Rabu, 11 Januari 2023

Pengorganisasi Dalam Manajemen Syariah

 PENGORGANISASIAN DALAM MANAJEMEN SYARIAH

 

A. PENDAHULUAN

Setelah kita telah mempelajari perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen, tentunya kita harus mempelajari fungsi manajemen lainnya. Salah satu fungsi manajemen adalah mengetahui pengorganisasian yang merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting karena dengan pengorganisasian berarti akan memadukan seluruh sumber-sumber yang ada dalam organisasi,baik yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya ke arah tercapainnya suatu tujuan.pentingnya pengorganisasian sebagai fungsi yang dijalankan oleh setiap manajer atau orang-orang yang menjalankan manajemendalam setiap organisasi.

Fungsi manajemen lainnya yaitu pengorganisasian,yang sama pula pentingnya dengan fungsi perencanaan karena dalam pengorganisasian seluruh sumber (resources) baik berupa manusia maupun yang nonmanusia harus diatur dan paduakan sedemikian rupa untuk berjalannnya suatu organisasi dalam rangkai pencapaian tujuannya. Pemahaman tentang pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen,akan memberikan kejelasan bahwa proses pengaturan di dalam organisasi tidak akan selesai,tanpa diikuti oleh aktuasi yang berupa bimbingan kepada manusia yang berada di dalam organisasi tersebut,agar secara terus-menerus dapat menjalankan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.

Jadi secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

 

B. DEFINISI ORGANISASI (PENGORGANISASIAN)

Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.

Pengorganisasian menurut Schermerhorn (1996:218)adalah proses mengatur orang-orang dan sumber daya lainnya untuk bekerja kearah tujuan bersama. Sedangkan menurut SC.Certo (1997:228) pengorganisasian diartikan sebagai proses terciptanya penggunaan secara tertib bagi semua sumber daya dalam sistem manajemen.

Pengorganisasian meliputi kegiatan pembagian pekerjaan, menugaskan anggota organisasi untuk mengerjakannya, mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikan upaya-upaya yang ditempuh. Pengorganisasian merupakan tugas kedua manajer setelah penyusunan rencana selesai dilakukan. Melaksanakan fungsi pengorganisasian akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi.

Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja administrasi, ruangan laboratorium, serta penetapan tugas dan wewenang seseorang pendelegasian wewenang dan seterusnya dalam rangka untuk mencapai tujuan.

Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.

Penggunaan secara tertib menekankan tercapainya tujuan sistem manajemen dan membantu manajer selain membuat tujuan menjadi jelas, tetapi juga menjelaskan sumber daya mana yang akan dipergunakan untuk mencapainya.

Pengorganisasian memiliki fungsi yang amat vital dalam sistem manajemen modern. Hal ini dapat dipahami mengingat fungsi pengorganisasian merupakan mekanisme utama yang dipergunakan para manajer untuk menggerakkan seluruh sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.

 

C. PRINSIP-PRINSIP PENGORGANISASIAN

Istilah “prinsip” diartikan sebagai cara berpikir atau cara bertindak. Dengan demikian prinsip prinsip organisasi adalah hal hal yang harus dipedomani  oleh organisasi dalam menjalankan  kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.  Prinsip prinsip organisasi menawarkan petunjuk unutk menciptakan sebuah organisasi agar efektif dan efisien dalam situasi yang dinamis dan kompleks

Berikut prinsip prinsip organisasi secara Umum

1) Prinsip Perumusan Tujuan

Setiap organisasi yang berdiri tentu memiliki tujuan,  Misalnya seperti tujuan untuk pemerintahan, badan usaha maupun oranisasi kemanusiaan. Sebelum organisasi berdiri tentu harus dilakukan perumusan tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kegiatannya organisasi harus berjalan sesuai dengan tujuan organisasi.

2) Prinsip pembagian Kerja

Untuk menghindari kemungkinan adanya pekerjaan yang tertumpuk dan terjadinya kelalai dalam pekerjaan pada sebuah unit kerja dalam organisasi maka diharuskan  adanya pembagian kerja. Pembagian tugas juga bertujuan agar setiap anggota organisasi mengetahui tugasnya masing masing

3)    Prinsip Pendelegasian Wewenang

Dalam menjalankan kegiatan,suatu unit harus diberi kekuasaan/ untuk melaksanakan tugas tugasnya agar dapat dimintai pertanggung jawabannya.

4) Prinsip Tingkat Pengawasan

Untuk memastikan proses pencapaian organisasi berjalan dengan baik maka, harus dilakukan pengawasan dalam organisasi.  Karena jika suatu organisasi tidak memperoleh pengawasan maka  pencapaian tujuan organisasi tidak maksimal.

