinsip efisiensi dalam memanfaatkan seluruh batas kemungkinan
produksinya.
Jadi dalam Islam, keberhasilan
sebuah system ekonomi tidak hanya disandarkan pada segala sesuatu yang bersifat
materi saja, tapi bagaimana agar setiap aktifitas ekonomi termasuk produksi,
bisa menerapkan nilai-nilai, norma, etika, atau dengan kata lain adalah akhlak
yang baik dalam berproduksi. Sehingga tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai
dengan aktifitas produksi yang sempurna.
Ayat yang berkaitan dengan faktor
produksi Tenaga Kerja dalam Surat Huud : 61
Dan kepada Tsamud (Kami utus)
saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya,
Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Kata kunci dari faktor
produksi tenaga kerja terdapat dalam kata wasta’marakum yang berarti pemakmur.
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini diharapkan oleh Allah untuk menjadi
pemakmur bumi dalam pemanfaatan tanah dan alam yang ada. Kata pemakmur
mengindikasikan untuk selalu menajdikan alam ini makmur dan tidak menjadi
penghabis (aakiliin) atau perusak alam (faasidiin). Manusia dengan akalnya yang
sempurna telah diperintahkan oleh Allah untuk dpaat terus mengoleh alam ini
bagi kesinambungan alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah segala macam
kegiatan produksi amat bergantung kepada siapa yang memproduksi (subyek) yang
diharapkan dpat menjadi pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Ayat yang berkaitan dengan faktor
produksi Modal dalam Surat Al-Baqarah : 272
Bukanlah kewajibanmu menjadikan
mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi
taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan
janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah.
dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi
pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Modal sangat penting dalam kegiatan
produksi baik yang bersifat tangible asset maupun intangible asset. Kata apa
saja harta yang baik menunjukkan bahwa manusia diberi modal yang
cukup oleh Allah untuk dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhannya secara
materi. Modal dapat pula memberikan makna segala sesuatu yang digunakan dan
tidak habis, untuk diputarkan secara ekonomi dengan harapan dari modal tersebut
menghasilkan hasil yang lebih, dari hasil yang lebih tersebut terus diputar
sampai pada pencapaian keuntungan yang maksimal (profit) dari modal yang kita
miliki yang pada akhirnya tercapailah suatu optimalisasi dari modal
tersebut.
Berikanlah maskawin (mahar) kepada
wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian
jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang
hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya.
Hadits yang berkaitan dengan prinsip
produksi.
HR Bukhari Muslim – “Tidak ada yang
lebih baik dari seseorang yang memakan makanan, kecuali jika makanan itu
diperolehnya dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika ada seseorang di antara
kamu mencari kayu bakar, kemudian mengumpulkan kayu itu dan mengikatnya dengan
tali lantas memikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu lebih baik ketimbang meminta-minta
kepada orang lain.”
HR Thabrani dan Dailami –
“Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat hamba-Nya yang berusaha mencari rezeki
yang halal”
HR Thabrani – “Berusaha mencari
rezeki halal adalah wajib bagi setiap muslim”
Hadit diatas menjelaskan tentang
prinsip produksi dalam Islam yang berusaha mengolah bahan baku (dalam hal ini
kayu bakar) untuk dapat digunakan untuk penyulut api (kompor pemanas makanan)
dan dari kompor yang dipanaskan oleh kayu bakar ini menghasilkan suatu makanan
yang dapat dikonsumsi. Nampaklah bahwa terjadi siklus produksi dari pemanfaatan
input berupa kayu bakar yang melalui proses sedemikian rupa berupa pemanasan
makanan yang pada akhirnya menghasilkan output berupa makanan yang dapat
dikonsumsi oleh manusia.
HR Bukhari – Nabi mengatakan,
“Seseorang yang mempunyai sebidang tanah harus menggarap tanahnya sendiri, dan
jangan membiarkannya. Jika tidak digarap, dia harus memberikannya kepada orang
lain untuk mengerjakannya. Tetapi bila kedua-duanya tidak dia lakukan – tidak
digarap, tidak pula diberikan kepada orang lain untuk mengerjakannya – maka
hendaknya dipelihara/dijaga sendiri. Namun kami tidak menyukai hal ini.”
Hadits tersebut memberikan penjelasn
tentang pemanfaatan faktor produksi berupa tanah yang merupakan faktor penting
dalam produksi . Tanah yang dibiarkan begitu saja tanpa diolah dan dimanfaatkan
tidak disukai oleh Nabi Muhammad SAW karena tidak bermanfaat bagi
sekelilingnya. Hendaklah tanah itu diagrap untuk dapat ditanami tumbuhan dan
tanaman yang dapat dipetik hasilnya ketika panen dan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar berupa pangan, penggarapan bisa dilakukan oleh si empunya tanah atau
diserahkan kepada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar