Jumat, 11 Maret 2022

INFLASI

 

          INFLASI 


PENDAHULUAN      

Ekonomi secara umum merupakan roda kehidupan sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan materiil manusia, baik dalam kehidupan individu, maupun sosial. Islam menuntut umatnya untuk menganut dan mengamalkan ajaran islam secara kaffah (menyeluruh/komprehensif) dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagai seorang Muslim yang taat beridah, tentulah berbagai kegiatan bisnis atau usahanya dilandasi oleh transaksi keuangan Islam.

           Ekonomi moneter merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang sifat, fungsi dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi. Secara umum kegiatan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mempengaruhi  tingkat pengangguran, produksi, harga, dan hubungan perdagangan atau pembayaran international.

A.    Pengertian Inflasi

            Inflasi (inflation) adalah  gejala yang menujukkan kenaikan tingkat harga       umum yang berlangsung terus-menerus. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan bukan terjadi sesaat. Dari pengertian tersebut, maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, tidak dapat dikatakan inflasi. Misalnya, harga barang-barang naik menjelang lebaran atau hari libur lainnya. Karena ketika lebaran usai harga barang kembali ke kondisi semula, maka harga seperti itu tidak dianggap sebagai inflasi. Inflasi juga berkaitan dengan kenaikan harga secara umum, artinya kenaikan harga satu jenis barang maupun jasa juga tidak termasuk inflasi, misalnya pada masa lebaran harga tiket pesawat naik. Taqyuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441) menyatakan, seperti yang dikutip Euis Amalia dalam bukunya Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, bahwa inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara terus-menerus. Pada saat itu, persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan, sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang dan jasa yang sama.

            Sesuai dengan sejarahnya, fenomena inflasi sebetulnya muncul sebagai akibat dari mulai diberlakukan dan beredarnya dinar  dan  dirham  yang   tidak   murni   (campuran).  Kemudian,  di   masa sekarang fenomena inflasi semakin bertambah dengan diterapkannya mata uang kertas. Sebetulnya hal ini telah diperingatkan oleh ulama, seperti Imam Syafi’i yang melarang pemerintah mencetak dirham yang tidak murni  karena  akan  merusak  nilai  mata  uang,  menyebabkan  naiknya  harga, hal itu merugikan orang banyak serta menimbulakan kerusakan-kerusakan.

        Ibnu Taimiyah (1263-1328) pada masa Daulah Bani Mamluk juga telah memperingatkan keadaan ini, ia menyatakan bahwa uang yang berkualitas buruk akan menyingkirkan mata uang berkualitas baik dari peredaran. Apabila fulus dibiarkan beredar sebagai alat tukar, niscaya dinar dan dirham akan menghilang dari peredaran.

 

A.    Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi

1.      Natural inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunya penawaran aregatif (AS↓) atau naiknya permintaan agregatif (AD↑).

              Ketika bencana alam terjadi pada berbagai bahan makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena barang-barang itu sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai barang mengalami penigkatan. Harga-harga melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Akibatnya,kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan berhenti sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kematian. Keadaan ini memaksa rakyat untuk menekan pemerintah agar memerhatikan mereka. Untuk menanggulangi bencana ini, pemerintah mengeluarkan dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang secara drastis atau defisit anggaran.                    

                           Jika memakai persamaan MV = PQ di mana:

                           M   = jumlah uang beredar

                           V    = kecepatan peredaran uang

P    = tingkat harga

Q   = jumlah barang dan jasa

Maka natural inflasi dapat diartikan sebagai:

a.       Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (Q). Jika jumlah barang dan jasa yang diproduksi menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang beredar (M) kecepatan peredaran uang (V) tetap maka konsekuensinya tingkat harga naik (P↑).

b.      Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor, sehingga secar netto terjadi impor uang yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓). Jika kecepatan  peredaran uang (V) dan jumlah barang dan jasa (T) tetap, terjadi kenaikan harga (P↑).


      Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabkan menjadi dua yaitu:

 

a.   Uang yang masukdari luar negeri terlalu banyak karena ekspor meningkat (X↑), sedangkan impor menurun (M↓), sehingga net export nilainya sangat besar yang mengakibatkat naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab. Pada masa itu eksportir yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri (impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya permintaan agregatif (AD↑) akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari berturut-turut. Akibatnya, terjadi penurunan permintaan agregatif (AD↓) dan tingkat harga kembali normal.

b.      Turunya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).

