Rabu, 19 Februari 2025

PERAN MANAJER KEUANGAN DAN AKTUALISASI SYARIAH

 MATERI 3- MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Oleh:

Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak


Peran Manajer Keuangan dan Aktualisasi Syariah

 

A.    Pengertian Peran

Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, guru).

Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor lain. Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk mendeskripsikan teori peran.

Peran yaitu kegiatan yang dilakukan seorang ataupun kelompok dalam upaya menjalankan hak dan kewajibannya. Pelaku..peran dikatakan..telah berperan apabila sudah melaksanakan..hak dan kewajibannya sesuai.dengan status.sosialnya di masyarakat.

Peran yaitu kegiatan yang dilakukan seorang ataupun kelompok dalam upaya menjalankan hak dan kewajibannya. Pelaku..peran dikatakan..telah berperan apabila sudah melaksanakan..hak dan kewajibannya sesuai.dengan status.sosialnya di masyarakat.

Peran adalah ilmu sosial yang merupakan fungsi ketika seseorang menduduki posisi dalam struktur sosial, dimana seseorang..dapat..memainkan perannya saat..menduduki jabatan..tertentu, jadi perannya saat menduduki suatu jabatan adalah hak dan kewajiban yang harus ia jalankan.

Fungsi peran adalah mengatur perilaku seseorang dan juga menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain, dengan demikian, setiap orang yang menjalankan peranan tertentu akan saling menyesuaikan satu dengan yang lainnya. Kedua, hubungan sosial dalam masyarakat merupakan hubungan peran sesama individu dalam masyarakat, tentunya peran-peran tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peran lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses, idealnya seseorang menduduki status tertentu dalam masyarakat serta menjalankan peran tersebut secara optimal.

Terdapat lima aspek penting peran menurut Scott et al dalam (M. Alfi Syahri,2018) yaitu:

a.      Peran memiliki sifat Impersonal, artinya harapan ditentukan oleh posisi peran itu sendiri.

b.     Peran mempunyai kaitan dengan perilaku kerja (task behavior), artinya suatu perilaku yang diinginkan dalam pekerjaan tertentu.

c.      Peran itu adalah role clarity and role ambiguity, artinya sulit untuk dikendalikan.

d.     Peran itu mampu menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama bila dipelajari dengan cepat.

e.      Peran dan sebuah pekerjaan itu bukan sesuatu yang dapat disamakan, artinya seseorang yang memiliki pekerjaan tertentu bisa jadi memainkan perannya lebih dari satu bukan hanya pekerjaan itu saja contohnya ia yang seorang dokter juga merupakan seorang ayah peranan tidak hanya menjadi dokter namun juga menjadi ayah.

Peran terdiri dari tiga komponen, yaitu (Sutarto, 2009):

a.      Konsepsi peran, yaitu kepercayaan seseorang tentang apa yang dilakukan dengan suatu situasi tertentu.

b.     Harapan peran, yaitu harapan orang lain terhadap seseorang yang menduduki posisi tertentu mengenai bagaimana ia seharusnya bertindak.

c.      Pelaksanaan peran, yaitu perilaku sesungguhnya dari seseorang yang berada pada suatu posisi tertentu.

Kalau ketiga komponen tersebut berlangsung serasi, maka interaksi sosial akan terjalin secara berkesinambungan.

Peran dibagi menjadi tiga yaitu (Soekanto,2001):

a.      Peran aktif, adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas kelompok seperti, pengurus, pejabat, dan lain sebagainya.

b.     Peran partisipatif, adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok kepada kelompoknya dengan memberikan sumbangsih yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.

c.      Peran pasif, adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan diri untuk memberikan kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga dapat berjalan dengan baik

 

B.    Pengertian Manajer

Manajer (George R. Terry, 2012) adalah seseorang yang melaksanakan aktivitas manajemen atau pelaku manajemen.  Seseorang manajer mengetahui bahwa dalam rangka usha mencapai sasaran tertentu manusia perlu memperoleh komunikasi, memerlukan rangsangan, dan memerlukan kepemimpinan serta kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas secara memuaskan dan yang memberikan kepuasan.

Menurut Robert Tanembaum, Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Millet (1954), Manajer adalah orang yang memimpin serta melancarkan sebuah kinerja dari orang-orang yang sudah terorganisir secara formal sebagai sebuah kelompok guna memperoleh suatu tujuan yang sama. Kimball and Kimball (1951) garis besar serta penyusunana kerangka organisasi hingga pada pemilihan para pejabat teras di dalamnya.

 James A.F Stonner, Manejer adalah seseorang yang melakukan atau merangkai segala perencanaan, proses pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan usaha-usaha dari para anggota organisasi serta penggunaan sumbersumber daya organisasi lain guna mencapai tujuan organisasi yang sudah lama ditetapkan.

Prof. Dr. H. Arifin Abdurachman, Manejer diartikan dengan orang yang melakukan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas, proses (kegiatan di dalam rentetan maupun urutan-urutan, institut atau orang-orang yang melaksanakan kegiatan atau suatu proses kegiatan

Manejer adalah seseorang yang terdiri dari keseluruhan fungsi beserta tugas yang meliputi sebuah sistem penyusunan perusahaan, pembiayaan, penyediaan seluruh peralatan di sebuah perusahaan penetapan garis-

Manejer adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang baik dimana diakui oleh organisasi untuk bisa memimpin, mengelola, mengendalikan, mengatur dan mengembangkan organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuannya. Kemudian definisi manajer yang lainnya yaitu seseorang yang bisa mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan atau kegiatan.

Menggunakan istilah manajer untuk mengartikan siapa pun yang bertanggung jawab untuk melaksanakan keempat aktivitas utama dari manajemen dalam hubungan dengan waktu. Salah satu cara untuk memahami kompleksitas manajemen adalah memandang bahwa manejer dapat berada diberbagai tingkat yang berbeda dan dengan perbedaan cakupan kegiatan organisasi.

Manejer dapat dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu secara hierarki dan jelas keterampilan (Jones and George, 2011:53-58). Secara hierarki, seorang manejer dibedakan menurut tingkat atau peringkat mereka dalam hierarki kekuasaan otoritas organisasi. Selain berdasarkan hierarki, manejer dikelompokkan berdasarkan keterampilan . dalam suatu organisasi, terdapat departemen-departemen atau bagianbagian, seperti departemen produksi, pemasaran dan penjualan, keuangan, dan akuntansi, yang merupakan sekelompok manejer dan karyawan yang bekerja bersama karena mereka memiliki keterampilan pengalaman atau menggunakan pengetahuan , alat, atau teknik yang relative sama dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut manajer dikelompokkan lagi kedalam fungsi yang berbeda-beda berdasarkan keterampilan teknis, keterampilan pemasaran atau pengalaman yang dimilikinya. Keterampilan dapat dibedakan menjadi tiga macam , yaitu: keterampilan konseptual, keterampilan manusiawi, dan keterampilan teknis.

Pada suatu organisasi manejer sering dikelompokan menjadi manajer lini pertama, manajer tingkat menengah, serta manejer puncak , bisanya digambarkan dengan bentuk piramida, dimana jumlah dari karyawan lebih besar di bagian bawah dari pada dipuncak.

1)    Manejer lini pertama (first-line manager) Manejer lini pertama (first-line manager), dikenal dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkat yang paling rendah yang bertugas mengawasi dan memimpin karyawan non-manajerial yang ada di dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervasior), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

2)    Manejer tingkat menengah (middle manager) Manajer tingkat menengah (middle manager) mencakup semua manajemen yang berada diantara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan tugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah yaitu kepala bagian, pemimpin proyek, manejer pabrik.

3)    Manejer puncak (top manager) Manajer puncak (top manager), dikenal dengan executive officer, yang bertugas dengan meerencanakan strategi dan kegiatan perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan.

C.     Peran Manajer Keuangan

Menjadi manejer yang professional, harus memiliki tiga peran penting yaitu :

1)    Berkomunikasi dengan semua manager lini secara terus-menerus.

2)    Menghadiri konferensi untuk mengembangkan jaringan kerja.

3)    Mengawasi apa yang dilakukan oleh pesaing .

Dengan peran diatas maka kelanjaran suatu perusahaan akan lebih menguntungkan, dan dapat berjalan dengan baik sesuai aturan yang telah ditetapkan.

Manejer merupakan seorang yang mengembang tugas penting dalam sebuah organisasi. Menurut Mintzberg dalam robbins dan judge ( 2008 ) terdapat sepuluh peran yang berbeda dan di kelompokan menjadi tiga kategori yaitu:

1.     Peran hubungan antar pribadi.

Peran hubungan antar pribadi terdiri peran manejer sebagai tokoh yang harus mampu menjadi contoh yang baik bagi para bawahannya sehinga para karyawan akan bermotifasi untuk dapat bekerja dengan baik, peran sebagai pemimpin yang harus mampu mempengaruhi bawahan agar dapat bekerja sesuai aturan yang telah di tetapkan oleh perusahan, dan peran sebagai penghubung yang sangat penting untuk mencicpakan hubungan kerja sama dengan karyawan.

2.     Peran manejer sebagai penyebar informasi

Menurut Mintzberg yang kedua adalah peran informasi yang terdiri dari peran sebagai pemantau, penyebar informasi dan juru bicara organisasi. Peran sebagai pemantau diantaranya pemberian tambahan penghasilan, pujian dan pemberian hadia, cara lain yaitu dengan memberikan hukuman yang merupakan jenis pemberian motifasi secaraa negatif kepada karyawan apabila pekerjaan mereka kurang baik. Sebagai penyebar informasi manejar harus harus memberikan informasi kepada karyawan dengan jelas, dan dapat meminimalisir terjadinya kesalapahaman informasi. Manejer juga harus bertangung jawab menjelaskan kepada pihak luar apabila terjadi sesuatu hal yang menyangkut perusahan karena manejer juga berperan sebagai juru bicara organisasi.

