Selasa, 30 Juni 2020

BREAK EVEN POINT

BREAK EVEN POINT

           Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya, sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even sering digunakan dalam hal yang lain misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:

1.      Hubungan antara penjualan, biaya, dan laba

2.      Struktur biaya tetap dan variable

3.      Kemampuan perusahaan memberikan margin unutk menutupi biaya tetap

4.      Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi

Selanjutnya, dengan adanya analisis titik impas tersebut akan sangat membantu manajer dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi, sehingga manajer dapat mengambil keputusan untuk meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan melakukan prediksi keuntungan yang diharapkan melalui penentuan

a)    harga jual persatuan,

b)    produksi minimal,

c)    pendesainan produk, dan lainnya

 

Dalam penentuan titik impas  perlu diketahui terlebih dulu hal-hal dibawah ini agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:

a)    Tingkat laba yang ingin dicapai dalam suatu periode

b)    Kapasitas produksi yang tersedia, atau yang mungkin dapat ditingkatkan

c)    Besarnya biaya yang harus dikeluarkan, mencakup biaya tetap maupun biaya variable.

Penjelasan break even point

           Teknik break even poin analysis atau cost volume profit analysis sering digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan. Model ini mencoba mencari dan menganalisis aspek hubungan antara besarnya investasi dan besarnya volume rupiah yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu.

           Dalam perusahaan peranan penjualan sudah jelas yaitu sebagai “generating income” yaitu sumber pembentukan laba. Kita menginginkan agar penjualan dapat menutupi biaya total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable.

           Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan. Beroperasi atau tidak, biaya ini harus dikeluarkan, misalnya biaya penyusutan, biaya sewa, biaya gaji, dan lain lain. Sebaliknya semakin banyak volume kegiatan atau produksi semakin rendah biaya per unit biaya variable adalah biaya yang jumlahnya tergantung pada volume kegiatan. Jika ada kegiatan pasti ada biaya variable ini. Semakin banyak volume kegiatan maka semakin banyak biaya variable. Namun biaya per unit relative sama. Misalnya biaya bahan, gaji tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dll. Pengetahuan terhadap biaya inisangat penting dalam melakukan analisis break even.

           Break even berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya( biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan, sehingga tidak terjadi laba dan juga kerugian.

B.   FORMULA ATAU RUMUS  BREAK EVEN POINT

            Pengetahuan akan angka break even ini sangatlah penting dalam melakukan analisis keuangan, maupun dalam perencanaan laba dan pengambilan keputusan. Perhitungan break even inidapat dijelaskan melalui contoh sebagai berikut:

            Misalkan biaya tetap(fixed cost) Rp 40.000,-, biaya ini dikeluarkan kendatipun tidak ada penjualan. Biaya variable Rp 1,2 per unit artinya berap unit yang dijual biaya variabelnya dikalikan Rp 1,2. Bertambah besar volume penjualan bertambah besar pula biaya variable. Penjualan per unit dimisalkan Rp 2.

Dari data ini dapat kita cari break even sebagai berikut:

Penjualan adalah harga x Volume (unit)

Sales    = Price x Quantity

S          = P . Q

S          =Rp 2 . Q

P menggambarkan harga per unit, Q menggambarkan volume penjualan dalam unit, sedangkan S menggambarkan nilai total penjualan (sales).

Total biaya adalah biaya tetap + biaya variable

TC        = FC + VC

Jika FC = Rp 40.000,- maka :

TC        = 40.000+ 1,2.Q

Dari rumusan ini kita dapat membuat rumus break even.

a.      Rumus break even point

Kalau kita ingin mengetahui total cost atau total penerimaan dari penjualan maka yang diperlukan hanya volume penjualan dalam unit (Q). setiap jumlah Q akan kita dapat menghitung sales,total cost, dan juga laba/rugi.

Namun dalam BEP yang menjadi pegangan bagi kita adalah titik dimana perusahaan tidak mengalami laba dan tidak mengalami rugi atau istilah lainnya titik IMPAS.

Titik impas ini terjadi apabila:

TR (Sales)        = P. Q

TC                    = FC + VC

Jadi pada titik break even:

Harga x Kuantitas Penjualan  =          biaya tetap + biaya variable

P . Q                                        =          FC+ VC

P .Q                                         =          FC + (V . Q )

(P. Q) – (V. Q)                         =          FC

Q (P-V)                                    =          FC

V= harga variable cost per unit

Jadi :

Q= FC / (P-V)

Dalam rumus dan contoh di atas maka break even dapat kita hitung sebagai berikut:

Q       = 50.000  

b.      Metode sederhana

Dari hasil perhitungan ini dapat diketahui bahwa jumlah yang harus dijual kalau perusahaan berada pada titik impas (break even) adalah 50.000 unit.

Perhitungan dengan cara lain dapat dilihat dari table sebagai berikut:

Harga penjualan adalah Rp 2/unit.

Biaya variable Rp 1,2

Biaya tetap Rp 40.000,-

 

Jumlah unit

 

1

Harga penjualan

2(1x2)

Biaya Tetap

 

3

Biaya variable

4.(1x1,2)

Total Biaya

 

5(3x4)

Laba

 

6(2-5)

30.000

60.000

40.000

36.000

76.000

(16.000)

40.000

80.000

40.000

48.000

88.000

(8.000)

50.000

100.000

40.000

60.000

100.000

Break even

60.000

120.000

40.000

72.000

112.000

8.000

70.000

140.000

40.000

84.000

124.000

16.000

100.000

200.000

40.000

120.000

160.000

40.000

 

 Dari table ini dapat dilihat bahwa titik break even adalah pada jumlah volume penjualan sebesar 50.000 unit.

Ini berarti bahwa apabila penjualan perusahaan 50.000 unit maka perusahaan berada dalam posisi tidak mendapat laba dan tidak mengalami rugi. Oleh karena itu kalau ingin beruntung maka usahakan agar penjualan di atas break even tersebut.

C.   KEGUNAAN BREAK EVEN POINT

Break even analysis sangat bermanfaat dalam mengetahui hubungan antar cost, volume, harga, dan laba. Misalnya kita ingin mencapai laba tertentu maka kita akan dapat mengetahui berapa unit barang yang harus kita jual.

Apabila misalnya dalam contoh diatas kita ingin laba Rp 8.000,- maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

Pertama jika tidak ada laba rumusnya:

P x Q         = FC + VC

Kalau kita ingin laba Rp 8.000,- maka rumusnya :

P x Q         = FC + VC + 8.000

2 Q            = 40.000+ 1,2 Q+ 8.000

0,8Q          =48.000

Q               = 60.000 unit.

Untuk mendapatkan laba sebesar Rp 8.000,- maka kita harus dapat menjual 60.000 unit atau volume penjualan harus Rp 120.000,-. Rumus ini bisa juga dipakai dengan harga per unit, dengan menggunakan rumus tersebut di atas.

Misalnya kita ingin mendapat laba sebesar Rp 8.000,- tapi menurut manajer penjualan kita hanya dapat menargetkan penjulaan sebanyak 50.000 unit saja. Jadi berapa harga per unit yang dapat kita jual (agar keuntungan sebesar Rp 8.000 dengan penjualan sebanyak 50.000 unit) ?

Untuk itu gunakan kembali rumusan yang sebelumnya:

P.Q           = FC + VC+ 8.000

P. 50.000 = 40.000+ 0,8(50.000) +8.000

50.000 P  = 8.000

P               = 1,76

Jadi jika kita ambil laba Rp 8.000 dan jumlah unit yang dijual hanya 50.000 unit, maka harga yang dapat kita ambil adalah sebesar Rp 1,76. Kalau P= 1,76 maka laba dapat dihitung sebagai berikut:

Sales (TR)  50.000 x 1,76                                                           = Rp 88.000,-

Biaya:

Biaya tetap                                                                                   = Rp 40.000,-

Biaya variable    50.000 x 0,8                                                     = Rp 40.000,-

Total biaya                                                                                 = Rp 80.000,-

Laba                                                                                            = Rp 8.000,-

D.   KELEMAHAN PENGGUNAAN BEP

Dalam pemakaian analisis ini kita harus menyadari keterbatasan yang dikandung model ini. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

1.   Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penwaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.

2.   Asumsi terhadap cost

Penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan , biaya tetap mau tidak mau harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan baru guna meningkatkan volume produksi untuk penjualan. Begitu pula pada perhitungan biaya variable per unit mengalami perubahan karena pada saat tertentu dapat terjadi kenaikan harga bahan baku sehingga menaikkan biaya produksi perusahaan.