2.       Human error inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Inflasi yang disebabkan oleh human error inflation terjadi karena: 

 

a.       Corruption and bad administrasion (korupsi dan buruknya administrasi)

           Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena kapabilitas. Mereka yang mempunyai mental seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut akan menyalah gunakan kekuasaanya untuk menutupi kebutuhan finansial pribadi, maupun keluarga atau demi kemewahan hidup. Akibatnya, akan

terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan negara.

           Korupsi akan menggangu tingkat harga karena para produsen akan menaikkan harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang mereka keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2, sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak merefleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses produksi. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak ada, sehingga lebih lanjut mengakibatkan ekonomi tinggi (high cost economy). Pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang tentu akan merugikan   masyarakat secara keseluruhan. 

        Keadaan seperti inilah yang sebetulnya membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Virus korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke tingkat lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan ini pun sampai ke tingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang dipungut preman jelas merugikan masyarakat.

           Maraknya korupsi di pertamina telah mengakibatkan inefisiensi produksi. Untuk mengimbangi harga minyak di luar negeri dengan harga minyak dalam negeri memaksa pemerintah mencabut subsidinya sehingga terpaksa menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM secara langsung akan berpengaruh terhadap kenaikan harga barang dan jasa di tengah masyarakat. Demikian juga halnya dengan korupsi yang mewah di perusahaan Listrik Negara (PLN). Korupsi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ini mengakibatkan devisit pendapatan perusahaan setiap tahun. Keadaan ini pun memaksa pemerintah mengurangi subsidinya sehingga harga Tarif dasar Listrik (TDL) pun naik. Kenaikan TDL juga mengakibatkan kenaikan harga-harga di tengah masyarakat.

b.      Excessive tax (pajak yang tinggi)

           Akibat dari banyaknya pejabat pemerintahan yang bermental korup, pengeluaran negara mengalami peningkatan yang sangat drastis adalah sebagai kompensasi mereka menerapkan   sistem   perpajakan   tinggi    dan    menerapkan 

berbagai jenis pajak. Efek yang ditimbulkan oleh pajak berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan buruknya administrasi, yakni efficiency loss atau dead weigh loss. Konsekuensinya biaya-biaya produksi menigkat yang berimplikasi pada kenaikan harga barang produksi.

c.       Excessive sieignore (percetakan uang berlebihan)

           Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari  kemacetan ekonomi maupun perilaku buruk parak pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑). Menurunya nilai mata uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut Al-Maqrizi, kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar), harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.

Di negara-negara indrustri pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut:

1)      Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan    untuk    menghasilkan    barang-

 

10

 

 

barang dan jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya para pengusaha akan menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang bersedia membayar pada harga  

yang lebih tinggi. Kedua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga.

2)      Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan tenaga kerja meningkatkan produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk meminta kenaikan upah. Apabila kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam

3)      perekonomian.  Kenaikan  biaya  produksi  tersebut  akan  mendorong perusahaan-persahaan menaikan harga-harga barang mereka. Di  dalam perekonomian yang sudah maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja.                                           

Di samping itu, inflasi dapat berlaku sebagai akibat dari: 1) Kenaikan harga barang impor, 2) Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh penambahan produksi dan penawaran barang, 3) Kekacauan     politik     dan     ekonomi     sebagai    akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab. Selain karena peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga disebabakan oleh expected inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di tahun ini akan tinggi, masyarakat cenderung membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang, terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dalam inflasi, misalnya emas dan property. Akibatnya, inflasi jadi melambung. Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki, menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan , bertambahnya uang yang beredar dan melebihi pendapatan yang bersangkutan sehingga mendorong terjadinya inflasi.

 

B.     Dampak Terjadinya Inflasi

a. Dampak inflasi

            Inflasi tidak selalu berdampak bagi perekonomian. Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini adalah dampak yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.  

1)      Dampak Inflasi terhadap Pendapatan

            Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat, perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasil yang tetap jika tukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.

2)      Dampak Inflasi terhadap Ekspor

            Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.

3)      Dampak Inflasi terhadap Minat Orang untuk Menabung

           Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataanya berkurang karena laju inflasi. Misalnya bulan Januari tahun 2012 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang Januari 2012 - Januari 2013 cukup  tinggi,  katakanlah  1%,  pendapatan  dari  uang  yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung akan berkurang.