5) Prinsip Rentang Manajemen

Dalam suatu organisasi perlu kita perhatikan suatu efektivitas dan sebuah efisiensi dari seorang pemimpin yang dapat membawahi beberapa orang yang dibawahinya sehingga seorang pemimpin dapat melakukan tugas kepemimpinannya secara efektif,efisien dan maksimal serta dapat melakukan tugas pengawasan secara optimal

6) Prinsip Kesatuan Perintah

Dalam menjalankan sebuah organisasi,seseorang bawahan biasanya mempunyai seorang bos atau atasan. Dari bos tersebutlah kita menerima perintah dan kepada bos tersebutlah kita memberikan laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pekerjaan kita.

7) Prinsip Kordinasi

Prinsip kordinasi ada usaha untuk mengarahkan seluruh kegiatan unit-unit organisasi agar tertuju pada pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Adanya pembagian tugas kepada unit unit kerja tersebut terkadang tanpa kita sadari menimbulkan kecenderungan untuk memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Untuk itu, koordinasi diperlukan agar kita terhindar dari sebuah konflik, dengan mengurangi duplikasi tugas, mengurangi pengangguran, dan memperkuat kerjasama.

8) Prinsip organisasi Menurut Para Ahli

Banyak ahli yang berupaya mengusulkan prinsip prinsip organisasi. Prinsip prinsip tersebut terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zamanitu sendiri.

Beberapa pendapat yang dimaksud antara lain:

a) Henry fayol

Sebagaimana dikutip oleh Huse dan Bowditch (1977), Fayol mengemukakan 14 prinsip organisasi yaitu:

1. Pembagian kerja (division of work)

2. Wewenang dan tanggungjawab (authority and responsibility)

3. Kesatuan perintah (unity of command)

4. Disiplin (discipline)

5. Kesatuan arah (unity of direction)

6. Kepentingan individu dibawah kepentingan umum (subordination of individual interest to general interest)

7. Gaji pegawai (remuneration of personel)

8. Sentralisasi (centralization)

9. Saluran jenjang (scalar chain)

10. Ketertiban (order)

11. Keadilan (equity)

12. Kestabilan masa kerja pegawai (stability of tenure of    personnel)

13. Inisiatif ( initiative)

14. Kesatuan jiwa korps (esprit de corp)

b) L.P. Alford dan Russel Beatty (1951)

Dalam tulisannya yang berjudul “Principle of  Industrial Management”, mereka mengemukakan 7 prinsip organisasi:

1) Prinsip tujuan (principle of objective)

2) Prinsip wewenang dan tanggungjawab (principle of authority and responsibility

3) Prinsip wewenang pokok (principle of ultimate authority

4) Prinsip penugasan kewajiban kewajiban (principleog of assignment to duties

5) Prinsip definisi (principle of definition

6) Prinsip kesamaan (principle of homogeneity)

7) Prinsip efektivitas organisasi ( principle of organization effectiveness)

c)    Hendy G. Hodges (1956)

Dalam bukunya yang berjudul “ Management Principles- principles-Problems”, Hodges mengemukakan prinsip organisasi yang justru jauh lebih banyak yakni ada 20:

1. Tujuan (objective)

2. Analisis (analysis)

3. Penyusunan fungsi (functionalism)

4. Kesamaan (homogeneity)

5. Koordinasi (coordination)

6. Komunikasi (communication)

7. Penyusunan jenjang (scalar process)

8. Control (control)

9. Rentangan  control (span of control)

10. Asas pengecualian (exception principle)

11. Pelimpahan ( delegation)

12. Staff (staff)

13. Wewenang dan tanggungjawab (authority and responsibility)

14. Kesederhanaan (simplicity)

15. Standarisasi (starization)

16. Spesialisasi ( specialization)

17. Berkelangsungan (continuity)

18. Feleksibilitas (Flexibility)

19. Keseimbangan (balance)

20. Hubungan langsung (direct contact)

Manajemen organisasi Islam adalah cara organisasi mengatur, mengelola, mengevaluasi, mengkoordinir suatu wadah atau lembaga yang memiliki visi dan misi yang sama berlandaskan Al-Qur’an dan hadist.

Organisasi Islam merupakan suatu gambaran bahwa organisasi itu membawa suatu tujuan tertentu, yakni Islam. Maksudnya ketika orang-orang berkumpul menetapkan suatu tujuan yang pencapaiannya diikat oleh etika dan prinsip Islam, maka itulah yang disebut organisasi Islam. Rumusannya bisa saja disebutkan sebagai suatu wadah di mana di dalamnya terdapat orang-orang muslim yang paling bekerjasama yang diikat oleh nilai-nilai atau aturan-aturan Islam untuk tujuan syi’ar Islam.