3.     Peran manejer sebagai pengambilan kepuasan

Peran manajer yang ketiga yaitu peran manejer sebagai pengambilan kepusan, terdiri dari peran kewirausahaan, sebagai penyelesai masalah dan pengalokasi sumberdaya. Manejer harus berani mengambil resiko terhadap keputusannya merupakan contoh peran sebagai wirausaha. Jika terjadi konflik atau perselisihan diantara individu dalam perusahan maka peran manejer sangat dibutuhkan untuk mencari pemecahan masalah, sedangakan sebagai pengalokasi sumber daya, manejer harus dengan tepat dalam menempatkan karyawan sesui kemampuan, sebab karyawan akan bersemangat untuk bekerja sesuai dengan tangung jawabnya bila ditempatkan sesuai dengan keahliannya.

D.    Syarat dan Ketentuan Menjadi Manajer Keuangan

Definisi dari manajemen keuangan adalah manajemen dana yang berkaitan dengan dari mana perusahaan dapat membiayai aktivitas usahanya dan akan dialokasikan ke mana dana yang telah dimilikinya.

Manajer akuntansi bertugas memberikan informasi akuntansi yang ditujukan untuk manajer di setiap divisi ataupun manajemen perusahaan agar lebih siap di dalam menganalisis, mengelola, mengontrol dan mengambil keputusan bisnis.

Tidak mudah untuk menjadi manajer keuangan dan akuntansi yang andal di perusahaan. Dibutuhkan soft skill, mental, pengalaman yang tinggi, dan tentu saja semua itu ada prosesnya.

Sehingga, perlu banyak persiapan khususnya bagi Anda yang masih fresh graduate, yang masih duduk di bangku kuliah, atau yang baru bekerja di perusahaan untuk:

1)   Mengetahui dan menggali tugas seorang manajer akuntansi dan keuangan

2)   Menguasai kemampuan yang harus dimiliki

3)   Memahami syarat dan cara menjadi manager keuangan dan akuntansi yang kredibel di masa yang akan datang

 

Perbedaan Manajer Keuangan dan Manajer Akuntansi

Baik manajer akuntansi maupun manajer keuangan memiliki prospek pekerjaan yang menjanjikan dan tersedia di banyak industri. Hal ini karena kedua posisi ini berperan penting dalam keuangan perusahaan.

Meskipun demikian, namun tugas dan tanggung jawab kedua pekerjaan ini relatif berbeda.

Biasanya seorang manager keuangan sudah memiliki pengalaman akuntansi dan keuangan yang lebih banyak, sehingga terlibat secara langsung pada pengambilan keputusan jangka panjang.

Sementara seorang manajer akuntansi umumnya lebih fokus pada transaksi keuangan sehari-hari dan pelaporan.

Tugas Manajer Keuangan dan Akuntansi

Terdapat tugas yang membutuhkan kerja sama antara kedua posisi ini terutama untuk membuat laporan keuangan, menawarkan saran untuk meningkatkan keuangan perusahaan, dan melakukan analisis keuangan.

Namun, kedua profesi ini juga memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang cukup kontras.

Tugas manajer keuangan lebih strategis dan berfokus untuk:

1)    Membantu perusahaan membuat keputusan dalam mengontrol pengeluaran biaya agar menjadi lebih efisien

2)    Meningkatkan nilai perusahaan sekaligus memimpin karyawan keuangan lainnya.

Sedangkan tugas dan tanggung jawab manajer akuntansi berfokus pada:

1.     Komputasi dan pencatatan perhitungan keuangan sehari-hari

2.     Memahami dan mematuhi peraturan akuntansi

3.     Menyiapkan pajak

4.     Memeriksa catatan keuangan untuk menghindari kesalahan atau human error

 

Kemampuan atau Skill yang Harus Dimiliki Untuk Menjadi Manajer Keuangan dan Akuntansi

Secara umum, kedua profesi ini memerlukan dua jenis kemampuan utama yaitu Soft Skills dan Hard Skills yang masing-masing memegang peranan penting dalam perusahaan, yaitu:

1.     Soft Skills

Berikut daftar soft skill yang wajib dimiliki oleh Anda yang ingin menjadi seorang manajer kauangan maupun akuntansi, yakni:

a)     Komunikasi. Seorang manajer keuangan dan akuntansi memerlukan kemampuan komunikasi yang cerdas dan jelas, baik dalam aspek kemampuan berbicara, menulis, hingga menjelaskan data dan informasi atau membuat sebuah rekomendasi.

b)    Koordinasi. Manajer keuangan dan akuntansi membutuhkan keterampilan koordinasi untuk mengelola dan mengatur banyak karyawan dan pekerjaan pada saat yang bersamaan.

c)     Kepemimpinan. Manajer keuangan dan akuntansi bertindak sebagai pemimpin dalam departemen mereka, berkoordinasi dengan eksekutif untuk membahas tujuan perusahaan, dan membuat rencana untuk seluruh karyawan di divisi keuangan dan akuntansi untuk memenuhi tujuan tersebut. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, maka posisi ini membutuhkan keterampilan kepemimpinan yang kuat.

d)    Detail. Bertanggung jawab untuk mengontrol dan memantau keuangan perusahaan, maka profesi ini memerlukan kemampuan untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan detail karena harus memperhatikan data keuangan dan mengoreksi kesalahan dalam pelaporan keuangan atau penganggaran dana perusahaan.

2.     Hard Skills

Sedangkan hard skill yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

a.     Akuntansi. Manajer keuangan dan akuntansi membutuhkan keterampilan ini untuk memahami dan mendiskusikan laporan keuangan.

b.     Keterampilan Teknis. Seiring berkembangnya teknologi di bidang keuangan yang semakin bervariasi, maka manajer keuangan membutuhkan keterampilan teknis dalam mengoperasikan berbagai teknologi keuangan yang digunakan oleh perusahaan.

c.      Analisis Data dan Keuangan. Keterampilan kuantitatif dan analitis memungkinkan manajer keuangan dan akuntansi dalam meninjau data keuangan perusahaan dan pasar untuk mengidentifikasi risiko dan peluang.

d.     Pelaporan Keuangan. Manajer keuangan dan akuntansi harus memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan mematuhi peraturan dan undang-undang. Manajer ini juga membuat, menganalisis, dan menyajikan laporan keuangan agar memudahkan dalam pengambilan keputusan bisnis oleh perusahaan.

 

Syarat dan Cara Menjadi Manajer Keuangan dan Akuntansi

Berikut syarat dan cara menjadi manajer keuangan dan akuntansi yang hebat di masa depan:

1)    Motivasi Diri Anda Sendiri

Memang bukanlah hal yang mudah untuk memunculkan motivasi dalam diri sendiri. Karena sebagian besar orang cenderung menyesuaikan dengan suasana hatinya. Lalu bagaimana cara memotivasi diri? Mulailah dengan mengatakan dan meyakinkan diri sendiri bahwa Anda bisa menjadi seorang manajer yang Andal di perusahaan. Langkah awal ini bisa menjadi pemicu alam bawah sadar Anda untuk memberikan aura positif terhadap keyakinan dan membantu dalam membentuk komitmen. Sehingga secara tidak langsung, Anda akan mulai melakukan aktivitas yang mendukung Anda untuk menggapai impian sebagai manajer keuangan dan akuntansi.

2)    Berorganisasi

Untuk Anda yang ingin menjadi Manajer yang hebat, tipe gaya kepepimpinan Anda sangat dinilai oleh atasan maupun bawahan Anda. Sehingga, berorganisasi merupakan solusi yang tepat agar diri Anda siap dalam menghadapi segala tantangan di masyarakat, dan dengan begitu Anda akan terlatih dengan sendirinya.

3)    Pendidikan yang Berkualitas

Pendidikan yang kuat adalah dasar yang bagus untuk setiap profesi berbasis pengetahuan. Hanya menjadi lulusan atau menjadi MBA tidak bisa disebut sebagai pendidikan yang baik. Mulailah dengan selalu menantang diri sendiri untuk kursus profesional di tingkat tersulit. Hal ini akan membawa pengetahuan Anda ke tingkat yang baru. Dengan mencoba untuk turut serta mengikuti sebuah kursus profesional yang baru dan menantang, akan memantik semangat Anda untuk memiliki pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik tidak berarti bahwa belajar di sekolah-sekolah ternama. Pendidikan yang baik selalu datang dari dalam diri individu. Semangat itu akan mendorong Anda menuju belajar keterampilan baru, subjek dan teknologi. Kecuali, Anda memiliki kecenderungan kuat terhadap pembelajaran dan pendidikan, selalu tidak mungkin untuk menjadi konsultan yang baik. Misalnya, jika Anda seorang akuntan atau akuntan manajemen, itu akan selalu sangat membantu Anda untuk menjadi konsultan keuangan yang baik.

4)   Mendalami Teori Akuntansi Menengah (Intermediate) & Lanjutan (advance)

Apabila sudah memasuki semester 3 sampai semester 7 di perkuliahan, pasti telah merasakan mata kuliah analisis laporan keuangan, akuntansi keuangan, dan akuntansi keuangan lanjutan. Tidak ada salahnya bagi Anda yang ingin menjadi manajer yang Andal, untuk mendalami kembali materi ini. Karena dengan begitu, pengetahuan dan wawasan Anda pun akan semakin baik.

5)   Mengikuti Pelatihan Keuangan dan Akuntansi

Ini merupakan investasi untuk Anda, karena semuanya tidak ada yang instan dan butuh proses. Pelatihan keuangan & akuntansi sangan penting, mengapa? Karena akan menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan. Anda bisa mengikuti pelatihan, seperti Pelatihan Akuntansi Keuangan, mengikuti Pusat Pengembangan Akuntansi Keuangan (PPAK), mengikuti ujian Certified Public Accountant (CPA), dan masih banyak lagi.