3.   Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis

4.   Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas

5.   Biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume penjualan.

Namun begitu,asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi terhadap biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variable yang disumsikan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu dilakukan karena untuk dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu adanya asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang dilakukan dapat menghasilkan hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi merupakan resiko dari prediksi yang dilakukan sehingga dalam pengambilan keputusan melalui analisis titik impas tetap perlu adanya kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan yang berakibat pada kerugian usaha.

 

E.    ANALISIS SENSITIVITAS (SENSITIVITY ANALYSIS)

Merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh2 yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah

Tujuan Analisis Sensitivitas :

1.  Memperbaiki cara pelaksanaan proyek/bisnis yang sedang dilaksanakan

2. Memperbaiki design proyek/bisnis sehingga dapat meningkatkan NPV
3.  Mengurangi resiko kerugian dgn menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang harus diambil

a)    Proyek pertanian sangat sensitif (berubah-ubah) akibat 4 hal, yaitu :
Harga Output (apabila penetapan harganya berbeda dengan kenyataan yang terjadi)

b)    Keterlambatan pelaksanaan (keterlambatan inovasi teknologi, pemesanan dan penerimaan teknologi)

c)    KenaikanBiaya
(Input) Umumnya proyek sangat sensitif terhadap perubahan biaya terutama biaya konstruksi

d)    Hasil (memperkirakan hasil, gangguan hama/penyakit, gamgguan musim)

Perubahan keempat variabel tersebut akan mempengaruhi komponen Cashflow (inflow ataupun outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi Net benefit dan mengubah kriteria investasi.

Cara melakukan Analisis Sensitivitas
Kita memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut kita melakukan perubahan terhadap masalah yg dianggap penting pada analisis proyek & kemudian menentukan pengaruh perubahan tsb terhadap daya tarik proyek.

Sejumlah nilai tersebut berdasarkan data-data yang tersedia (ada dasarnya)
Misalnya,
1. perubahan kenaikan biaya 10 persen
2. perubahan penurunan produksi sebesar 30 % karena hama penyakit, 
3. Dll

NPV proyek irigasi pada DF 12 % adalah Rp 8.14 ribu juta rupiah
IRR = 20 + 5((0.29/(0.29-(-0.85))
       = 21 persen

NPV pada DF 12 % = Rp 2.37 ribu juta
IRR = 15 + 5(0.14/1.96)
       = 15 %

Contoh Soal :

1. Rencana penjualan tahun 2014 meliputi kedua jenis produk adalah sbb :

a.   Penjualan          

Nama Produk

Jumlah Unit

Harga /unit

Total

Produk A

15.000

Rp 1.000,-

Rp 15.000.000

Produk B

10.000

Rp 750,-

Rp 7.500.000

Biaya Variabel Produk A

15.000

Rp 500

Rp 7.500.000

Biaya variabel Produk B

10.000

Rp 300

Rp 3.000.000

Biaya Tetap keseluruhan Rp 5.000.000 setahun.

Dengan data tersebut saudara diminta untuk :

1.       Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah

2.       Menentukan BEP produk A dalam unit

3.       Menentukan BEP produk B dalam unit

Jawaban :

A. Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah

Rumus :

 BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total penjualan)

BEP = 5.000.000 / (1- (7.500.000+3.000.000) / (15.000.000+7.500.000)

BEP = 5.000.000 / (1 - 0.47)

BEP = 5.000.000 / 0.53

BEP = Rp 9.433.962,26 dibulatkan Rp 9.433.962,-

B. Menentukan BEP produk A dalam unit

Rumus :

BEP (unit) Produk A

= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).

BEP = 5.000.000 / (1.000 – 500)

BEP = 10.000 unit

C. Menentukan BEP produk B dalam unit

Rumus :

BEP (unit) Produk B

= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).

BEP = 5.000.000 / (750 – 300)

BEP = 11.111,11 unit dibulatkan 11.111 unit

2.  Sebuah perusahaan menjual 100.000 buah hasil produksinya dengan harga Rp 20,-/buah. Biaya variabel per buah barang adalah Rp 14,- (yang Rp 11,- adalah biaya produksinya dan sisanya adalah biaya pemasaran). Biaya tetap, terjadinya secara merata jumlahnya Rp 792.000 (yang Rp 500.000,- biaya produksi dan lainnya adalah biaya pemasaran.