Adapun prinsip-prinsip manajemen organisasi dalam persfektif Islam dapat dikemukakan beberapa prinsip, yaitu:

1) Tidak boros berarti tidak salah guna dan tidak membuang harta, membuang harta sama halnya dengan mubazir (orang-orang yang boros) adalah orang yang menyalahgunakan, merusak dan menghambur-hamburkan harta (Al-Isra’ ayat 26-27) atau efisiensi adalah sesuatu yang kita kerjakan berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan dengan tidak membuang banyak waktu dalam proses pengerjaannya. (Ali Imran 191), di dalam Alqur’an dijelaskan; “(`Makan dan minumlah kamu, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka pemborosan (berlebih-lebihan)”.

2) Pengunaan waktu sebaik-baiknya, di dalam Al-qur’an dijelaskan : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beriman dan beramal shaleh, nasehat menasehati dalam kesabaran”. (Al- ‘Ashr, ayat 1-3).

3) Disiplin (tepat waktu). Pepatah Arab mengatakan , “waktu itu ibarat pedang, maka pandai-pandailah mempergunakannya, jika tidak ia akan memotong lehermu”. Nabi Muhammad saw mengingatkan: Janji adalah hutang”. Jika berjanji, maka tepatilah, dan sebutlah: “Insya Allah”.

4) Loyalitas –taat kepada pemimpin selama ia berjalan pada jalur yang benar. Nabi Muhammad SAW menjelaskan: “tidak ada ketaatan dalam hal maksiat kepada Allah”.

5) Orientasi ke depan, sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran: “Hai orang-orang yang beriman, takutlah kamu kepada Allah. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok, maka takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah memberi kabar (yang baik) bagi orang-orang yang berbuat” (Al-Hasyr, ayat 18).

6) Etos kerja yang kuat-bagi Islam bekerja adalah ibadah. Orientasi pekerjaan dalam Islam adalah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah: “Maka barang siapa yang berbuat baik walau hanya sebesar zarrah (biji atom) akan diperlihatkan baginya (di akhirat). Demikian juga barang siapa yang berbuat kejahatan walau hanya sebesar zarrah (biji atom) akan diperlihatkan baginya (di akhirat)” (Az-Zalzalah, ayat 7-80.

7) Kebersamaan dalam hal-hal yang konstruktif, sebagaimana dijelaskan oleh Allah: “Bertolong-tolonglah kamu dalam hal kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu berkolusi dalam hal kejahatan dan permusuhan” (Al-Maidah, ayat 2).

8) Musyawarah, dijelaskan oleh Allah: “Dan bermusyawarahlah dalam (segala) urusan. Maka apabila terjadi perbedaan pendapat, kembalikanlah ia kepada Allah. (Alquran) dan Rasul-Nya (Sunnah)” (Ali Imran, ayat 159).

9) Berfikir positif (husn adz-dzan). Sebaiknya dibudayakan berfikir positif ketimbang selalu mencurigai setiap keadaan. Berfikir positif akan mengarahkan suasana ke arah yang kondusif. Tetapi tentu saja tidak tanpa pengawasan . Pengawasan tetap dilakukan sebagai pengontrol keadaan.

10) Berakhlak, sebagaimana Nabi Muhammad saw. Menjelaskan: “Sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki /menyempurnakan akhlak yang mulia”. Dan “tegaknya suatu bangsa di ukur dengan akhlaknya”.

Unsur-Unsur yang harus ada dalam Organisasi Islam adalah adanya Tempat, adanya Pemimpin dan yang dipimpin, adanya Tujuan Yang Jelas,

Kriteria Orang yang dipimpin: Memiliki Loyalitas yang tinggi; Loyal pada Syari’at; Loyal Pada Organisasi; Loyal Pada Pemimpin; Memiliki Sifat Istiqamah; Menghidupkan Musyawarah

Oleh karena itu dalam organisasi Islam khususnya dalam masalah kepemimpinan, Islam mempunyai pandangan yang khas dalam masalah kepemimpinan sebuah organisasi. Kepemimpinan dalam kacamata Islam merujuk kepada kepribadian dan segenap aspek tindakan yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w.

Sebuah Organisasi Islam mestilah memiliki tujuan yang jelas agar tidak salah langkah. Dan perjuangan yang dilakukan tidak sia-sia. Konflik yang merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam sebuah organisasi, disebabkan oleh banyak faktor yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak individu dan kelompok yang memiliki sifat dan tujuan yang berbeda satu sama lain.

