INFLASI
PENDAHULUAN
Ekonomi secara umum merupakan roda
kehidupan sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan materiil manusia, baik dalam
kehidupan individu, maupun sosial. Islam menuntut umatnya untuk menganut dan
mengamalkan ajaran islam secara kaffah (menyeluruh/komprehensif)
dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagai seorang Muslim yang taat beridah,
tentulah berbagai kegiatan bisnis atau usahanya dilandasi oleh transaksi
keuangan Islam.
Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat, fungsi dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Secara umum kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mempengaruhi tingkat pengangguran, produksi, harga, dan hubungan perdagangan atau pembayaran international.
A.
Pengertian Inflasi
Inflasi (inflation) adalah gejala yang menujukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus-menerus. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan bukan terjadi sesaat. Dari pengertian tersebut, maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, tidak dapat dikatakan inflasi. Misalnya, harga barang-barang naik menjelang lebaran atau hari libur lainnya. Karena ketika lebaran usai harga barang kembali ke kondisi semula, maka harga seperti itu tidak dianggap sebagai inflasi. Inflasi juga berkaitan dengan kenaikan harga secara umum, artinya kenaikan harga satu jenis barang maupun jasa juga tidak termasuk inflasi, misalnya pada masa lebaran harga tiket pesawat naik. Taqyuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441) menyatakan, seperti yang dikutip Euis Amalia dalam bukunya Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, bahwa inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara terus-menerus. Pada saat itu, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan, sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama.
Sesuai dengan sejarahnya, fenomena
inflasi sebetulnya muncul sebagai akibat dari mulai diberlakukan dan beredarnya
dinar dan dirham yang
tidak murni (campuran).
Kemudian, di masa
Ibnu Taimiyah (1263-1328) pada masa
Daulah Bani Mamluk juga telah memperingatkan keadaan ini, ia menyatakan bahwa
uang yang berkualitas buruk akan menyingkirkan mata uang berkualitas baik dari
peredaran. Apabila fulus dibiarkan beredar sebagai alat tukar, niscaya dinar
dan dirham akan menghilang dari peredaran.
A.
Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi
1.
Natural
inflation, yaitu inflasi yang terjadi
karena sebab-sebab alamiah, manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya.
Inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunya penawaran aregatif (AS↓)
atau naiknya permintaan agregatif (AD↑).
Ketika bencana alam terjadi pada berbagai bahan makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena barang-barang itu sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang mengalami penigkatan. Harga-harga melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Akibatnya,kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan berhenti sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian. Keadaan ini memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar memerhatikan mereka. Untuk menanggulangi bencana ini, pemerintah mengeluarkan dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang secara drastis atau defisit anggaran.
Jika memakai persamaan MV = PQ di
mana:
M = jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
Q = jumlah barang dan jasa
Maka
natural inflasi dapat diartikan sebagai:
a.
Gangguan terhadap
jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (Q). Jika
jumlah barang dan jasa yang diproduksi menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang
beredar (M) kecepatan peredaran uang (V) tetap maka konsekuensinya tingkat
harga naik (P↑).
b.
Naiknya daya beli
masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor,
sehingga secar netto terjadi impor
uang yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓). Jika kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang dan jasa
(T) tetap, terjadi kenaikan harga (P↑).
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabkan menjadi dua yaitu:
a. Uang yang masukdari
luar negeri terlalu banyak karena ekspor meningkat (X↑), sedangkan impor
menurun (M↓), sehingga net export nilainya
sangat besar yang mengakibatkat naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan
ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab. Pada masa itu eksportir yang
menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor)
lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive
net export akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang
yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat
meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregatif (AD↑) akan mengakibatkan naiknya
tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan Umar melarang
penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari
berturut-turut. Akibatnya, terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓) dan
tingkat harga kembali normal.
b.
Turunya tingkat
produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo ekonomi.
Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab yang mengakibatkan
kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).
2. Human error inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Inflasi yang disebabkan oleh human error inflation terjadi karena:
a.
Corruption
and bad administrasion (korupsi dan buruknya
administrasi)
Pengangkatan para pejabat yang
berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena kapabilitas. Mereka yang
mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk
meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para
pejabat tersebut akan menyalah gunakan kekuasaanya untuk menutupi kebutuhan
finansial pribadi, maupun keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya, akan
terjadi
penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan negara.