E.     Aktualisasi Manajer Keuangan Syariah

Keuangan syariah adalah jenis kegiatan pembiayaan yang harus sesuai dengan Syariah (Hukum Islam). Konsep ini juga dapat merujuk padainvestasi yang diperbolehkan menurut Syariah. Perbedaan utama antara keuangan konvensional dan keuangan Islam adalah bahwa beberapa praktik dan prinsip yang digunakan dalam keuangan konvensional dilarang keras di bawah hukum Syariah.

Aktualisasi manajer keuangan syariah melibatkan beberapa aspek penting. Pertama, Peran Manajer Keuangan sangat krusial dalam mengelola keuangan syariah. Mereka harus bekerja sama dengan manajer lainnya untuk mencapai tujuan perusahaan.Dalam konteks syariah, manajer keuangan harus memahami Etika dalam Manajemen Keuangan Syariah.Ini meliputi memastikan bahwa kegiatan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti tidak melibatkan riba atau spekulasi.

Dalam mengaktualisasikan manajer keuangan syariah, juga perlu mempertimbangkan Tanggung Jawab Sosial. Ini meliputi memastikan bahwa kegiatan keuangan syariah berdampak positif pada masyarakat dan lingkungan.

F.     Tantangan Manajer Keuangan pada Era Digital

Manajer keuangan di era digital menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang mereka hadapi:  

1)    Transformasi Digital dalam Keuangan

Harus memahami dan menerapkan teknologi finansial (FinTech) seperti blockchain, AI, big data, dan otomatisasi dalam pengelolaan keuangan.   Beradaptasi dengan sistem akuntansi berbasis cloud untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.  

2)    Keamanan dan Risiko Siber 

Ancaman kejahatan siber seperti pencurian data dan peretasan sistem keuangan semakin meningkat. Harus memastikan keamanan transaksi digital dan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data seperti GDPR.   General Data Protection Regulation (GDPR) adalah undang-undang privasi Eropa yang menjadi berlaku pada 25 Mei 2018. GDPR menggantikan EU Data Protection Directive, yang juga dikenal sebagai Directive 95/46/EC, dan ditujukan untuk menyelaraskan undang-undang perlindungan data di seluruh Uni Eropa (UE) dengan menerapkan satu undang-undang perlindungan data yang mengikat di seluruh negara anggota.

3)    Volatilitas Pasar dan Ketidakpastian Ekonomi 

Fluktuasi nilai tukar, inflasi, dan krisis global dapat berdampak pada stabilitas keuangan perusahaan.   Harus memiliki strategi manajemen risiko yang kuat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi.  

4)    Perubahan Regulasi Keuangan

Peraturan keuangan dan perpajakan sering berubah, terutama terkait transaksi digital dan kripto. Harus selalu up-to-date dengan regulasi lokal maupun internasional.  

5)    Persaingan dan Inovasi dalam Dunia Keuangan  

Munculnya FinTech dan layanan keuangan digital menuntut perusahaan untuk berinovasi agar tetap kompetitif.   Manajer keuangan harus mampu menyesuaikan strategi keuangan dengan tren industri.  

6)    Pengelolaan Big Data dan Analisis Keuangan  

Harus mengelola dan menganalisis data dalam jumlah besar untuk pengambilan keputusan yang lebih akurat.    Memanfaatkan AI dan machine learning untuk membuat prediksi keuangan yang lebih baik.  

7)    Perubahan Perilaku Konsumen dan Digitalisasi Pembayaran   Konsumen lebih memilih transaksi digital seperti e-wallet, cryptocurrency, dan mobile banking . Harus memastikan sistem pembayaran perusahaan aman, efisien, dan sesuai dengan preferensi pelanggan.  

 

Untuk menghadapi tantangan ini, manajer keuangan harus terus belajar, mengembangkan keterampilan digital, dan mengadopsi teknologi terbaru agar tetap relevan dan efektif dalam mengelola keuangan perusahaan

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ahmadi, Abu, 1982. Sosiologi Pendidikan: Membahas Gejala Pendidikan dalam Konteks Struktur Sosial Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

George R. Terry. 2012. Asas-Asas Manajemen. Bandung : Alumni.

Lailatus Sa'adah. (2020). Manajemen Keuangan. Jombang: Universitas KH. A Wahab Hasbullah.

M. Alfi Syahri. 2018. Peran dan Wewenang Majelis Tuha Peut dalam Membuat Kebijakan Partai Aceh (Studi Kasus Dewan Pimpinan Partai Aceh), Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3, No. 1.

Mardiasmo. 2018. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah: Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Ratna dumilah. 2021. Manajemen Keuangan Teori Dan Praktik. Surabaya: Cipta Media Nusantara (CMN)

Ria, Anita. 2020. Analisis Penerapan Aplikasi Keuangan Berbasis Android pada Laporan Keuangan UMKM Mekarsari. Depok: Universitas Indrprasasti

Soemitra, Andri. 2010. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana

Sarwono. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT Balai Pustaka.

Sutarto. 2009. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: UGM Press.

Soekanto, 2001. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Riyan Nuryadin, dkk., 2015. Teologi untuk Pendidikan Islam. Yogyakarta: K-Media.

PROSES PENELITIAN DAN VARIABEL DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

 MATERI 3- METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Oleh:

Eny Latifah,S.E.Sy.,M.Ak


Proses Penelitian dan Variabel dalam Penelitian Kuantitatif

 

A.    Pengertian dan Proses Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode pendekatan ilmiah untuk mengumpulkan data dari sebuah fenomena yang bersifat statistik di mana menggunakan data numerik.

Pengertian lain menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif adalah metode pengumpulan, analisis, hingga interpretasi terhadap hasil.

Proses penelitian kuantitatif dimulai dari langkah-langkah yang harus diperhatikan untuk dapat menyusun, menganalisis serta menemukan jawaban atas permasalahan secara efektif dan efesien. Berikut adalah langkah-langkah dalam penelitian kuantitatif:

1.     Identifikasi masalah

Merumuskan dan mendefinisikan masalah sesuai dengan acuan teori yang telah diketahui sebelumnya. Masalah harus sudah didukung oleh fakta empiris berdasarkan kajian dari literatur yang relevan.

Identifikasi masalah merupakan langkah awal yang sangat penting dalam suatu proses penelitian. Ketika seorang peneliti menangkap fenomena yang berpotensi untuk diteliti maka langkah selanjutnya adalah mendesak adanya suatu identifikasi masalah dari suatu fenomena yang tengah diamati tersebut.

Dalam suatu penelitian sosial, proses identifikasi masalah sendiri dapat dilakukan dengan cara mendeteksi suatu permasalahan sosial yang tengah diamati. Dari situ, peneliti kemudian akan mengambil langkah untuk mengetahui lebih lanjut, bisa dengan melakukan berbagai observasi, membaca literatur, atau bahkan melakukan survei awal.

Identifikasi masalah dalam suatu penelitian merupakan langkah yang diambil oleh seorang peneliti di awal riset. Peneliti sendiri akan melakukan identifikasi masalah dengan menjelaskan terlebih dahulu apa masalah yang ditemukan serta bagaimana masalah tersebut akan diukur dan dihubungkan dengan suatu prosedur penelitian.

Setelah masalah penelitian telah diidentifikasi, yaitu didefinisikan dan dibuat agar dapat diukur, artinya peneliti telah cukup siap untuk menyusun pertanyaan penelitian serta mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan juga sebagai rangkaian dari penerapan metode ilmiah.

Metode ilmiah ini sendiri dapat diaplikasikan jika problem-problem ini telah diidentifikasi. Langkah-langkah metode ilmiah setelah identifikasi masalah adalah membuat pertanyaan penelitian serta membuat rumusan masalah.

Secara berurutan, proses selanjutnya ialah membaca literatur yang relevan, membuat desain penelitian, melakukan penelitian serta mengumpulkan data dan mengolah data, memformulasikan hipotesis atau kerangka teori, membuat kesimpulan atau temuan penelitian yang terakhir diantaranya adalah  menulis laporan penelitian.

Secara cermat sendiri prosedur metode ilmiah akan mengidentifikasi suatu masalah yang umumnya terletak pada bagian paling awal, atau bahkan sebelum rumusan masalah tersebut diaplikasikan atau sebelum pertanyaan penelitian disusun.

Artinya, mengidentifikasi masalah dapat dianggap pula sebagai proses ”meramu bahan mentah” untuk kemudian ”menyajikan masakan” berupa rumusan-rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Jika suatu identifikasi masalah diibaratkan proses memasak, maka makanan yang disajikan adalah rumusan masalah.

Secara singkat prosedur yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk melakukan identifikasi suatu masalah yaitu Mulanya ialah memahami teori, fakta, serta ide yang diangkat dalam bidang yang telah diteliti. Peneliti juga diharuskan untuk mengetahui penelitian dalam bidang-bidang ini.

Hal ini sendiri dapat didapatkan melalui review literatur, pengetahuan baru yang akan berkaitan dengan minat peneliti kemudian dapat diperoleh melalui jurnal internasional, buku-buku baru dan majalah, survei sasaran pada suatu penelitian lebih lanjut yang diberikan di akhir laporan penelitian, serta tinjauan proyek penelitian, dan situasi kehidupan.

Juga hubungan yang dibangun dalam suatu penelitian terkait dan implikasi progresif karena adanya suatu kemajuan teknologi dan masalah keingintahuan pada seorang peneliti dan minat alami peneliti.

Ada lima cara membuat identifikasi masalah yang bisa dilakukan, yaitu:

1.     Melakukan Identifikasi Masalah Secara Umum

Cara pertama dalam membuat identifikasi masalah adalah dengan melakukan identifikasi masalah secara umum. Identifikasi masalah secara umum ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan umum atau secara luas mengenai permasalahan dari penelitian yang dilakukan.