 

D. DESAIN ORGANISASI

Desain organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan bagian dari organisasi, namun sesungguhnya desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi pada hakikatnya struktur organisasi merupakan hasil dari desain organisasi itu sendiri yang dibangun dengan mempertimbangkan prinsip organisasi dan pembagian core bisnis yang jelas dengan berpedoman pada visi, misi, dan tujuan organisasi itu sendiri .

Menurut para ahli desain organisasi adalah struktur organisasi tertentu sebagai hasil dari berbagai keputusan dan tindakan para (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2007:236).

Desain organisasi adalah keseluruhan rangkaian elemen struktural dan hubungan di antara elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk mengelola organisasi secara total (Griffin, 2004:352).

Desain organisasi adalah sebuah proses memilih dan mengelola aspek- aspek struktural dan kultural yang dilakukan oleh para manajer sehingga organisasi mampu mengendalikan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan bersama (Wisnu dan Nurhasanah, 2005:11).

Beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa desain organisasi merupakan proses memilih dan mengelola segala aspek-aspek dalam organisasi sehingga menciptakan suatu struktur organisasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2007:236) dalam desain organisasi terdapat empat proses yang harus dilakukan, yaitu:

1. Pembagian Kerja

Pembagian kerja adalah proses membagi pekerjaan menajdi jabatanjabatan spesifik untuk memaksimalkan manfaat spesialisasi. Keuntungan ekonomis dari pembagian pekerjaan menjadi jabatan-jabatan khusus merupakan alasan historis utama yang mendasari penciptaan organisasi.

2. Departementalisasi

Alasan - alasan untuk mengelompokkan pekerjaan - pekerjaan tergantung pada kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Pekerjaan - pekerjaan spesialisasi dipisahkan satu sama lain, saling berhubungan dengan keseluruhan tugas, dan pencapaian keseluruhan pekerjaan membutuhkan pencapaian setiap pekerjaan. Tetapi pekerjaan -pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan cara dan urutan tertentu, sesuai dengan yang dikehendaki pihak manajemen ketika pekerjaan tersebut disusun.

3. Pendelegasian Wewenang

Pendelegasian wewenang adalah proses pembagian kewenangan dari atas ke bawah di dalam suatu organisasi. Para manajer akan memutuskan seberapa  besar kewenangan yang seharusnya didelegasikan kepada setiap jabatan dan pemegang jabatan. Pendelegasian wewenang menagcu secara khusus pada kewenangan mengambil keputusan.

4. Rentang Kendali

Rentang kendali adalah jumlah bawahan yang melapor kepada atasan. Rentang ini merupakan satu faktor yang mempengaruhi bentuk dan tinggi suatu struktur organisasi. Pertimbangan yang penting dalam menentukan rentang kendali seorang manajer bukanlah jumlah hubungan yang mungkin terjadi, melainkan frekuensi dan intensitas hubungan yang sebenarnya.

 

E. PENGEMBANGAN ORGANISASI

Pengembangan organisasi adalah proses dari perubahan yang sudah direncanakan terhadap orang yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Adapun langkah-langkah pengembangan organisasi adalah sebagai berikut:

a) Mengenali permasalahan yang dihadapi organisasi.

b) Mengumpulkan data untuk menentukan iklim organisasi dan masalah perilaku anggota-anggotanya.

c) Melakukan umpan balik dari data tersebut dan konfrontasi.

d) Merencanakan strategi untuk melakukan perubahan.

Banyak hal yang dapat kita peroleh apabila kita dapat melakukan pengorganisasian dengan tepat, yaitu :

1) Pengorganisasian dapat menciptakan dan memelihara hubungan di antara semua sumber daya organisasi dengan menunjukkan sumber daya mana yang harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu, kapan, di mana, dan bagaimana menggunakannya.

2) Pengorganisasian dapat membantu manajer dalam mengurangi kelemahan yaitu biaya tinggi, seperti duplikasi kegiatan dan sumber daya organisasi yang tidak terpakai secara penuh.

3) Pengorganisasian memiliki peran untuk meningkatkan keterampilan manajerial agar sesuai dengan kebutuhan sistem manajemen yang sedang berjalan.

4) Pengorganisasian dapat mendorong dan menciptakan iklim organisasi yang lebih kondusif dalam sistem manajemen baik secara keseluruhan maupun parsial.

Pengembangan organisasi adalah usaha berencana meliputi organisasi keseluruhan yang diurusi dari atas untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi melalui pendekatan berencana dalam proses organisasi dengan memakai pengetahuan ilmu perilaku.

Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Lebih dikenal dengan organization development (OD) .Pengertian pokok OD adalah perubahan yang terencana (planned change). Perubahan , dalam bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi, terus menerus terjadi dan mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat kini.

Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyakat modern , mau tidak mau harus beradaptasi terhadap arus perubahan ini. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat katagori , yaitu perkembangan teknologi, perkembangan produk, ledakan ilmu pengetahuan dan jasa yang mengakibatkan makin singkatnya daur hidup produk, serta perubahan sosial yang mempengaruhi perilaku, gaya hidup, nilai-nilai dan harapan tiap orang. Untuk dapat bertahan , organisasi harus mampu mengarahkan warganya agar dapat beradaptasi dengan baik dan bahkan agar mampu memanfaatkan dampak positif dari berbagai pembaruan tersebut dengan pengembangan diri dan pengembangan organisasi. Proses mengarahkan warga organisasi dalam mengembangkan diri menghadapi perubahan inilah yang dikenal luas sebagai proses organization development (OD).

Karena menyangkut perubahan sikap, persepsi,perilaku dan harapan semua anggota organisasi, OD di definisikan sebagai upaya pimpinan yang terencana dalam meningkatkan efektivitas organisasi, dengan menggunakan cara intervensi (oleh pihak ketiga) yang didasarkan pada pendekatan perilaku manusia. Dengan kata lain penerapan OD dalam organisasi dilakukan dengan bantuan konsultan ahli, sistemis ,harus didukung oleh pimpinan serta keluasan aplikasinya.

Ciri-ciri pengembangan organisasi yang efektif sebagai berikut : Strategi terencana dengan Menekankan cara-cara baru untuk meningkatkan kinerja; Mengandung nilai humanistik; Menggunakan pendekatan komitmen; Menggunakan pendekatan ilmiah

Faktor –faktor penyebab dilakukannya pengembangan organisasi adalah :

a. Kekuatan eksternal

1) Kompetisi yang semakin tajam antar organisasi.

2) Perkembangan IPTEK.

3) Perubahan lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial yang membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan sumber diluar organisasi untuk masa depan organisasi.

b. Kekuatan internal

Struktur, sistem dan prosedur, perlengkapan dan fasilitas, proses dan sasaran bila tidak cocok akan membuat organisasi melakukan perbaikan. Perubahan organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan kebutuhan yang ada.

Didalam OD terdapat pendekatan integratif yaitu :

1. Adanya organisasi dan manajemen yang terencana ke arah organisasi dan manajemen yang manusiawi.

2. Adanya perkembangan konsepsi latihan kepekaan dan studi laboratorium. Pemikiran ini didahului oleh Kurt Lewin mengenai Counter Group bergeser pada Incounter Group. Hal ini dirasa tidak bisa membantu didalam prakteknya.

 

Pengembangan potensi manusia. Geseran didalam OD terjadi pada nilai, proses dan teknologi.

 

Pendekatan Pengembangan Organisasi Harold J. Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur, teknologi dan atau orang-orangnya.

 

1) Pendekatan Struktur

Pengembangan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan sistem internal, seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja, sistem komunikasi, hubungan-hubungan tanggung jawab atau wewenang. Pendekatan struktural dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari :

a) Pertama melalui aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi klasik. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja yang tepat dari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi, pengubahan rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya.

b) Kedua desentralisasi. Hal ini didasarkan pada penciptaan satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri dan memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya perbaikan prestasi kerja.

c) Ketiga modifikasi aliran kerja dalam organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan cenderung memperbaiki semangat dan kepuasan kerja.

2) Pendekatan Teknologi

Untuk memperbaiki prestasi F.W. Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan mesin-mesin untuk meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi adakalanya perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur organisasi. Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan dan pemutusan hubungan diantara para anggota organisasi. Akibatnya terjadi penurunan produktifitas, lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.

3) Pendekatan Orang

Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan pada keterampilan sikap, persepsi dan pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan efektif.

 

F. PENILAIAN KINERJA ORGANISASI

Penilaian merupakan proses atau cara menilai. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Assessment adalah (Hawkins, 1979) (1) to decide or fix the amount or value of dan (2) to estimate the worth or quality or likelihood of. Kinerja organisasi merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Penilaian kinerja organisasi mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja organisasi berdasarkan standar tertentu (Kaplan & Norton, 1996; Lingle & Schiemann, 1996; Brandon & Drtina, 1997). Sistem efektif penilaian kinerja sebaiknya mengandung indikator kinerja yaitu (Atkinson, Banker, Kaplan & Young, 1997): (1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif pelanggan, (2) menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang mengesahkan pelanggan, (3) memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang mempengaruhi pelanggan, dan (4) menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota organisasi mengenali permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan.

Peran dari asesmen kinerja adalah membantu anggota organisasi untuk mengatur rantai nilai (Atkinson, Banker, Kaplan & Young, 1997). Merujuk pada konsep tersebut maka penilaian kinerja mengandung tugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi (Ernawan, 2011): (a) perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan “perencanaan-proses-evaluasi” selanjutnya. Proses ini harus dilakukan secara terus-menerus agar faktor stratejik dapat tercapai.

Penilaian kinerja organisasi mengukur aspek keuangan dan non keuangan. Pengukuran tersebut didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu (Kaplan & Norton, 1996; Lingle & Schiemann, 1996; Carton & Hofer, 2006). Perpaduan penilaian kinerja ini diarahkan agar dapat mengkomunikasikan strategi dengan aksi manajemen. Keterkaitan antara strategi dan aksi manajemen menjadi jelas. Tindakan organisasi semestinya memberikan dukungan terhadap strategi sehingga aturan main penilaian dalam mendukung strategi dan tindakan menjadi semakin jelas. Penilaian kinerja organisasi terdiri dari sistem yang mencatat perkembangan dalam menjalankan strategi pada pelaksanaan tindakan (Nanni, Dixon & Vollman, 1992).

Penilaian kinerja dibagi ke dalam dua tahapan proses yaitu (Brandon & Drtina, 1997): (a) tahap dasar variabel kunci ditentukan oleh tujuan organisasi dan (b) tahap melekatkan penilaian pada setiap variabel kunci. Dasar variabel kunci ditentukan oleh tujuan yang mempertimbangkan karakteristik variabel kunci penilaian, kategori variabel kunci, keterkaitan variabel, penilaian dengan level organisasi dan keterkaitan variabel penilaian pada level serupa. Melekatkan penilaian pada setiap variabel kunci ditentukan oleh karakteristik penilaian kinerja.

Karakteristik penilaian kinerja harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Ernawan, 2011); (1) kelayakan mengenai informasi yang dihasilkan dengan level organisasi dan biaya penilaian, (2) bebas dari kesalahan pengukuran, (3) mengikuti alur waktu penilaian, (4) dapat dimengerti, dan (5) mempertimbangkan keefektifan biaya penilaian. Pelaksanaan penilaian kinerja yang berkembang sekarang mempertimbangkan syarat variabel kunci yang dipakai oleh sistem penilaian kinerja.

Mengatasi fenomena yang muncul dari metode pengukuran yang hanya mengukur kinerja organisasi dari satu aspek, ada pendekatan yang mengukur kinerja organisasi dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif yaitu (Kaplan & Norton, 1996): (1) perspektif keuangan, (2) konsumen, (3) proses bisnis internal, (4) proses pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif tersebut merupakan uraian dan upaya penerjemahan visi dan strategi organisasi dalam terminologi operasional.

Gagasan untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dan aspek non keuangan melahirkan konsep Balanced Scorecard. Melalui Balance Scorecard memungkinkan pimpinan organisasi mengukur bagaimana bisnis yang mereka jalankan bisa melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard juga memungkinkan organisasi untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui Banaced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka bina dalam intangible assets (seperti merek dan loyalitas pelanggan) (Ernawan, 2011).

Secara umum penilaian kinerja organisasi dapat menjadi pemberitahuan kepada karyawan tentang sejauh apa kinernya dan besar imbalan yang akan didapat. Dengan begitu diharapkan karyawan akan termotivasi untuk mengembangkan dirinya demi keefektifan perusahaan. Selain itu, penilaian kinerja organisasi juga mempunyai beberapa tujuan lain seperti :

1) Memperbaiki prestasi kerja

Penilaian kinerja organisasi akan memberikan umpan balik baik untuk karyawan, manajerial maupun departemen HR / personalia guna menyesuaikan tugas dan pekerjaannya yang akan memperbaiki prestasi.

2) Kesesuaian terhadap kinerja

Dengan penilaian ini juga akan membuat bagian HR atau manajerial dapat menyesuaikan kenaikan upah, bonus / reward maupun kompensasi dalam bentuk lainnya terhadap kinerja karyawan.

3) Memutuskan penempatan

Perubahan posisi baik mutasi / transfer (pindah bagian), demosi (penurunan posisi) hingga promosi (kenaikan posisi / jabatan) dilakukan berdasarkan kinerja sebelumnya. Perubahan posisi ini juga dapat dilakukan sebagai antisipasi untuk kondisi tertentu. Kinerja yang baik tentunya akan diberikan reward berupa promosi jabatan.