4)      Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok

           Keadaan inflasi menyebabkan penghitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.

         Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut:

                          Dampak Negatif Inflasi

·   Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena di satu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.

·  Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.

·    Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan  konsentrasi  produk  pada  daerah  yang

 

14

 

 

masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.

·     Bila inflasi berkepanjangan produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin  mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

·  Jurang antara kemiskinan dan kekayaan mayarakat seperti nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.

   Dampak Positif Inflasi

·  Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.

·     Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan indutri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.


Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

 

C.    Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran Dan Pertumbuhan Ekonomi

         Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 - 18 tahun yaitu dari SD sampai tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah di kategorikan sebagai penganggur, namun hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.

         Dan pembangunan ekonomi merupakan salah satu sasaran pembangunan. Menurun Sudono Sukirno pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Laju pembangunan ekonomi suatu negara di ukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP atau PDB/PNB.

a.       Tingkat Inflasi Indonesia tahun 2008-2012

          Inflasi pada dasarnya merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah karena inflasi dapat menimbulkan akibat yang buruk pada kondisi   ekonomi   maupun   sosial.   Pada   kondisi   sosial   inflasi   dapat menyebabkan kemakmuran sebagai golongan masyarakat menjadi menurun. Menurunnya kemakmuran ini karena harga yang meningkat lebih cepat dibandingkan upah atau income (pendapatan) yang diterima oleh masyarakat tersebut. Kemudian, kebutuhan yang biasanya dapat terpenuhi bisa jadi dikurangi karena kebatasan kemampuan untuk merealisasikannya. Sedangkan pada kondisi ekonomi, inflasi dapat menyebabkan prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Hal ini disebabkan karena inflasi yang tidak

dapat dikendalikan cenderung menurunkan investasi yang produktif, mengurangi ekspor, dan meningkatkan impor. Sehingga kecenderungan ini dapat  memperlambat   prospek   pembangunan   ekonomi   jangka  panjang.

                                  Tabel 2.1

Tingkat Inflasi di Indonesia tahun 2008 - 2012

No.

   Tahun

                  Inflasi (%)

1.

2008

11,6

2.

2009

2,78

3.

2010

6,96

      4.

2011

3,79

5.

2012

4,30

 

             

   

         



Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 tingkat inflasi berada pada angka 11,06%, yang berarti Indonesia berada pada tingkat inflasi sedang. Pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu sebesar 8,82% hingga berada pada angka 2,78%. Laju inflasi ini tercatat merupakan terendah sepanjang sejarah Indonesia. Namun pada tahun 2009 inflasi di Indonesia kembali meningkat sebesar 4,18% yaitu mencapai  angka  6,96%  dan  turun  kembali pada tahun 2011 yaitu berada pada angka 3,79% namun naik di tahun 2012 yaitu berada pada angka 4,30%.

b.      Tingkat Pengangguran di Indonesia tahun 2008-2019

           Permasalahan pengangguran memang sangat kompleks untuk dibahas dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator. Indikator-indikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan dan tingkat inflasi.

          Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologi yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapatmenyebabkan kekacauan polotik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Tingkat pengangguran yang ada di Indonesia dapat dilihat di tabel berikut:

     Tabel 2.2

       Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia tahun 2008 – 2012

No.

Tahun

Total Pengangguran

1.

2008

9.394.515

2.

2009

8.962.617

3.

2010

8.319.779

4.

2011

7.700.086

5.

2012

7.244.956

 

                 

                 

                      Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 total pengangguran di Indonesia mencapai 9.394.515 orang dan pada tahun 2009 pengalami penurunan hingga berada pada total sebesar 8.962.617. Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2012 yaitu sebesar 7.244.956 orang yang menganggur di Indonesia. 

c.       Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2008-2012

            Laju pembangunan ekonomi suatu negara diukur dengan   menggunakan tingkat pertumbuhan GDP/GNP atau PDB/PNB.

Menurut Sadono pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku  ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan dan perekonomian. Oleh karena itu konsep yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi adalah GDP/PDB dengan harga  konstan. GDP/PDB  adalah  nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.

Tabel 2.3

PDB atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2008 – Semester I 2012

(Triliun Rupiah)

  

No.

Tahun

PDB atas Dasar Harga Konstan     2000

1.

2008

2.082,5

2.

2009

2.177,7

3.

2010

2.313,8

4.