Pertanyaan yang diajukan secara umum ini nantinya dapat dipersempit lagi untuk mendapatkan jawaban yang lebih fokus dan tidak terlalu luas atas masalah yang diteliti. Melakukan identifikasi masalah secara umum juga dapat membantu untuk menggali masalah dengan lebih dalam.

2.     Memahami Sifat Masalah

Memahami sifat masalah adalah cara kedua dalam membuat identifikasi masalah. Dengan memahami sifat masalah secara mendalam, maka peneliti akan dapat melakukan penelitian dan mencari solusi dari permasalahan dengan lebih tepat.

Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk memahami sifat masalah, misalnya seperti membaca berbagai literatur, atau melakukan berbagai diskusi. Diskusi yang dilakukan salah satunya adalah dengan pihak akar rumput atau grass root, untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari masalah yang akan diteliti.

3.     Mengumpulkan Literatur

Membaca berbagai literatur menjadi cara yang bisa dilakukan untuk memahami sifat masalah. Sebelum membaca literatur, langkah yang harus dilakukan adalah mengumpulkan literatur. Cari dan kumpulkanlah literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Mengumpulkan literatur akan membantu peneliti untuk mendapatkan ide-ide baru, mengetahui penelitian terkait, mempersempit masalah, hingga menentukan desain dari penelitian yang dilakukan.

4.     Mengembangkan Ide-Ide

Berbagai ide baru diperlukan dalam membuat identifikasi masalah. Ide baru ini diperlukan agar penelitian yang dilakukan menghasilkan penelitian yang baru dan lain dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Mengembangkan ide-ide penelitian ini bisa dilakukan dengan cara melakukan diskusi untuk mendapatkan informasi baru. Diskusi bisa dilakukan dengan orang yang pernah melakukan penelitian yang sama sebelumnya.

Melakukan diskusi ini dapat membuat peneliti mendapatkan sudut pandang baru akan masalah yang akan diteliti berikutnya.

5.     Menyusun Ulang Masalah Penelitian

Cara terakhir dalam membuat identifikasi masalah adalah dengan menyusun ulang masalah penelitian dengan cara membaca kembali masalah penelitian. Membaca dan menyusun ulang masalah penelitian akan membantu peneliti untuk lebih memahami masalah yang akan diangkat atau diteliti dalam penelitian yang dilakukannya.

 

2.     Hipotesis

a)   Pengertian Hipotesis

Hipotesis diformulasikan relevan dengan masalah yang dirumuskan. Bisa dilakukan dengan referensi teoritis atau mengkaji penelitian sebelumnya.

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni hupo dan thesis. Hupo memiliki makna sementara dan thesis adalah teori atau pernyataan.

Dapat disimpulkan arti hipotesis adalah pernyataan sementara. Inilah praduga peneliti terhadap masalah penelitian. Namun, hipotesis ini bukanlah kebenaran. Karena praduga, hipotesis bisa benar dan bisa juga salah.

Penggunaan hipotesis contohnya seperti proses penelitian tentang hubungan antara kebiasaan manusia buang sampah dan tingginya jumlah sampah di Indonesia. Berdasarkan data sementara yang kamu dapatkan, hipotesis yang muncul adalah kebiasaan manusia tersebut berhubungan dengan jumlah sampah. Artinya, kebiasaan buruk manusia berpengaruh terhadap tingginya jumlah sampah dari waktu ke waktu.

Penulisan hipotesis tidak dapat disebut kebenaran. Meskipun kamu merancang hipotesis berlandaskan data yang valid dan kuat. Untuk membuktikan hipotesis ini benar atau tidak, kamu harus melakukan penelitian tersebut. Hasil penelitian akan menunjukkan apakah sesuai dengan hipotesis atau justru menghasilkan temuan baru.

Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah suatu penelitian. Hipotesis hanya disusun dalam jenis penelitian inferensial, yakni jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu hipotesis selalu melalui teknik analisis statistik inferensial, sedangkan penelitian deskriptif tidak memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis.

Hipotesis dapat disusun oleh peneliti berdasarkan landasan teori yang kuat dan didukung hasil-hasil penelitian yang relevan. Peneliti harus memahami tentang isi dan bagaimana langkah-langkah dalam merumuskan suatu hipotesis penelitian.

b)   Rumusan Hipotesis

Rumusan hipotesis memiliki persyaratan atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh peneliti. Adapun beberapa ciri-ciri rumusan hipotesis, menurut Soesilo (2015) sebagai berikut:

1)      Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative statement), bukan kalimat tanya. Pernyataan tersebut sebagai pandangan peneliti berdasar hasil kajian teori yang digunakan.

2)      Peneliti harus konsisten (tidak berubah-ubah) mengenai isi hipotesisnya. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan kajian yang mendalam tentang teori yang digunakan dalam menyusun hipotesisnya.

3)      Dalam penelitian eksperimen hipotesis berisi pernyataan mengenai efektivitas, perbedaan, atau pengaruh dari suatu variabel ke variabel yang lain. Dalam hipotesis sedikitnya ada dua variabel yang diteliti.

4)      Hipotesis harus dapat diuji (testable). Selain menjelaskan tentang cara (teknik) pengukuran masing-masing variabel yang akan diteliti, dalam bagian metodologi penelitian juga harus menjelaskan teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

c)    Jenis-Jenis Hipotesis

Dalam penelitian inferensial, khususnya pada penelitian korelasi dan komparatif, hipotesis digolongkan menjadi dua, yakni hipotesis tanpa arah yang disebut juga dengan hipotesis dua arah dan hipotesis searah, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1)    Hipotesis Tanpa Arah (Dua Arah)

Hipotesis tanpa arah merupakan rumusan (kalimat) hipotesis yang berisi pernyataan hanya mengenai adanya hubungan atau hanya ada perbedaan, tanpa menjelaskan arah hubungan di antara variabel yang diteliti, misalnya berarah positif (+) atau berarah negatif (-). Sebagai misal, hipotesis tanpa arah “Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa”. Dalam contoh tersebut tidak dijelaskan arah hubungan (apakah berarah hubungan positif atau negatif) di antara variabel motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

Contoh lain, hipotesis yang berbunyi “Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa berdasar motivasi belajar”. Dalam hipotesis ini juga tidak disertakan penjelasan motivasi belajar mana yang memiliki prestasi belajar tinggi.

2)    Hipotesis Searah

Hipotesis searah pada umumnya disusun sebagai pernyataan yang menunjukkan arah hubungan atau perbedaan dari dua variabel yang diteliti; arah mencerminkan hubungan positif atau sebaliknya negatif. Sebagai misal hipotesis penelitian “Semakin tinggi motivasi belajar siswa, diikuti semakin tinggi prestasi siswa”; menunjukkan arah hubungan yang positif. Contoh lain “Semakin tinggi konsep diri, diikuti semakin rendah agresivitas siswa”; yang menggambarkan ada hubungan yang bersifat negatif.

Hipotesis dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. 

1)    Hipotesis Kerja/Alternatif

Hipotesis kerja kerap juga disebut hipotesis alternatif (Ha). Namun, ada kalanya hipotesis disimbolkan dengan H1. Jadi, hipotesis kerja ini berfungsi untuk menyatakan hubungan antara variabel X dan Y. Hipotesis ini juga bisa menunjukkan adanya perbedaan antar dua kelompok. Hipotesis ini menjelaskan adanya hubungan antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Ada hubungan antara tingkat kemiskinan dan ketersediaan lowongan pekerjaan.

2)   Hipotesis Nol

Sedangkan hipotesis nol (null hypotheses) biasanya disimbolkan dengan Ho. Nama lain hipotesis ini adalah hipotesis statistik. Dinamai demikian karena sering dipakai dalam penelitian kuantitatif yang membutuhkan perhitungan statistik. Kebalikannya dengan hipotesis hipotesis Ho menerangkan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan mahasiswa dengan peluang mencari kerja

Macam-Macam Hipotesis Menurut Bentuknya

Menurut bentuknya, hipotesis dibedakan menjadi 3 macam, yaitu hipotesis ralasional/asosiatif, hipotesis deskriptif, dan hipotesis komparatif.

(1)           Hipotesis Relasional atau Asosiatif

Hipotesis relasional diartikan sebagai jawaban sementara atas hubungan antara dua variabel atau lebih. jadi, hipotesis ini dirumuskan berdasarkan rumusan masalah yang asosiatif  atau menggambarkan suatu hubungan. Dalam pengertian lain, hipotesis asosiatif secara eksplisit atau terang menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. 

Rumusan masalah asosiatif: adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan barang yang terjual? Kemudian hipotesis adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang yang terjual.

Maka, contoh hipotesis nol (ho) dan hipotesis alternatif (ha) nya adalah:

Ho : ρ = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.

Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan,

ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

 

(2)           Hipotesis Deskriptif

Berbeda dengan hipotesis asosiatif, hipotesis deskriptif menunjukkan hubungan antar variabel secara implisit. Sehingga hubungan tersebut cenderung tersembunyi, tidak jelas seperti hipotesis penelitian. Jadi hipotesis deskriptif hanya memberi gambaran tentang sampel penelitian.

 Rumusan masalah: bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y? 

Contoh hipotesis nol dan hipotesis alternatif:

Hipotesis Nol:

1) Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau

2) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y (“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).

3) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar).

Hipotesis Alternatif:

Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari karyawan PT Y.

Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y. 3) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y.

Hipotesis statistiknya:

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Ho : µ1 ≥ µ2

Ha : µ1 < µ2

 

(3)           Hipotesis Komparatif 

Macam hipotesis yang terakhir, hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono, hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Sedangkan menurut Ridwan hipotesis komparatif  dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat membedakan. Secara ringkas, hipotesis komparatif adalah dugaan tentatif dari rumusan masalah yang komparatif. Artinya variabelnya sama, hanya saja populasi, sampel, atau keadaan yang berbeda.

Rumusan masalah deskriptif: Berapa daya tahan lampu pijar merk X?

Contoh hipotesis pada sebuah penelitian berupa:

Hipotesis Deskriptif

Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho), karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi. Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X tidak sama 600 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.

3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

Ho : µ = 600

Ha : µ ≠ 600

µ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel

 

d)   Cara Menyusun Hipotesis

Perlu dipahami bahwa rumusan hipotesis penelitian tidak “jatuh dari langit” atau muncul secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian tidak dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja, meskipun dugaan peneliti dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil penelitiannya kelak. Jadi, hipotesis dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti, tetapi berasal dari penguraian landasan teori yang disusun sebelumnya.

Teori tersebut mengkaitkan keberadaan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu, telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Seperti yang dinyatakan oleh Azwar (1999), bahwa dalam merumuskan suatu hipotesis, terdapat dua cara. Cara pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang (mereview) teori atau konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian beserta hubungan dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai proses berpikir deduktif. Cara kedua adalah dengan membaca dan mereviu hasil atau temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Hal ini yang disebut sebagai proses berpikir induktif. Setelah menelaah teori-teori maupun temuan-temuan hasil penelitian, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya. Hasil kajian teori maupun temuan hasil penelitian tersebut merupakan bekal (landasan) penting bagi peneliti dalam menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu, pada umumnya hipotesis diletakkan setelah peneliti menelaah teori, konsep maupun temuan hasil penelitian, yakni pada bagian akhir bab II dari suatu laporan penelitian.

Hipotesis harus diuji kebenarannya melalui uji statistik dengan menggunakan teknik analisis yang tepat. Hipotesis yang telah disusun perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan teknik analisis statistik lanjut. Pemilihan teknik analisis statistik tersebut tergantung dari beberapa hal, yakni jenis penelitian, tujuan penelitian dan jenis skala data pada masing-masing variabel.

Dalam perumusan hipotesis secara statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Terdapat dua macam hipotesis yakni
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang ditulis selalu berpasangan. Jika salah satu ditolak, yang lain pasti diterima, sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau H0 ditolak pasti Ha diterima. Dengan dipasangkan itu, dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.

Di bawah ini merupakan contoh pernyataan yang dapat dirumuskan sebagai hipotesis statistiknya:

1.     Dalam suatu penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa”, rumusan hipotesis statistiknya disusun sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa

Ha  :   Ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa

2.     Dalam peneltian eksperimen yang berjudul “Efektivitas Layanan BK terhadap peningkatan Percaya Diri Siswa”, rumusan hipotesis statistiknya disusun sebagai berikut:

Ho : Layanan BK tidak efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa

Ha : Layanan BK efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa

e)   Pembuktian Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian inferensial yang harus menguji suatu hipotesis, termasuk penelitian eksperimen, pembuktian suatu hipotesis selalu terkait dengan istilah signifikansi. Pemahaman mengenai taraf signifikansi sangat penting dalam penggunaan metode statistika guna menguji hipotesis. Hal ini disebabkan bahwa kesimpulan penelitian inferensial selalu disandarkan pada keputusan statistik, yang tidak dapat ditopang oleh taraf kepercayaan mutlak seratus persen.

Dalam penelitian inferensial, peneliti selalu menggunakan probabilitas (peluang) yakni adanya peluang kesalahan dalam menolak atau menerima hipotesis. Dalam analisis yang menggunakan statistik, taraf signifikansi (sig) sering kali diberi simbol p atau simbol alpha (α) dinyatakan dalam proporsi atau persentase, yang berarti besarnya peluang
kesalahan.

Menurut kesepakatan para ahli statistik, peluang kesalahan tertinggi yang masih dapat diterima adalah sebesar 0,05 atau 5%; berarti peluang kesalahan sebesar 5 % artinya kesalahan sebanyak 5 dari 100 kejadian. Sebaliknya, hal tersebut juga berarti bahwa taraf kepercayaannya sebesar 100-5 = 95% atau 0,95. Dalam penelitian sosial, khususnya dalam bidang pendidikan taraf signifikansi pada umumnya diukur dari p sebesar 1%, atau 5%.

Saat melakukan analisa penelitiannya, peneliti terutama perlu membaca (menginterpretasi) hasil Sig (p), dan diikuti dengan membaca nilai (score) r (koefisien korelasi). Sedangkan pada penelitian uji beda, setelah peneliti membaca hasil sig, diikuti dengan skore t (hasil uji-t), atau F (hasil Anova), dan skore r square (r2).

Perlu ditekankan kembali bahwa signifikansi hasil penelitian (peluang kesalahan) dirujuk dari taraf signifikansi (p atau sig) yang diketemukannya. Dalam analisis penelitian, sebaran hasil peluang kesalahan (sig) dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

1.     p < 0,01, maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis diterima!

2.     p < 0,050 (antara 0,011 – 0,050), maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan signifikan. Dengan demikian hipotesis diterima!

3.     P > 0,05, maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan nirsignifikan (tidak signifikan). Dengan demikian hipotesis ditolak!

Sebagai contoh, penelitian eksperimen tentang Pengaruh Model Pembelajaran Penugasan terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa, yang menghasilkan sig=0,089, dan besarnya r square 0,061. Hal ini berarti bahwa dalam penelitian tersebut tidak ada pengaruhi yang signifikan model pembelajaran penugasan terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dengan demikian, hipotesis yang berbunyi ” Model Pembelajaran Penugasan berpengaruh terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa” ditolak. Sumbangan efektif dari model pembelajaran penugasan terhadap keberadaan motivasi belajar mahasiswa nampak rendah, yakni hanya sebesar 6,1%.

Ada perbedaan dalam pembuktian (pengujian) hipotesis pada penelitian inferensial (termasuk penelitian eksprimen) dengan penelitian tindakan. Pembuktian hipotesis pada penelitian inferensial selalu menggunakan uji statistik, seperti yang dijelaskan di atas. Diterima atau ditolaknya suatu hipotesis dikaji dari hasil skor signifikansinya. Jika skor signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,050 maka hipotesis peneltian teresebut tidak signifikan alias ditolak. Sedangkan pada penelitian tindakan, pengujian hipotesis dikaji dari hasil setiap tindakan yang dibandingkan dengan rumusan indikator ketercapaian penelitian tersebut.

f)      Cara Merumuskan hipotesis

Hipotesis penelitian menjadi hal paling penting yang mempengaruhi seluruh proses selama penelitian nantinya.

Cara merumuskan hipotesis penelitian:

3)    Observasi Topik Masalah

Langkah pertama dan harus dilakukan adalah melakukan observasi topik permasalahan yang akan diangkat menjadi topik penelitian utama Kita. Ada beberapa cara dalam melakukan observasi, bisa dengan studi literatur, studi lapangan dan wawancara.

Kedua bisa dengan kunjungan lapangan. Kunjungan lapangan ini bisa dengan membawa alat ukur yang jelas untuk mengukur masalah yang ada di tempat rencana penelitian. Ya, seperti penelitian pendahuluan lah ya. Misalnya, seperti pengecekan BOD dan COD pada sungai X. Dengan data yang akurat dan terbaru, kita bisa memulai memikirkan hipotesis apa yang cocok dan pas.

Terakhir, melakukan wawancara. Kadang, permasalahan tidak harus selalu saintis dan ada terlihat tetapi juga harus digali dari sisi sosial. Dengan wawancara, pengalian informasi masalah dan observasi bisa semakin lebih dalam lagi serta mengetahui sejarah yang ada.

4)    Membuat Daftar Permasalahan

Setelah melakukan observasi yang cukup banyak, lengkap dan komprhensif, selanjutnya adalah menyusun semua masalah yang muncul selama observasi. Tulisalah permasalahan yang muncul dalam sebuah kertas atau aplikasi seperti microsoft word supaya lebih mudah dibaca dan dicetak.

3)    Memulai Menulis Hipotesis

Kenali dahulu menganai apa itu H0 dan H1 dalam membuat hipotesis yang baik dan benar. Sebelumnya, sudah dijelaskan lengkap dalam dua artikel penting berikut ini.

4) Memastikan Hipotesis Bisa di Uji

Langkah terakhir dalam tahapan cara merumuskan hipotesis, yaitu memastikan bahwa hipotesis yang kita pilih bisa diuji. Jika hipotesis tidak bisa diuji artinya hipotesis tersebut tidak bisa digunakan lagi dan kurang tepat untuk diteliti lebih lanjut. Baik tidaknya sebuah hipotesis untuk dilanjutkan menjadi sebuah penelitian bisa dengan menjawab 3 pertanyaan penting ini.

(a)    Apakah hipotesis yang dibuat sudah berfokus pada topik memang bisa diuji secara ilmiah?

(b)    Apakah hipotesis yang dibuat sudah memuat variabel independen (bebas) dan dependen (terikat)?

(c)    Apakah hipotesis yang dibuat sudah memuat prediksi akan hasil penelitian atau belum?

3.     Penyusunan rancangan penelitian

Rancangan Penelitian adalah suatu proses dalam melakukan penelitian sosial yang bertujuan untuk mencari jawaban atau solusi terhadap suatu masalah sosial dalam penelitian.

Singkatnya, rancangan penelitian dapat diartikan sebagai tata cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya dalam suatu penelitian. Sementara itu, secara spesifik tergantung pada bidang penelitian yang digunakan.

Sifatnya spesifik, rinci, jelas, dan sudah ditentukan sejak awal penelitian. Langkah-langkah yang sudah ditetapkan akan menjadi pedoman penelitian yang dipegang teguh.

Rancangan kuantitatif merupakan rancangan untuk membuat suatu penelitian dengan mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar, atau video yang tidak dapat diukur dengan angka. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik-teknik analisis kualitatif.

Jenis rancangan kualitatif biasanya menggunakan sampel yang kecil dan tidak representatif dari populasi.