Saya bantu buatkan tabel angka –nya untuk memudahkan mengerjakan :

Total Unit

Harga Jual / unit

Biaya Variabel/unit

B.adm & pemsran

 

100.000

Rp 20

Rp 11

Rp 3/unit

 

Biaya Tetap

Rp 500.000

Rp 292.000

Note :

Menurut Wikipedia biaya tetap adalah pengaluran yang tidak berubah sebagai fungsi dari aktivitas suatu bisnis dalam periode yang sama. Dan biaya Variabel adalah biaya berkaitan dengan volume (dan dibayar per barang/jasa yang diproduksi). Dalam contoh diatas B. Adsministrasi dan pemasaran ada yang dimasukkan ke unsur variabel dan sebagian masuk ke biaya tetap. Penggolongan itu berdasarkan timbul dan besarnya pada masing-masing unsur.

 

Pertanyaan :

1.  Tentukan BEP / rupiah dan unit

2.   Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-

Jawaban :

A. Tentukan BEP dalam  unit

Rumus :

BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit – Biaya Variabel/unit).

BEP = 792.000 / (20 – 14)

BEP = 792.000 / 6

BEP = 132.000 unit

Tentukan BEP dalam rupiah

Rumus :

BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total hasil penjualan)

BEP = 792.000 / (1 – (1.400.000/2.000.000)

BEP = 792.000 / 0.3

BEP = Rp 2.640.000,-

B.     Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-.

Laba = Harga Jual – Total Biaya

90.000 = X – (b. Variabel  + biaya tetap)

90.000 = x – (1.400.000 + 792.000)

90.000 = x – 2.192.000

X = 2.192.000 + 90.000

X = Rp 2.282.000,-

Jadi harga jualnya Rp 2.282.000,-.

Pengembangan Formula Bep (Break Even Point)

BEP  >>>>> TR = TC

Dimana :

TR =  Total Revenue

TC = Total Cost

Pengembangannya dengan membentuk persamaan linier sederhana dibawah ini :

TR = TC

TR – TC = 0

Langkahnya adalah sbb :

1.       Menurunkan rumus TR

TR = Harga per unit x Qty

2.       Menurunkan Rumus TC

TC = VC + FC

Dimana :

VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)

FC  = Fixed Cost (biaya Tetap)

TC = VC + TC

TC = (Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost

3.       Membuat persamaan Linier

TR – TC = 0

(Harga per unit x Qty) – ((Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost) = 0, ATAU

(Harga per unit x Qty) – (Qty + Unit Variabel cost) - + Fix Cost = 0

Qty x (Harga per unit – Unit Variabel cost) = Fixed Cost

Keterangan :

Q (Quantity ) adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur tentunya diproduksi terlebih dahulu;

R (Revenue ) adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufaktur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales (penjualan) adlah jumlah terjual (Qty x Unit produk yang terjual);

Unit Price (harga per unit) adalah harga per unit dari barang yang akan dijual;

VC (Variabel Cost) adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu barang, artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebelumnya “Variabel Cost” akan berubah-ubah mengikuti jumlah produk yang akan diproduksi. Semakin banyak yang diproduksi semakin besar juga biaya variabelnya, begitu juga sebaliknya.

Jika kita lihat pada Laporan Laba Rugi , Variabel Cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of Good Sales”, atau Harga pokok penjualan. Yang pada perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari :

a.    Bahan Baku (Raw Material);

b.    Bahan penolong ;

c.    Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) atau Direct Labour Cost

d.    BOP (Overhead Pabrik) yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik, pengiriman dll

a.    Unit Variabel Cost adlah besarnya variabel cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variabel cost (Variabel Cost) dengan jumlah product yang dibuat (Qty).

b.    Fixed Cost adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.

Misalnya adalah Biaya operasional seperti payroll dan biaya perlengkapan kantor, biaya sewa, dan biaya penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.

A.   KETERBATASAN ANALISIS BREAK EVEN POINT

BEP dapat dirasakan manfaatnya apabila titik BEP dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.

Dalam kenyataannya analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu bagi analis perlu diketahui bahwa analisi BEP mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu :

a.       Fixed Cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu;

b.       Variabel Cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan;

c.       Sales Price per unit tidak berubah dalam periode tertentu;

d.       Sales Mix adalah konstan.

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila :

1.   Perubahan, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keats atau sebaliknya;

2.   Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau sebaliknya;

3.   Perubahan dalam Sales Price per unit

Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser ke bawah atau sebaliknya;

4.   Terjadinya perubahan dalam sales mix

Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadiperubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

 


 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...