4) Menentukan perlunya program pelatihan maupun pengembangan

Program pelatihan juga dilakukan berdasarkan penilaian kinerja organisasi di mana seorang karyawan mungkin mempunyai kinerja yang kurang baik. Selain itu, kinerja yang baik juga bisa mengindikasikan akan pentingnya potensi yang dapat dikembangkan lagi.

5) Perencanaan jenjang karir

Hasil penilaian juga bisa menjadi pertimbangan untuk memutuskan jalur karir untuk karyawan.

6) Proses staffing yang menyimpang

Baik atau tidaknya suatu hasil penilaian kinerja organisasi juga dapat menjadi indikator HRD akan berhasil tidaknya proses staffing-nya.

7) Informasional yang tidak atau kurang akurat

Adanya kesalahan pada informasi analisis jabatan, perencanaan SDM maupun hal lain dalam personalia akan menyebabkan penilaian kinerja organisasi yang kurang baik.

8) Desain pekerjaan yang terdapat kesalahan

Tidak atau kurang baiknya kinerja bisa menjadi tanda adanya kesalahan dalam desain pekerjaan, dan dengan penilaian bisa mendiagnosis kesalahan tersebut.

9) Adilnya pemberian kesempatan kerja

Dengan penilaian yang akurat akan membuat keputusan tentang penempatan posisi dibuat secara objektif.

10) Menyelesaikan masalah eksternal

Tidak hanya faktor internal, faktor eksternal seperti masalah kesehatan, finansial, keluarga dan lainnya juga dapat berpengaruh terhadap kinerja. Diharapkan dengan adanya penilaian kinerja HRD juga bisa memberikan solusi atas masalah tersebut.

Indikator yang Menjadi Penilaian Kinerja Organisasi. Dalam melakukan penilaian kinerja organisasi untuk karyawan ada 3 indikator yang bisa digunakan bagian HR untuk menilainya. Berikut 3 indikator yang digunakan pada penilaian kinerja organisasi untuk karyawan :

a) Hasil kerja perorangan

Indikator ini digunakan bila hasil kerja individu atau perorangan merupakan aspek kerja yang diutamakan pada suatu posisi atau jabatan.

b) Perilaku

Bila suatu jabatan kinerjanya tidak dapat diukur berdasarkan hasil kerjanya, maka HR dapat menggunakan indikator perilaku sebagai penilaian. Sebab efektivitas kerja karyawan juga dapat ditentukan berdasarkan faktor perilakunya. Perilaku ini tidak selalu yang berkaitan langsung dengan produktivitas, namun juga pada perilaku yang bisa menciptakan efektivitas kerja perusahaan.

c) Traits

Traits sendiri merupakan karakteristik seseorang yang akan sering ditunjukkan dan dapat menggambarkan perilaku orang tersebut. Dalam menggambarkan peforma atau kinerja, indikator ini memang terbilang yang terlemah. Sifat yang baik tidak selalu berhubungan dengan peforma kerja, namun justru dapat digunakan untuk menarik perhatian orang lain termasuk atasan.

 

G. PENGORGANISASIAN DALAM MANAJEMEN SYARIAH

Pengertian pengorganisasian dalam kamus bahasa arab disebut dengan istilah التنظيم asal katanya dari ينظم - نظم artinya mengatur. selain itu kata ا ّفَص - صفَي - فَص artinya antri,  berbaris, berjajar, mengatur, menyusun, teratur, tersusun.

Adapun istilah pengorganisasian yg terletak didalam Al Qur`an dapat dikaji melalui  istilah kalimat ا ّفَص “shaffan”artinya adalah barisan.

Praktik-praktik Rasulullah SAW tentang pengoranisasian (organizing) yang merupakan salah satu fungsi dalam manajemen, menjadi bukti bahwa Beliau memiliki kepiawaian dalam mengelola organisasi. Akan tetapi, konsep manajamen khususnya pengorganisasian dalam persepektif agama Islam belum menjadi kajian ilmiah yang intens dan mendalam. Keterbatasan para cendikiawan muslim yang mengkaji tentang pengorganisasian dalam perspektif Islam menjadikan minimnya referensi atau rujukan secara teoritis normanif berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits bagi pendidik dan praktisi manajemen islami.

Teori yang masyhur dalam pengorganisian banyak mengadopsi dari teori-teori konvensional seperti teori Goerge R Terry yang menyebutkan dala bukunya Principles of Management yaitu:

“Organizing is the determining, grouping and arranging of the various activities needed necessary forthe attainment of the objectives, the assigning of the people to thesen activities, the providing of suitable physical factors of enviroment and the indicating of the relative authority delegated to each respectives activity.

Artinya pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.

Esensi konsep pengorganisasian dalam perspektif Islam yang menjadi warna berbeda tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membebaskan diri dari belenggu keterbelakangan, menggembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu tauhid dan kebebasan, serta nilai-nilai kemanusiaan. Artinya bahwa upaya untuk memberdayakan sumber daya yang dimiliki terikat dengan norma-mora Islam yang mulia, mengangkat derajat manusia dengan mengembalikan kepada fitrahnya sebagai hamba Tuhan, sebagaimana bahwa misi awal perjuangan Nabi Muhammad SAW adalah mengajarkan tauhid kepada Allah SWT.

2. Menguatkan karakter identias keummatan, yaitu pengoranisasian yang dilakukan berdasar pada asas kebersamaan dan persaudaraan yang diikat oleh tali keimanan. Menjauhkan diri dari egoisme dan kediktatoran. Hal ini terlihat bagaimana Islam tidak mandang fisik dan penampilan seseorang akan tatapi hati dan ketakwaannya. Konsep ukhuwah islamiah yang bersandar pada ikatan keimanan.

3. Membangun nilai solidaritas sosial: nilai iman, Islam dan takwa, nilai egaliterisme dan universalitas, dengan semangat kebersamaan, meyakini bahwa yang menajadi tolok ukur kemulyaan manusia adalah iman dan takwa seseorang. Hal ini dirasa mampu menumbuhkan harmonisasi dalam mengimplementasikan prinsip pengorganisasian dalam kegaitan apapun. Poin-poin inilah yang membedakan konsep Islam dengan konsep Barat. Memahami Islam secara komprehensif dan tidak parsial.

Organisasi islam di definisikan  merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan menyelenggarakan berbagai Misi dan mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas, nilai,  dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang bersumber dari Al Quraan dan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijtihad dari mayoritas ulama Islam Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam.  Tujuan  dan visi organisasi yang baik adalah yang memiliki dimensi duniawi maupun ukhrawi. Yaitu Iman , Ilmu ,Amal Dan Harus selaras dengan prinsip-prinsip islam. Nilai nilai islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya organisas nilai, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional , Kualitas , Prestasi , perbaikan (Mukhtarom 45; 1996)

Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam surat Ash Shaff ini, akan banyak sekali kandungan tentang manfaat serta konsep-konsep dalam berorganisasi, bekerja dalam sebuah barisan yang teratur dan kokoh. Salah satu surat Madaniyah ini mengupas secara rinci tentang konsep berjamaah di dalam Islam. Hal ini memang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah, saat surat ini diturunkan. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah fokus utama dakwah  Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan fokus dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu. Dalam surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh.Yaitu, kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid). Seperti di dalam penjelasan surat As Shaaft di bawah ini

            (1)Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana)(2) Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?.(3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

Pertama, untuk mewujudkan organisasi yang kokoh diperlukan adanya kesesuaian konsep (perkataan) dan pelaksanaan (at tawafuq bainal qouli wal amal). Hal ini tercantum dalam ayat 1 – 3. Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah orang-orang beriman bukan hanya satu orang beriman.dan di sinilah pesan konsep kejamaahannya (keorganisasiannya). Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja. Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.

4.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh

Kedua, dalam ayat keempat surat ini disebutkan bahwa Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi dalam bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian pelaksanaan program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan). Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.

 (5). Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (6). Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.( 7). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(8) Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (9) Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.

Ketiga, dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.

 (10). Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(12) niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(13) Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Keempat, dijelaskan bahwa untuk membangun sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep perjuangan organisasi. Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang mengandung motivasi serta makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang ‘menakutkan’ (tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu dapat melaksanakannya atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada ayat 10 -13 surat ini, yang menjelaskan indahnya sebuah konsep berjuang besungguh-sungguh di jalan-Nya.

14. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ’Isa putera Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

Kelima, dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta kecintaan. Karena memang amal yang baik dari seorang kader organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam organisasi. (Yulianto 9; 2011)

Di dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat) organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan semangat dan ilmu yang dimiliki.  Di dalam organisasi islam terdapat banyak sekali lembaga ataupun organisasi yang bertujuan untuk mengelola dan mengatur dakwah dengan baik. Baik itu lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga pendidikan, maupun organisasi masyrakat dan lembaga sosila. Misalnya OKI (Organisasi konferensi islam), IDB (Islamic Development Bank) World Muslim league (Rabithah. Al alam al Islami), Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig , dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...