Untuk menentukan subjek penelitian dalam rancangan penelitian sosiologi, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

1.     Tentukan Topik Penelitian

Topik ini harus merupakan masalah sosial yang teridentifikasi dan relevan dengan konteks sosial yang akan diteliti. Kamu bisa menentukan topik penelitian dengan melihat isu atau keresahan di sekitarmu, selanjutnya lakukan observasi masalah tersebut untuk menjawab masalah dalam topik penelitian. 

Kamu bisa mengeksplorasi masalah atau pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian tersebut. Misalnya, dengan membaca literatur yang tersedia di bidang tersebut, bertanya kepada ahli di bidangnya, dan sebagainya.

Contohnya, kamu ingin membahas permasalahan meningkatnya penderita depresi di kotamu. Nah, kamu bisa mengambil topik penelitian, "Pengaruh intervensi psikologis terhadap kualitas hidup penderita depresi di Kota X"

Topik tersebut mencoba menjawab pertanyaan tentang bagaimana intervensi psikologis dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang yang menderita depresi. Untuk penelitian nanti, kamu bisa mengombinasikan teori dan praktik dari psikologi. 

2.     Tentukan Populasi yang Akan Diteliti

Populasi ini harus merupakan kelompok orang yang memiliki karakteristik yang sama atau setidaknya memiliki karakteristik berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Cara menentukan populasi dalam sebuah penelitian adalah dengan menentukan sasaran penelitian.

3.     Tentukan Sampel yang Akan Diteliti

Untuk menentukan sampel yang akan diteliti dalam sebuah penelitian, pertama-tama kamu perlu menentukan tujuan penelitian dan apa yang ingin diketahui dari penelitian tersebut.

Kemudian, kamu juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran sampel yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, sumber sampel yang tersedia, dan metode pengambilan sampel yang akan digunakan.

Sampel yang akan diteliti harus representatif dari populasi yang akan diteliti, sehingga hasil penelitian dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas.

4.     Tentukan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan topik dan tujuan penelitian. Sesuaikan juga dengan kemampuan dan keterbatasan.

5.     Tentukan Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipilih harus sesuai dengan metode pengumpulan data yang telah dipilih sebelumnya, serta sesuai dengan tujuan penelitian.

6.     Tentukan Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam hal ini harus memastikan untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dengan hati-hati agar hasil penelitian kamu dapat dipercaya. Setelah menentukan poin-poin yang disebutkan di atas, maka akan dengan mudah menentukan apa yang akan menjadi subjek penelitian.

B.    Tahap-tahap Proses Penelitian Kuantitatif

Proses penelitian kuantitatif dimulai dari teori, hipotesis, desain penelitian, memilih subjek, mengumpulkan data, memproses data, menganalisa data, dan menuliskan kesimpulan.

Langkah 1: Memilih Masalah Awal dari suatu penelitian adalah masalah. Istilah masalah mengimplikasikan adanya suatu teka-teki yang harus dipecahkan (Robert R. Mayer dan Ernest Greenwood, 1984). Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, suatu perasaan tidak menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. Jika ada keraguan, kesangsian, kebingungan, atau kemenduaan tentang suatu fenomena, itu dianggap sebagai masalah penelitian. Setiap situasi yang di dalamnya terdapat ketidaksesuaian (discrepancy) antara aktual dan ideal diharapaan atau antara apa yang ada (what is) dan seharusnya ada (should be) dapat disebut sebagai masalah (Uma Sekaran, 1992). Menurut Nachmias dan Nachmias, "A problem is an intellectual stimulus caliing for an answer in the form of scientific inquiry." (David Nachmias & Chava Nachmias, 1987). Masalah penelitian tidak akan datang dengan sendirinya. Ia merupakan sebuah proses akumulasi dari hasil perenungan terhadap hasil bacaan, pengamatan, pengalaman empiris, diskusi, seminar, dan sebagainya, yang diendapkan, didialogkan, dimatangkan, didialektikkan, dan sebagainya, sehingga menghasilkan sebuah permasalahan. Dengan kata lain, permasalahan adalah sebuah problematika yang serius, dan bukan sekedar kalimat bertanya.

Permasalahan tersebut dinilai sebagai sesuatu yang tidak dapat dibiarkan, melainkan harus dipecahkan, karena dapat menimbulkan dampak buruk atau keadaan yang merugikan dan menyesatkan, baik terhadap konsep atau teori-teori ilmiah, maupun terhadap kebijakan, perilaku, dan opini publik.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, terdapat sejumlah contoh yang dapat dikategorikan sebagai masalah, sebagai berikut:

1.     Masalah yang berkenaan dengan terjadinya penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan. Contoh masalah untuk kasus ini antara lain berkenaan dengan adanya perubahan dari sebuah keadaan kepada keadaan baru. Pada lima puluh tahun yang lalu, misalnya diketahui bahwa jumlah masyarakat yang menyekolahkan anaknya ke pesantren cukup banyak, namun sekarang terjadi penurunan. Permasalahan penelitiannya adalah mencari berbagai faktor secara mendalam yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut.

2.     Masalah yang berkaitan dengan rencana yang ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Adanya perbedaan antara yang direncanakan dengan hasilnya yang dicapainya tentu ada masalah sebagai penyebabnya.

3.     Masalah yang berkaitan dengan adanya perubahan dari keadaan yang baik kepada yang tidak baik, tentu disebabkan adanya berbagai masalah yang muncul. Permasalahan yang muncul inilah yang selanjutnya menjadi permasalahan dalam penelitian.

Langkah 2: Melakukan Riset Pendahuluan (Preliminary Research) Riset pendahuluan adalah riset yang dilakukan sebelum riset yang sesungguhnya dilakukan. Riset pendahuluan ini perlu dilakukan dalam rangka menemukan masalah penelitian secara tepat, benar, dan komprehensif. Hal ini perlu dilakukan, karena sebuah masalah penelitian bukan didasarkan pada tebak-tebakan atau perkiraan-perkiraan, melainkan fakta-fakta dan data-data.

Ketika peneliti ingin meneliti adanya perubahan yang terjadi pada sebuah lembaga pendidikan misalnya, maka si peneliti terlebih dahulu harus melakukan pendekatan terhadap pimpinan dan berbagai pihak yang terdapat di lembaga pendidikan tersebut, fakta-fakta sumber data yang mungkin didapat, lokasi lembaga dengan tempat tinggal si peneliti, beberapa literature yang mungkin dapat digunakan. Semua kegiatan ini harus dilakukan dalam riset pendahuluan. Dengan riset pendahuluan ini selain akan dapat dipetakan masalah yang akan diteliti, juga akan dapat dikemukakan adanya dukungan dari pimpinan lembaga, serta berbagai kemudahan dan kesulitan yang mungkin dijumpai dalam penelitian. Dengan demikian, seorang peneliti dapat menentukan masalah atau objek penelitian seenaknya atau berdasarkan perkiraan semata-mata, karena tidak tertutup kemungkinan munculnya hambatan dan kendala dari lembaga yang akan diteliti tersebut.

Riset pendahuluan dapat dilakukan tinjauan pustaka atau kajian terhadap hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya, yaitu kajian terhadap skripsi, tesis, disertasi, dan publikasi lainnya. Kajian tersebut sesungguhnya bukan hanya berkaitan dengan masalah atau ruang lingkup yang dikaji dalam hasil penelitian tersebut, melainkan dapat pula dilakukan terhadap metodologi dan pendekatan yang dilakukan. Tinjauan pustaka ini berguna, selain untuk menghindari terjadinya duplikasi atau pengulangan terhadap masalah yang akan diteliti, juga dalam rangka memperkaya wawasan, memetakan masalah, dan menyusun kerangka dan alur berpikir, bahkan merumuskan teori atau hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian. Dengan kata lain, dengan tinjauan pustaka ini akan terlihat celah yang masih terbuka untuk penelitian selanjutnya atau untuk pendalaman dan pengembangan konsep.

Seperti teori pengumpulan data pada umumnya, maka sumber pengumpulan informasi untuk mengadakan riset pendahuluan ini dapat dilakukan pada tiga objek. Yang dimaksud dengan objek di sini adalah apa yang harus dihubungi, dilihat, diteliti, atau dikunjungi yang kira-kira akan memberikan informasi tentang data yang akan dikumpulkan. Ketiga objek tersebut ada yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person), dan tempat (place). Oleh karena dinyatakan dalam kata bahasa Inggris, untuk lebih mudahnya mengingat, disingkat dengan 3P.

1.           Paper; dokumen, buku-buku, majalah atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya (findings). Studi ini juga disebut kepustakaan atau literature studi.

2.           Person; bertemu, bertanya, dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber.

3.           Place; tempat, lokasi, atau benda-benda yang terdapat di tempat penelitian. Seseorang yang berhasrat besar untuk mengadakan penelitian ke daerah pedalaman, mungkin mengurungkan niatnya setelah mengadakan penelitian pendahuluan, karena ternyata daerah yang akan dikunjungi terlalu sulit untuk dicapai sehingga tidak akan seimbang antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang akan dicapai (Suharsimi Arikunto, 2010).

Langkah 3: Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah Mengidentifikasi masalah bukan hanya sekedar menemukan sejumlah masalah yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, melainkan melakukan pendalaman dan pemahaman yang saksama terhadap sejumlah aspek yang dianggap sebagai masalah, serta keterkaitannya antara satu aspek dengan aspek lainnya. Identifikasi masalah dapat pula disebut sebagai analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusunnya ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah ini, maka permasalahan dapat diketahui tingkat signifikasi, urgensi, urutan, dan hubungannya.

Untuk dapat melakukan analisis masalah, maka pertama-tama peneliti harus mampu mendudukkan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematik. Dengan usaha ini, akan terlihat hubungan antara satu masalah dengan masalah yang lain, baik masalah yang memengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya seorang peneliti harus menetapkan dan memilih masalah dari sejumlah masalah yang ada untuk ditetapkan sebagai masalah yang akan diteliti. Penetapan dan pemilihan masalah ini harus disertai alasan, misalanya karena masalah tersebut belum diteliti, lebih menarik perhatian, serta alasan teknis lainnya, termasuk ketersediaan waktu, sarana prasarana, dan kemampuan akademik peneliti. Permasalahan yang telah dibatasi tersebut, selanjutnya, dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang bersifat operasional, atau berupa rumusan teknis operasional.

Dengan kata lain, rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. Pertanyaan penelitian adalah krusial. Tidak adanya pertanyaan penelitian atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan secara buruk akan berdampak pada buruknya penelitian. Konsiderasi yang perlu diperhatikan ketika mengembangkan pertanyaan penelitian untuk skripsi, tesis, disertasi, atau proyek adalah: Jelas (be clear), Dapat diteliti (be researchable), Berhubungan dengan penetapan teori dan penelitian (connect with established theory and research), Berhubungan dengan yang lain (be linked to each otheri), Memiliki potensi untuk pembuatan satu kontribusi untuk pengetahuan (have potential for making a contribution to knowledge) dan Spesifik, mempunyai presisi dan tidak mendua; rumusan masalah harus mencakup analisis unsur-unsur yang paling sederhana, ruang lingkup dan batasan-batasannya, dan spesifikasi terperinci dari arti semua kata yang berarti dalam penelitian (Alan Bryman, 2004)..

Dilihat dari segi level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu masalah yang bersifat deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

1.           Rumusan masalah deskriptif atau disebut juga eksploratif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.

2.           Rumusan masalah komparatif atau disebut juga eksplanatif, yaitu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. Misalnya: Adakah perbedaan dinamika murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?

3.           Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif ini dapat dibagi lagi menjadi hubungan yang bersifat simetris, kausal, dan resiprokal atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada, karena ada sebabnya. Selanjutnya hubungan resiprokal adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara satu fenomena dengan fenomena lainnya. Hubungan interaktif adalah hubungan timbal balik antara dua variabel atau lebih.

Langkah 4: Merumuskan Hipotesis Hipotesis berasal dari kata 'hypo' yang berate 'di bawah' dan 'thesa' yang berarti 'kebenaran.' Istilah hipotesis telah didefiniskan dalam beberapa definisi, antara lain adalah:

1)    Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih (Fred N. Kerlinger, 1995).

2)    A hypothesis is a proposition that is stated in testable form and predicts a particular relationship two (or more) variables (Kenneth D. Bailey, 1987).

3)    Hypotheses are tentative answers to research problems (Nachmias, 1987). Jadi, hipotesis adalah sebuah kesimpulan atau jawaban sementara yang berrsifat teoritis yang dihasilkan melalui kajian secara mendalam dan saksama terhadap berbagai teori (referensi) yang relevan. Hipotesis inilah yang selanjutnya perlu dibuktikan melalui penelitian.

Dengan demikian, untuk merumuskan sebuah hipotesis, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berpikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Dengan demikian, jika jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Adapun persyaratan untuk hipotesis adalah sebagai berikut: Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas; Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel; Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan (Suharsimi, 2010).

Ada beberapa variasi tipe hipotesis yang digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah:

1)          Hipotesis deskriptif (descriptive hypotheses) untuk menggambarkan variabel independen atau dependen,

2)          Hipotesis korelasional (corelational hypotheses) tentang dua atau lebih variabel independen dan dependen yang meliputi hipotesis asosiatif (associative hypotheses),

3)          Hipotesis kausal (causal hypotheses), dan hipotesis perbedaan (different hypotheses) atau hipotesis perbandingan (comparative hypotheses) antara dua atau lebih kelompok dalam istilah variabel independen (Robert B. Burns, 2000).

4)          Hipotesis alternative (alternative hypotheses) dan hipotesis nol (null hypotheses). Hipotesis terarah (directional) dan tidak terarah (nondirectional).

Langkah 5: Menentukan Metode dan Menyusun Instrumen Sesuai dengan sifat dan karakter penelitian kuantitatif, maka metode yang dapat digunakan dalam penelitian kuantitatif ini dapat berupa metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, dan policy research. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk tes, angket/koesioner, pedoman wawancara, dan panduan observasi. Dalam hal instrument merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpul data. Terdapat kaintan antara metode dan instrument pengumpul data. Pemilihan satu jenis metode pengumpul data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrument. Sebaliknya, satu jenis instrument dapat digunakan untuk berbagai macam metode (Suharsimi Arikunto, 1995).

Pasangan Metode dan Instrumen Pengumpul Data (Suharsimi Arikunto, 1995):

1.        Metode Angket (questionnaire) menggunakan instrument: Angket (questionnaire) Daftar cocok (check list) Skala (scale), inventori (inventory);

2.        Metode Wawancara (interview) menggunkan instrument: Pedoman wawancara (interview guide) Daftar cocok (check list)

3.        Metode Pengamatan (observation) menggunakan instrument: Lembar pengamatan (observation sheet), panduan pengamatan (onservasi schedule), Daftar cocok (check list);

4.        Metode Ujian atau tes (test) menggunakan instrument: Soal ujian, soal test (test) Inventori (inventory) Daftar cocok (check list) Tabel (table)

Sebelum instrument tersebut digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian tersebut harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas dan reliabilitas adalah merupakan sebuah proses pengujian keabsahan data dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Sedangkan pada penelitian kuantitatif, sebuah temuan atau kesimpulan dinyatakan valid apabila suatu temuan diproses melalui langkah-langkah oenelt yang benar, yaitu mulai dari perumusan hipotesis, penentuan populasi dan sampling, penggunaan instrument pengumpulan data, serta teknik analisis statistic yang benar. Selain itu, validitas dan reliabilitas ini juga dapat dilakukan melalui dengan cara apabila data yang sama dilakukan analisis oleh peneliti yang lain juga sama hasilnya.

Langkah 6: Menentukan Sumber Data Sebelum memilih dan menentukan sumber data dalam proses penelitian, terlebih harus mengetahui sumber data kaintannya dengan seluruh atau sebagian sumber data. Apabila penelitian melibatkan seluruh data yang diteliti disebut penelitian populasi, sedangkan jika hanya sebagian data yang mewakili populasi disebut penelitian sampel.

Dengan kata lain, populasi adalah jumlah keseluruhan dari sumber informasi yang dibutuhkan, sedangkan sampling adalah sebagian dari populasi tersebut yang diperkirakan dapat mewakili jumlah populasi yang ada. Sampling ini diambil dengan pertimbangan, karena jumlah populasi amat besar, dan tersebar luas, yang tidak mungkin dapat terjangkau seluruhnya, karena adanya berbagai keterbatasan. Agar sampling yang ditentukan tersebut benar-benar dapat mewakili (representative), maka terdapat berbagai cara untuk menentukannya, seperti random sampling, stratifice sampling, purposive sampling, dan sebagainya. Berbagai sampling ini dapat digunakan tergantung pada sifat dan karakter dari populasi yang ada (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989; J. Vredenbregt, 1978).

Langkah 7: Mengumpulkan Data Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh melalui suatu proses yang disebut pengumpulan data. Pengumpulan data dapat didefinsikan sebagai satu proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu. Adapun pengumpulan data melalui beberapa metode pengumpul data penelitian adalah sebagai berikut:

1.     Pengumpulan data melalui kuesioner atau angket Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data.

Prosedur penyusunan kuesioner:

a.      Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.

b.     Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.

c.      Menjabarkan setiap variabel menjadi subvariabel yang lebih spesifik dan tunggal.

d.     Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

2.     Pengumpulan data melalui interviu Penggunaan metode interviu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data. Dibandingkan dengan mengedarkan angket kepada responden, interviu sangat rumit. Dalam melakukan interviu, peneliti harus memerhatikan sikap pada waktu dating, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan; dan pedoman wawancara terstruktur, yakni pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check list.

3.     Pengumpulan data melalui observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan terjadi. Peranan yang paling penting dalam menggunakan metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati suatu kejadian, gerak, atau proses. Mengamati bukanlah pekerjaan yang mudah karena manusia banyak dipengaruhi oleh minat dan kecenderungan0kecenderungan yang ada padanya. Padahal hasil pengamatan harus sama, walaupun dilakukan oleh beberapa orang. Dengan kata lain, pengamatan harus objektif.

4.     Pengumpulan data melalui dokumentasi Tidak kalah penting dengan metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, dan agenda. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati Trianto, 2010).

Langkah 8: Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dinyatakan sebelumnya. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi (Nan Lin, 1976).

Analisis data mempunyai dua tujuan, yakni meringkas dan menggambarkan data (to summarize and describe the data) dan membuat inferensi dari data untuk populaasi dari mana sampel ditarik (to make inferences from the data to the population from which the sample was drawn) (Kerlinger, 1995).

Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu:

1.           Persiapan, meliputi: mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan mengecek macam isian data.

2.           Tabulasi, meliputi: memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, memodifikasi jenis data dengan teknik analisis yang akan digunakan, dan memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan computer.

3.           Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian, metode analisis dapat dibedakan atas metode diskriptif dan metode korelasional. Jika penelitian bertujuan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena berdasarkan data yang terkumpul, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Jika penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mencari hubungan antara dua fenomena, baik asosiasi mapun kausal, analisis data yang digunakan adalah analisis korelasional (Ulber Silalahi, 2009).

Langkah 9: Menarik Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu proses penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas, maka tampak bahwa proses penelitian kuantitatif bersifat linear, yaitu bahwa langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan dan saran.

Apabila kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari problematik yang dikemukakan, maka isi maupun banyaknya kesimpulan yang dibuat juga harus sama dengan isi dan banyaknya problematik. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan contoh berikut ini.