Korupsi akan menggangu tingkat harga karena para produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2, sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak merefleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada, sehingga lebih lanjut mengakibatkan ekonomi tinggi (high cost economy). Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang tentu akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Keadaan seperti inilah yang sebetulnya
membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Virus korupsi dan buruknya
administrasi ini mewabah mulai dari pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas
tertinggi sampai ke tingkat lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan
administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan ini pun sampai ke
tingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang dipungut preman jelas
merugikan masyarakat.
Maraknya korupsi di pertamina telah
mengakibatkan inefisiensi produksi.
Untuk mengimbangi harga minyak di luar negeri dengan harga minyak dalam negeri
memaksa pemerintah mencabut subsidinya sehingga terpaksa menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM secara langsung akan berpengaruh
terhadap kenaikan harga barang dan jasa di tengah masyarakat. Demikian juga
halnya dengan korupsi yang mewah di perusahaan Listrik Negara (PLN). Korupsi
pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ini mengakibatkan devisit pendapatan
perusahaan setiap tahun. Keadaan ini pun memaksa pemerintah mengurangi
subsidinya sehingga harga Tarif dasar Listrik (TDL) pun naik. Kenaikan TDL juga
mengakibatkan kenaikan harga-harga di tengah masyarakat.
b.
Excessive
tax (pajak yang tinggi)
Akibat dari banyaknya pejabat pemerintahan yang bermental korup, pengeluaran negara mengalami peningkatan yang sangat drastis adalah sebagai kompensasi mereka menerapkan sistem perpajakan tinggi dan menerapkan
berbagai
jenis pajak. Efek yang ditimbulkan oleh pajak berlebihan pada perekonomian
hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan buruknya
administrasi, yakni efficiency loss atau
dead weigh loss. Konsekuensinya
biaya-biaya produksi menigkat yang berimplikasi pada kenaikan harga barang
produksi.
c.
Excessive
sieignore (percetakan uang berlebihan)
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai
akibat dari kemacetan ekonomi maupun
perilaku buruk parak pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah
melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi
seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan
akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑). Menurunya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai.
Menurut Al-Maqrizi, kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk
jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga
komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada
tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang
mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di
negara-negara indrustri pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau
gabungan dari dua masalah berikut:
1)
Tingkat pengeluaran
agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-
10
barang
dan jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan
mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi.
Sebaliknya para pengusaha akan menahan barangnya dan hanya menjual kepada
pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga
yang
lebih tinggi. Kedua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga.
2)
Pekerja-pekerja di
berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha
menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan tenaga kerja meningkatkan
produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk meminta kenaikan
upah. Apabila kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya
produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam
3)
perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut
akan mendorong perusahaan-persahaan
menaikan harga-harga barang mereka. Di dalam
perekonomian yang sudah maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan
tingkat penggunaan tenaga kerja.
Di samping itu, inflasi dapat berlaku sebagai akibat dari: 1) Kenaikan harga barang impor, 2) Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh penambahan produksi dan penawaran barang, 3) Kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab. Selain karena peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga disebabakan oleh expected inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di tahun ini akan tinggi, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang, terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dalam inflasi, misalnya emas dan property. Akibatnya, inflasi jadi melambung. Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki, menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan , bertambahnya uang yang beredar dan melebihi pendapatan yang bersangkutan sehingga mendorong terjadinya inflasi.
B.
Dampak Terjadinya Inflasi
a. Dampak inflasi
Inflasi tidak selalu berdampak bagi perekonomian. Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini adalah dampak yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
1)
Dampak Inflasi terhadap
Pendapatan
Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat,
perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi
(kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi
dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan
tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang.
Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasil yang
tetap jika tukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.
2)
Dampak Inflasi terhadap
Ekspor
Pada
keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya
saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat
menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya
saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang.
Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
3)
Dampak Inflasi terhadap
Minat Orang untuk Menabung
Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataanya berkurang karena laju inflasi. Misalnya bulan Januari tahun 2012 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang Januari 2012 - Januari 2013 cukup tinggi, katakanlah 1%, pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung akan berkurang.
4)
Dampak Inflasi terhadap
Kalkulasi Harga Pokok
Keadaan
inflasi menyebabkan penghitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu
kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak
teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu.
Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan
inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak
baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut:
Dampak Negatif Inflasi
· Bila harga secara umum
naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak
berjalan normal, karena di satu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
· Produsen cenderung
memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara
mempermainkan harga di pasaran.
· Distribusi barang
relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah
yang
14
masyarakatnya
dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
· Bila inflasi
berkepanjangan produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan
semakin mahal sehingga tidak ada yang
mampu membeli.
· Jurang antara
kemiskinan dan kekayaan mayarakat seperti nyata yang mengarah pada sentimen dan
kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
Dampak Positif Inflasi
· Masyarakat akan semakin
selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan
konsumtifme dapat ditekan.
· Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan indutri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
C.
Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran Dan Pertumbuhan
Ekonomi
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 - 18 tahun yaitu dari SD sampai tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah di kategorikan sebagai penganggur, namun hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.
Dan pembangunan ekonomi merupakan salah satu
sasaran pembangunan. Menurun Sudono Sukirno pertumbuhan ekonomi berarti
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan
demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu
dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga
yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur
prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Laju pembangunan ekonomi suatu
negara di ukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP atau PDB/PNB.
a.
Tingkat Inflasi
Indonesia tahun 2008-2012
Inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi ekonomi maupun sosial. Pada kondisi sosial inflasi dapat menyebabkan kemakmuran sebagai golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat terpenuhi bisa jadi dikurangi karena kebatasan kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi yang tidak
dapat dikendalikan
cenderung menurunkan investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan
meningkatkan impor. Sehingga kecenderungan ini dapat memperlambat
prospek pembangunan ekonomi
jangka panjang.
Tabel 2.1
Tingkat Inflasi di
Indonesia tahun 2008 - 2012
No. |
Tahun |
Inflasi (%) |
1. |
2008 |
11,6 |
2. |
2009 |
2,78 |
3. |
2010 |
6,96 |
4. |
2011 |
3,79 |
5. |
2012 |
4,30 |
Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 tingkat inflasi berada pada angka 11,06%, yang berarti Indonesia berada pada tingkat inflasi sedang. Pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu sebesar 8,82% hingga berada pada angka 2,78%. Laju inflasi ini tercatat merupakan terendah sepanjang sejarah Indonesia. Namun pada tahun 2009 inflasi di Indonesia kembali meningkat sebesar 4,18% yaitu mencapai angka 6,96% dan turun kembali pada tahun 2011 yaitu berada pada angka 3,79% namun naik di tahun 2012 yaitu berada pada angka 4,30%.
b.
Tingkat Pengangguran di
Indonesia tahun 2008-2019
Permasalahan pengangguran memang sangat
kompleks untuk dibahas dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan
beberapa indikator. Indikator-indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat
pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan dan tingkat
inflasi.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur
harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologi yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapatmenyebabkan kekacauan
polotik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Tingkat pengangguran yang ada di Indonesia dapat dilihat di tabel
berikut:
Tabel 2.2
Tingkat Pengangguran Terbuka di
Indonesia tahun 2008 – 2012
No. |
Tahun |
Total Pengangguran |
1. |
2008 |
9.394.515 |
2. |
2009 |
8.962.617 |
3. |
2010 |
8.319.779 |
4. |
2011 |
7.700.086 |
5. |
2012 |
7.244.956 |
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa jumlah
pengangguran di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami penurunan. Pada
tahun 2008 total pengangguran di Indonesia mencapai 9.394.515 orang dan pada
tahun 2009 pengalami penurunan hingga berada pada total sebesar 8.962.617.
Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2012 yaitu sebesar 7.244.956 orang
yang menganggur di Indonesia.
c.
Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia tahun 2008-2012
Laju pembangunan ekonomi suatu negara
diukur dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan GDP/GNP atau PDB/PNB.
Menurut
Sadono pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil
menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan
ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan dan perekonomian. Oleh karena itu
konsep yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi adalah GDP/PDB dengan harga konstan. GDP/PDB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Tabel 2.3
PDB atas Dasar Harga
Konstan 2000 tahun 2008 – Semester I 2012
(Triliun Rupiah)
No. |
Tahun |
PDB atas Dasar Harga
Konstan 2000 |
1. |
2008 |
2.082,5 |
2. |
2009 |
2.177,7 |
3. |
2010 |
2.313,8 |
4. |
2011 |
2.483,2 |
5. |
2012 |
1.283,4 |
Dari tabel 2.3 dapat dilihat bahwa PDB tahun
2008 sampai 2012 mengalami peningkatan yang menandakan bahwa perekonomian
Indonesia juga meningkat.