2011

2.483,2

5.

2012

1.283,4

 

        Dari tabel 2.3 dapat dilihat bahwa PDB tahun 2008 sampai 2012 mengalami peningkatan yang menandakan bahwa perekonomian Indonesia juga meningkat.

       Pada tahun 2008 PDB di Indonesia sebesar 2.082,5 Triliun Rupiah meningkat di tahun 2009 menjadi sebesar 2.177,7 Triliun Rupiah dan terus meningkat hingga tahun 2011 menjadi 2.463,2 Triliun Rupiah. Untuk PDB tahun 2012 belum dapat diketahui apakah PDB nya mengalami kenaikan atau penurunan karena data yang tersedia masih ada sementara yaitu pada semester I 2012 PDB berada pada angka 1.283,4 Triliun Rupiah.

     

     Jadi hubungan antara ke tiganya adalah tingkat inflasi mempunyai hubungan positif atau negatif terhadap jumlah pengangguran. Apabila tingkat inflasi yang dihitung adalah inflasi yang terjadi pada harga-harga secara umum, maka tingginya tingkat inflasi yang terjadi akan berakibat pada peningkatan pada tingkat bunga (pinjaman). Oleh karena itu, dengan tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi investasi untuk mengembangkan sektor-sektor  yang  produktif.  Hal  ini  akan  berpengaruh  pada  jumlah pengangguran yang tinggi karena rendahnya kesempatan kerja sebagai  akibat dari rendahnya investasi.

    

          Dari tabel 2.1 dan 2.2 terlihat bahwa terdapat hubungan positif dan negatif antara inflasi dam tingkat pengangguran. Misalnya saja pada tahun 2008 ke tahun 2009 inflasi terlihat mengalami penurunan dan di ikuti pula oleh penurunan jumlah pengangguran di indonesia. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif antara inflasi dengan tingkat pengangguran. Pada tahun 2010 inflasi kembali naik namun tingkat pengangguran tidak mengalami kenaikan juga melainkan mengalami penurunan. Hal ini menunjukan adanya hubungan negatif antara inflasi dengan tingkat pengangguran.

          Secara teori setiap adanya peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

          Dari data yang ada pada tabel 2.1 dan 2.3 terlihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada tabel 2.1 terlihat tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 2008 – 2012 mengalami penurunan, berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 – 2012 yang justru mengalami peningkatan. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan jumlah pengangguran ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang  meningkat  di  Indonesia  memberikan  peluang  kerja baru ataupun memberikan kesempatan kerja dan berorientasi pada padat karya, sehingga pertumbuhan ekonomi mengurangi jumlah pengangguran.                                                        

                 

D.    Solusi Inflasi Dalam Prespektif Islam

 

          Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan. Namun, laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya punya solusi menekan laju inflasi, seperti yang telah dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi islam klasik. Misalnya, al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam hal ini, al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam mulia, seperti dinar dan dirham dengan mencetak fulus,  tetapi  dengan  syarat  pemerintah  wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.

          Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi. Ia sangat menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan uang yang berlebihan. Ia berpendapat, pemerintah seharusnya mencetak uang harus sesuai dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat dan tidak memunculkan kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan uang harus seimbang dengan transaksi pada sektor riil. Sebaiknya uang dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi. Kemudian pecahannya mempunyai nilai nominal yang kecil. Di samping itu, ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsik mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Uang terbuat dari berbagai bahan, misalnya dinar (terbuat dari emas) dinar (perak), fulus dari tembaga atau kertas seperti yang ada pada zaman sekarang. Pada masa ini nilai intrinsik uang jauh lebih rendah dari nilai   nominal   

yang   lebih   besar   dari   pada   intrinsiknya   akan   menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsik uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan perdagangan mata uang yang dinilai Ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.

         Husain Shahathah menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi inflasi sebagai berikut:

1.      Reformasi terhadap sistem moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi.

2.      Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dalam belanja yang tidak bermanfaat.

3.      Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya.

4.      Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral.

           Dalam perekonomian sekarang, bank sentral mempunyai peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang dan mata uang domestik. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk indonesia.



                       



PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH DALAM BISNIS KONTEMPORER

  MATERI- PENGANTAR BISNIS ISLAM Oleh: Eny Latifah, S.E.Sy.,M.Ak Perspektif Ekonomi Syariah dalam Bisnis Kontemporer   A.      Pengertian Ek...