1.     Problematik

a.      Apakah orang tua murid di daerah pedesaan memberikan motivasi belajar yang sama dengan orang tua murid di kota?

b.     Apakah ayah mempunyai peranan yang sama dengan ibu dalam memberikan motivasi belajar, baik di daerah pedesaan maupun di kota?

2.     Hipotesis  

a.      Orang tua murid di daerah pedesaan memberikan motivasi belajar yang sama dengan orang tua murid di kota.

b.     Ayah dan ibu mempunyai peranan yang sama besar dalam memberikan motivasi belajar, baik di daerah pedesaan maupun di kota.

3.     Kesimpulan Penelitian (salah satu kemungkinan)

a.      Orang tua murid di daerah pedesaan tidak dapat memberikan motivasi belajar sebesar yang diberikan orang tua murid di kota.

b.     Ada perbedaan yang signifikan antara ayah dan ibu didalam memberikan motivasi belajar, baik bagi orang tua murid di daerah pedesaan maupun di kota (Suharsimi Arikunto, 2010).

Langkah 10: Membuat Laporan Penelitian Laporan penelitian merupakan dokumen tertulis yang mengomunikasikan metode serta temuan penelitian kepada orang lain. Di dalam menulis laporan penelitian, kita seperti sedang bercerita. Agar apa yang kita ceritakan dapat dipahami oleh pembaca, maka harus diperhatikan persyaratan-persyaratan tertentu, sesuai dengan aturan-aturan penulisan karya ilmiah.

1.     Pertama, penulis laporan harus tahu betul kepada siapa laporan itu ditujukan.

2.     Kedua, penulis laporan harus menyadari bahwa pembaca laporan tidak mengikuti kegiatan prose penelitian. Namun dalam hal ini, pelapor mengajar orang lain untuk mencoba mengikuti apa yang telah ia lakukan. Oleh karena itu, langkah demi langkah harus dikemukakan secara jelas termasuk alasan-alasan mengapa hal itu dilakukan.

3.     Ketiga, pelapor menyadari bahwa latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan minat pembaca laporan tidaklah sama. Penting dikemukakan dengan jelas letak dan kedudukan hasil penelitiannya dalam konteks pengetahuan secara umum.

4.     Keempat, laporan penelitian merupakan elemen pokok dalam proses kemajuan ilmu pengetahuan. Tidak semua yang dikerjakan selama penelitian berlangsung dapat dilaporkan. Oleh karena itu, dalam menulis laporan penelitian, yang dipentingkan adalah jelas dan meyakinkan (Suharsimi Arikunto, 2010).

Dalam menentukan variabel, Anda tidak bisa melakukannya sembarangan. Ada beberapa langkah yang perlu Anda lakukan. Berikut ini cara menentukan variabel penelitian secara umum yang perlu diterapkan.

1)    Menentukan Masalah Utama Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap suatu permasalahan atau fenomena. Oleh karena itulah Anda perlu memahami terlebih dahulu masalah yang akan diteliti.  

2)    Menentukan Faktor Permasalahan Langkah selanjutnya yang perlu Anda lakukan menetaskan faktor permasalahan dan dampak yang ditimbulkannya. Dalam langkah ini, peneliti bisa menyebutkan semua faktor permasalahan dalam penelitian adalah sebagai variabel bebas.Sementara itu, Anda bisa menyebut  dampak yang ditimbulkan sebagai variabel terikat.

3)    Cari dan Memahami Penelitian Terdahulu Melakukan penelitian bukanlah hal yang mudah. Anda perlu benar-benar memahami topik dan permasalahan yang  diangkat di dalam penelitian. Salah satu cara yang biasa dilakukan adalah mencari dan memahami penelitian terdahulu yang relevan dengan tema riset tujuan. Tidak hanya sebagai pembanding, dengan cara ini Anda bisa lebih mudah mengungkap permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut. Peneliti sebaiknya membaca sebanyak mungkin penelitian terdahulu untuk memperoleh lebih banyak referensi.

C.     Variabel Penelitian Kuantitatif

Pengertian variabel dalam penelitian kuantitatif adalah suatu konsep atau sifat yang dapat diukur atau diobservasi. Variabel digunakan untuk merepresentasikan karakteristik atau properti yang dapat berubah atau bervariasi dalam suatu metode penelitian.

Bisa juga diartikan variabel dari suatu penelitian adalah proses pengujian hipotesis (kesimpulan atau dugaan sementara). Jadi, terdapat tahapan pengujian kecocokan antara teori dan fakta empiris yang benar-benar ada di dunia nyata.

Berdasarkan buku Fundamental Metodologi Penelitian Kuantitatif (Eksplanatif), Prof. Dr. Bambang Sugeng, M.A., M.M. (2022), dalam suatu analisis kuantitatif, variabel biasanya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat diukur dan dihitung.

Variabel adalah suatu konstruk atau karakteristik yang bisa memiliki nilai atau skor yang berbeda. Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah bentuk konstruk atau sifat yang akan dipelajari, yang bisa bervariasi.

 

D.    Macam-macam Variabel Penelitian Kuantitatif

Menurut Ma’ruf Abdullah, variabel dibagi menjadi: (i) variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), (ii) variabel moderator (moderating variable), (iii) variabel antara (intervening variable), (iv) variabel laten dan manifest, (v) variabel endogen dan eksogen (Ma’ruf Abdullah, 2015).

Menurut Zainal Mustofa, variabel dapat dikelompokkan menjadi: (1) variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable), (2) variabel kontrol (control variable), (3) variabel moderator (moderating variable), (4) variabel intervening (intervening variable), (5) variabel pengganggu (confounding variable), (6) variabel kontinyu dan diskrit (Zainal Mustofa, 2013).

Jenis-jenis variabel dalam penelitian menurut Ratna Wijayanti dan kawan-kawan: (Ratna Wijayanti, dkk., 2021).

1.     Variabel Dependen. Variabel dependen, juga dikenal sebagai variabel terikat, endogen, atau konsekuen, adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti. Masalah dan tujuan penelitian tercermin dalam variabel dependen. Penelitian bisa memiliki satu atau lebih variabel dependen sesuai dengan tujuannya. Topiktopik penelitian umumnya menekankan pada variabel dependen, karena variabel ini adalah fenomena yang akan dijelaskan.

2.     Variabel Independen. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Variabel ini juga dikenal sebagai variabel prediktor, eksogen, atau bebas. Tujuan penelitian adalah menjelaskan atau memprediksi variabilitas variabel dependen menggunakan variabel independen.

3.     Variabel Moderator. Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan dependen. Dampaknya bisa memperkuat (amplifying effect) atau melemahkan (moderating effect) hubungan ini. Variabel moderator juga dikenal sebagai variabel kontingensi.

4.     Variabel Intervening. Variabel intervening, atau variabel mediasi, adalah variabel yang menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen, menjelaskan pengaruh tidak langsung antara keduanya. Variabel ini berfungsi mirip dengan variabel independen dan biasanya diuji untuk memastikan keberadaannya sebagai variabel intervening.

5.     Variabel Laten. Variabel laten adalah variabel tersembunyi yang diukur melalui proksi atau indikator. Variabel ini bisa berupa variabel independen atau dependen dalam penelitian dan dibentuk oleh beberapa variabel indikator.

6.     Variabel Kontrol. Variabel kontrol adalah variabel yang melengkapi hubungan kausal untuk mendapatkan model empiris yang lebih baik. Variabel ini tidak utama, tetapi memiliki efek pengaruh yang signifikan. Variabel kontrol digunakan berdasarkan teori atau hasil penelitian sebelumnya untuk memastikan kekuatan hubungan antar variabel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Abuddin Nata, 2010. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner: Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Alan Bryman, 2004. .Social Research Methods, New York: Oxford University Press

Bennett, N., Borg, W. R., & Gall, M. D. (1984). Educational Research: An Introduction. British Journal of Educational Studies, 32(3), 274. https://doi.org/10.2307/3121583

David Nachmias & Chava Nachmias, 1987. Research Methods in the Social Sciences, New York: St. Martin's Press

Elizabethann O'Sullivan & Gary R. Rassel. 1989. Research Methods for Public Administrators, New York: Longman

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fred N. Kerlinger, 1995. Asas-asas Penelitian Behavioral, terj. Landung R. Simatupang, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Gordon Taylor, 1994. The Student's Writing Guide for The Arts and Social Sciences, Gambridge University Press

 J. Vredenbregt, 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia

Kenneth D. Bailey, 1987. Methods of Social Research, London: Free Press,

Kenneth S. Bordens & Bruce B. Abbott, 2003. Research Designs and Methods: A Process Approach, Boston: McGraw Hill.

Kerlinger Koentjaraningrat (penyunting), 1981. Metode-metode Penelitian masyarakat, Jakarta: Gramedia.

Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Malang: UIN Malang

Lubis. A.Y, (2014) Filsafat Ilmu: Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ma’ruf Abdullah. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Muslim. (2016). Varian-Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, Dan Jenis Penelitian Dalam Ilmu Komunikas I, Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, 78-79

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), 1989. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES

Mustofa, Zainal. 2013. Mengurai variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nanang Martono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Skunder, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Nan Lin, 1976. Foundations of Social Research, New York: MacGraw-Hill Book Company.

Paul Brewerton & Lynne Millward. 2001. Organizational Research Methods: A Guide for Student and Researchers, London: SAGE Publications.

Ratna Wijayanti, dkk. 2021. Metode Penelitian Kuantitatif. Lumajang: Widyagama

Robert B. Burns, 2000. Introduction to Research Methods, Longman: French Forest NSW.

Robert K. Yin, 1989. Case Study Research: Design and Methods, Newbury Park, California: SAGE Publications.

Robert R. Mayer dan Ernest Greenwood, 1984. Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial, Jakarta: Rajawali.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suharsimi Arikunto. 2019. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparlan Suhartono. 2008. Wawasan pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...