Pada tahun 2008 PDB di Indonesia sebesar
2.082,5 Triliun Rupiah meningkat di tahun 2009 menjadi sebesar 2.177,7 Triliun
Rupiah dan terus meningkat hingga tahun 2011 menjadi 2.463,2 Triliun Rupiah.
Untuk PDB tahun 2012 belum dapat diketahui apakah PDB nya mengalami kenaikan atau
penurunan karena data yang tersedia masih ada sementara yaitu pada semester I
2012 PDB berada pada angka 1.283,4 Triliun Rupiah.
Jadi
hubungan antara ke tiganya adalah tingkat inflasi mempunyai hubungan positif
atau negatif terhadap jumlah pengangguran. Apabila tingkat inflasi yang
dihitung adalah inflasi yang terjadi pada harga-harga secara umum, maka
tingginya tingkat inflasi yang terjadi akan berakibat pada peningkatan pada
tingkat bunga (pinjaman). Oleh karena itu, dengan tingkat bunga yang tinggi
akan mengurangi investasi untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif. Hal ini
akan berpengaruh pada jumlah
pengangguran yang tinggi karena rendahnya kesempatan kerja sebagai akibat dari rendahnya investasi.
Dari tabel 2.1 dan 2.2 terlihat bahwa terdapat
hubungan positif dan negatif antara inflasi dam tingkat pengangguran. Misalnya
saja pada tahun 2008 ke tahun 2009 inflasi terlihat mengalami penurunan dan di
ikuti pula oleh penurunan jumlah pengangguran di indonesia. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan positif antara inflasi dengan tingkat pengangguran. Pada tahun
2010 inflasi kembali naik namun tingkat pengangguran tidak mengalami kenaikan
juga melainkan mengalami penurunan. Hal ini menunjukan adanya hubungan negatif
antara inflasi dengan tingkat pengangguran.
Secara teori setiap adanya peningkatan dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia diharapkan dapat menyerap tenaga kerja,
sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.
Dari data yang ada pada tabel 2.1 dan 2.3
terlihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tabel 2.1 terlihat tingkat pengangguran
di Indonesia pada tahun 2008 – 2012 mengalami penurunan, berbeda dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2008 – 2012 yang justru mengalami peningkatan.
Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah pengangguran ini disebabkan
karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat di Indonesia memberikan
peluang kerja baru ataupun
memberikan kesempatan kerja dan berorientasi pada padat karya, sehingga
pertumbuhan ekonomi mengurangi jumlah pengangguran.
D.
Solusi Inflasi Dalam Prespektif Islam
Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan
dihentikan. Namun, laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya
punya solusi menekan laju inflasi, seperti yang telah dikemukakan oleh
tokoh-tokoh ekonomi islam klasik. Misalnya, al-Ghazali (1058-1111) menyatakan,
pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam hal
ini, al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam
mulia, seperti dinar dan dirham dengan mencetak fulus, tetapi dengan
syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan
pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan
tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi. Ia sangat menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan uang yang berlebihan. Ia berpendapat, pemerintah seharusnya mencetak uang harus sesuai dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat dan tidak memunculkan kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan uang harus seimbang dengan transaksi pada sektor riil. Sebaiknya uang dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi. Kemudian pecahannya mempunyai nilai nominal yang kecil. Di samping itu, ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsik mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Uang terbuat dari berbagai bahan, misalnya dinar (terbuat dari emas) dinar (perak), fulus dari tembaga atau kertas seperti yang ada pada zaman sekarang. Pada masa ini nilai intrinsik uang jauh lebih rendah dari nilai nominal
yang
lebih
besar dari pada intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata uang serta
akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsik
uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan
perdagangan mata uang yang dinilai Ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman
terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Husain Shahathah menawarkan beberapa solusi
untuk mengatasi inflasi sebagai berikut:
1.
Reformasi terhadap
sistem moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan
kuantitas produksi.
2.
Mengarahkan belanja dan
melarang sikap berlebihan dalam belanja yang tidak bermanfaat.
3.
Larangan menyimpan
(menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya.
4.
Meningkatkan produksi
dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral.
Dalam perekonomian sekarang, bank sentral
mempunyai peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar
uang dan mata uang domestik. Saat ini pola inflation
targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk
indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar